53 - Kembali

340 17 0
                                        

Seluruh organisasi MS-13 kembali pada mansion kebesaran mereka membawa kemenangan dan kesedihan. Dengan air mata yang mengalir begitu saja, Dean dan Kun memungut mayat Sam yang sudah hancur.

Begitu juga dengan Ocha, perempuan yang menyayangi sosok Sam sebagai saudaranya itu menangis tanpa suara. Seluruh ke anggotaan MS-13 menggiring mayat Sam untuk segera di kebumikan malam itu juga.

Ini adalah mengebumian anggota kedua yang berharga setelah kematian Dorcas. Tak hanya Sam, seluruh anggota yang meregang nyawa akibar peperangan ini juga ikut di kebumikan di pemakaman khusus untuk seluruh anggota MS-13.

Bahkan saat ini, fajar belum menampakkan dirinya, mereka sudah sibuk melakukan pemakanan secara masal, benar- benar hari yang menguras emosi. Namun bagaimanapun, kematian adalah konsekuensi untuk setiap ke anggotaan MS-13.

Berjam- jam mereka lalui untuk melakukan pemakaman tersebut, dan kembali ke mansion kebesaran mereka. Langsung saja, Arlin, Brayn, Mike, dan ketiga sahabat Arlin berpamitan untuk segera kembali ke Indonesia. Arlin hampir melupakan Lavender busuk yang ia suruh lari dan diajaknya untuk sedikit bermain itu.

Arlin dan lima orang lainnya langsung memasuki pesawat MS-13, mereka ingin cepat- cepat pulang dan mendapatkan perawatan khusus untuk luka- luka yang diperolehnya. Terutama Arlin yang mendapat luka di bagian dada sebelah kirinya.

Arlin duduk bersama dengan Brayn. Lelaki itu, ia sangat merindukannya. Arlin hanya ingin memeluknya dan bersandar ria pada Brayn. Tentu saja lelaki itu meladeninya. Bahkan Arlin yang posisinya duduk di dekat jendela itu, dapat menyandarkan tubuh lelahnya pada Brayn dan menatap dunia luar.

"Apa kegelapan diluar itu lebih menarik daripada aku?" Tanya Brayn dan memutar tubuh Arlin untuk menghadap padanya.

"Tidak, aku dapat melihat lampu- lampu kota dari sini, Brayn. Itu sangat indah," kagum Arlin dengan senyuman sumringahnya.

"Apa kamu lelah?" Tanya Brayn. Sedetik kemudian lelaki itu mengecup kilat bibir mungil Arlin, hingga membuat gadis itu menatapnya tajam.

"Aku sangat lelah, Brayn. Padahal aku ingin sekali istirahat setelah perang sialan ini. Tapi hal ini terlalu mendesak. Dan kamu bilang padaku, kalau kamu tak akan menyentuhku sebelum kita terikat pernikahan," kesal Arlin. Entah kenapa gadis itu terlihat sangat manja saat ini.

"Tidurlah, sayang. Bukankah aku sudah menjadi suamimu?" Brayn terkekeh menatap wajah Arlin yang bertambah masam.

"Mulutmu, Brayn. Bahkan kita belum menikah!" Ucap Arlin setelah itu langsung saja gadis itu merangkul lengan kekar Brayn dan menaruh pelan kepalanya di bahu bidang lelaki itu dan tertidur.

Melihat pemandangan lucu itu, Brayn mengeluarkan handphone dan memotret calon istrinya yang menggemaskan ini.

Lain halnya dengan Brayn dan Arlin. Seorang wanita menatap langit hitam kelam itu bersama air matanya yang jatuh sesekali. Ia benar- benar bingung bagaimana mengklarifikasi semua ini pada sahabatnya. Ia benar- benar sudah frustasi.

"Apa aku harus membicarakan semua ini secara terang- terangan pada mereka? Sementara nanti di Indonesia tuan Albert akan membongkar semuanya pada sahabat yang sangat aku cintai ini. Aku harus bagaimana?"

"Sekarang masih jam 03.00 pagi di California. Pasti sudah jam 17.00 di Indonesia. Setelah makan malam di kediaman Albert, semuanya akan di bicarakan, rahasiaku akan segera terbongkar. Aku tak ingin sahabatku kecewa." Gumamnya.

"Nanat, lo ga tidur? Ga capek emang? Capek ga sih, meracak- racak sistem keamanan Triad tadi?" Tiba- tiba saja Deira mendatanginya dan menawari gadis itu segelas susu strawberry hangat.

Black ReleaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang