Yoongi menutup pintu. Berjalan, menaiki anak tangga dengan langkah cepat untuk mencapai kamarnya.
"Wah ... kau keluar, tadi? Hm ... tapi, kurasa aku tidak melihatmu?" ujar Jungkook, sengaja berdiri di anak tangga pertama, utnuk menghalangi langkah yang lebih tua.
Yoongi membuang napas. Mengabaikan tatapan tajam sang Adik, ia berjalan menaiki anak tangga.
"Tidak tahu diri," cibir Jungkook. Yoongi tak peduli. Ia berjalan tanpa menoleh ke belakang. Mengabaikan Jungkook yang menatapnya sinis penuh benci.
"Kemari." Jungkook menarik hoodie belakang Yoongi, yang berhasil membuat remaja itu terjatuh dengan punggung berbenturan dengan kerasnya lantai.
"Bersihkan itu," perintah Jungkook, menunjuk sampah-sampah yang ada di ruang tengah.
"Kau bisa membersihkannya sendiri, Kook," ujar Yoongi. Ia mencoba berdiri dengan menahan nyeri di punggung.
"Kau itu tak lebih dari pembunuh, ingat!" bentak Jungkook. Yoongi diam. Kakinya enggan melangkah. Tangannya terkepal erat sebab ucapan Jungkook.
"Kenapa bukan kau saja yang mati, hah?! Kenapa harus Eomma?!"
"Pembunuh tak seharusnya tinggal di sini!" bentak Jungkook. Ia mendorong Yoongi kuat-kuat, membuat Yoongi terjatuh untuk kedua kalinya, dengan kepala yang terbentur siku meja.
"Akh ...," ringis Yoongi ketika sakit menjalari kepala. Jungkook membeku di tempat. Ia ... dirinya sama sekali tidak mengira hal ini akan terjadi.
Yoongi berdiri, melirik Jungkook dengan ekor matanya, sebelum ia membuka pintu dan keluar.
"A-aku ... " Jungkook menatap tangannya bergantian dengan tetesan darah yang menggenang di atas lantai.
Anak itu menarik napas panjang, berlanjut dengan mengusap frustasi wajahnya.
"Astaga ...."
.
.
.
"Sshh ...," Yoongi meringis saat sakit di kepalanya semakin menjadi. Ia menutupi kepalanya menggunakan tudung hoodie yang dipakainya. Hoodie itu menutupi lukanya, tapi tidak dengan wajah pucatnya. Berkali-kali si remaja menggelengkan kepalanya, berusaha untuk tak mempedulikan sakit pada kepalanya.
Bukankah itu Yoongi? Alis Hoseok menukik.
"Bukankah tadi sudah kuantar pulang?" gumam Hoseok. Menajamkan pengelihatan untuk memastikan, siapa orang yang dilihatnya.
Alisnya terangkat. Itu Yoongi.
Hoseok memasukkan plastik berisi makanan ringan yang ia beli ke dalam bagasi mobil. Ia berjalan menghampiri Yoongi.
"Yoongi kenapa disini? Bukankah aku sudah mengantarmu pulang?" tanya Hoseok sambil menepuk pundak Yoongi. Sedikit mengernyit aneh saat sahabatnya ini tak menyahut.
"Yoon—Hei! Kau kenapa?!"
"Seok-ah ... " Lirihan itu keluar dari bibir pucat Yoongi.
"Apa? Kenapa? Hei, Yoon!"
"A-aku ... " Ucapannya tak tuntas, karena Yoongi jatuh lebih dulu dengan mata terpejam.
"Hei, Yoon!" panggil Hoseok berusaha membangunkan Yoongi yang jatuh dalam pelukannya.
"Ada apa? Hei!" Hoseok memangku kepala Yoongi di pahanya. Ia dapat melihat wajah pucat Yoongi. Kerutan menghiasi dahi Hoseok sebab tudung hoodie sahabatnya terasa basah.
Awalnya, Hoseok berpikir bahwa itu adalah keringat, namun matanya membola, saat melihat bercak merah tercetak di telapak tangannya.
Hoseok membuka tudung hoodie Yoongi, sebagian rambut Yoongi telah basah oleh keringat dan darah. Ia refleks menutup mulut, ketika melihat luka yang terbuka di kepala Yoongi.
Hoseok segera menggendong Yoongi dan menidurkannya di tempat duduk belakang dari mobilnya. Hoseok mulai menjalankan mobilnya ke rumah sakit terdekat.
Terdengar bunyi klakson beberapa kali saat Hoseok melanggar lampu lalu lintas. Tapi Hoseok tak peduli. Ia terus melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Beruntungnya saja, jalanan tidak terlalu padat saat ini.
Hoseok beberapa kali melirik Yoongi yang tak sadarkan diri melalui spion tengah. Ia dapat melihat wajah pucat pasi Yoongi
"Kau berutang penjelasan padaku, Min."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]