Nyonya Jung segera menekan tombol merah di samping kepala ranjang. Tak lama Ilwoo datang dengan beberapa perawat.
"Tunggulah di luar, Noona," ucap Ilwoo, Nyonya Jung hanya mengangguk dan pergi keluar bersama Hoseok.
"Duduklah, Seok-ah," ujar Nyonya Jung, membuat Hoseok berhenti mondar-mandir, dan ikut duduk di dekat sang Eomma. Tak lama, pintu ruang rawat Yoongi terbuka, menampilkan Ilwoo dan beberapa perawat yang masuk beberapa saat lalu.
"Yoongi baik-baik saja, dan Hoseok berhentilah menggigiti kuku jarimu itu," ujar Ilwoo.
Hoseok secepat mungkin menyembunyikan tangannya.
"Ne, Samcheon," balasnya dengan cengiran jahil.
"Apa aku bisa melihat Yoongi sekarang?" tanya Hoseok cepat.
"Tentu. Kalau begitu aku pergi dulu, Noona," pamit Ilwoo, Nyonya Jung mengangguk.
"Yoongi-ah ...," panggil Hoseok, berjalan mendekati sang sahabat. Dilihatnya Yoongi yang memejamkan matanya.
"Yoon ...," panggil Hoseok.
"Hm ...." Mata Hoseok melebar saat Yoongi menjawab panggilannya dengan gumaman. Ia segera mendekat ke arah Yoongi, dan kini, wajah Hoseok sudah berada tepat di depan wajah Yoongi.
"Kau sudah bangun atau mengigau, heh?" tanya Hoseok.
Yoongi membuka matanya saat mendengar suara Hoseok, mata membulat saat melihat wajah Hoseok berjarak sangat dekat dengan wajahnya.
"Menyingkirlah kuda. Kau bau," ucap Yoongi.
Hoseok segera menjauhkan wajahnya,
"Padahal, aku baru saja mandi," ucap Hoseok. Lelaki itu menghela napas. Menatap Yoongi yang terdiam di hadapannya.
"Kau baik?" tanyanya. Yoongi mengangguk kecil.
"Bagaimana Aku bisa di sini?" Hoseok terkekeh.
"Tidak ingat? Kau pingsan di jalan, tadi," ujar Hoseok.
"Tapi, Yoon ... kepalamu itu kenapa?" tanya Hoseok penasaran.
"Hm?" Yoongi balik bertanya, "a-ah ... Aku jatuh, tadi," lanjutnya.
Hoseok memicingkan matanya, alisnya menukik tajam, menatap Yoongi yang menunduk.
"Lalu, kenapa kau pergi keluar?"
Yoongi menelan ludahnya kasar.
"Aku-- lupakan." Hoseok mengeryit.
"Ada apa?" tanyanya. Yoongi menggeleng pelan.
"Aku akan bercerita. Tapi tidak sekarang," ujarnya. Hoseok mengangguk paham. Ia tidak akan memaksa Yoongi bercerita, jika memang, sahabatnya itu belum siap untuk membuka mulut.
"Baiklah ... sekarang, apa?" Yoongi mendongk.
"Pulang. Aku harus segera pulang."
.
.
.
Seokjin berjalan melewati ruang tengah, dengan plastik berisi makanan ringan yang ia tenteng di kanan-kiri. Lelaki itu menggelengkan kepala, melihat bagaimana kotornya ruang tengah, oleh bungkus makanan ringan.
Si lelaki lantas meletakkan plastik berisi makanan, ketika hatinya tergerak untuk membersihkan ruang keluarga terlebih dahulu. Sampai ia melihat bercak merah darah pada lantai putih.
Seokjin buru-buru meninggalkan pekerjaannya dan segera naik ke lantai atas. Jungkook hanya sendirian dirumah, bukan?
"Jungkook!" teriaknya sembari mengetuk pintu kamar sang Adik.
Ceklek.
"Hyung? Kenapa berteriak?" Jungkook mengernyit heran. Menatap Kakaknya yang datang dengan napas memburu.
"Kau ... baik?" tanya Seokjin.
"Aku? Aku tidak apa-apa. Memang kenapa?" tanya Jungkook. Dahinya mengernyit, ketika sang Kakak menarik tubuhnya, memperhatikannya lekat dari kepala hingga ujung kaki.
"Jungkook-ah, darah siapa yang ada di ruang tengah?"
Gulp!
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]