Pukul tujuh tepat Seokjin terbangun dari tidurnya. Ia meregangkan leher yang kaku karena semalam tidur dengan posisi yang kurang nyaman.
Untuk beberapa hari ini Seokjin bisa menjaga Yoongi dari pagi hingga petang, karena kampusnya sedang diliburkan. Jadi, Seokjin tidak akan terpikir tentang bagaimana keadaan Yoongi, atau adiknya yang tiba-tiba kolaps saat ia sedang mengais ilmu.
"Ini sudah hari kelima, nakal," makinya pada Yoongi. Seokjin melangkah menuju sofa, mengambil ponsel yang sialnya kehabisan baterai, mengharuskan Seokjin untuk mengecasnya terlebih dahulu.
Ah, iya ... Kang Ahjumma tidak bisa datang hari ini, batinnya. Lelaki itu mengambil kunci mobil yang ia letakkan di atas nakas, lantas mendekat pada Yoongi.
"Tunggu Hyung kembali. Tidak akan lama, kok ...," ucapnya seraya tersenyum. Setelahnya Seokjin keluar dari sana.
Yah ... berhubung Kang Ahjumma tidak datang, itu berarti Seokjin harus mencari sarapan sendiri bukan?
Yang sayang, Seokjin tidak tahu jika lelaki di kursi tunggu, telah menunggu kosongnya ruangan sedari tadi.
Tap ...
Tap ...
Tap ...
"Apa sakit sekali, hm?"
"Kudengar sudah lima hari, ya?"
Kekehan dari pria paruh baya terdengar membelah heningnya ruangan. Tangan pria itu terulur untuk mengelus pelan rambut si remaja yang masih dalam tidur lelapnya dengan seringai kejamnya.
"Rencanaku gagal karenamu," geramnya. Ia menghela napas kasar.
"Jangan berlagak seperti pahlawan, Yoongi-ah ...." Lelaki itu tertawa. Ia memasang seringaiannya kala melihat keadaan remaja di depannya.
"Kau pasti sangat kesakitan," tuturnya dengan wajah sendu. Tapi, rautnya berubah seketika, kala ada yang melintas di pikiran busuknya.
"Maukah kubantu?" tanyanya sambil mengelus pipi pucat Yoongi.
"Agar kau tidak merasakan sakit lagi, hahaha ...."
Gelak tawa itu terdengar. Bogum menegakkan tubuhnya, memindai tubuh Yoongi dari atas sampai bawah.
"Kau pasti merasa tidak nyaman dengan semua ini, 'kan, Yoongi?"
"Maukah kubantu?" tawar Bogum.
"Setidaknya aku sudah berniat baik. Akan kumatikan alat ini untuk mrmbuatmu lebih nyaman," tuturnya. Tangannya terulur, mendekati ventilator yang ada di samping ranjang, dan mematikannya tanpa ragu.
"Selamat tinggal, Yoongi ...," ucapnya dengan senyum tipis, dan keluar dengan seringai pada wajah.
.
.
.
Ceklek.
"Hyung data--YOONGI!!"
Seokjin berlari ke arah ranjang, menekan brutal tombol merah di samping kepala ranjang, melupakan makanan yang baru saja ia beli.
"K-kenapa ...?"
Seokjin kalut. Ia hanya melihat Yoongi yang kepayahan bernapas tanpa bisa membantu.
Ceklek.
Ilwoo membuka pintu kasar, matanya membola terkejut kala mendapati keadaan Yoongi sekarang.
Seokjin segera keluar dari sana, memberikan waktu bagi Ilwoo untuk menyelamatkan Adiknya.
.
.
.
Seokjin duduk dengan air mata yang mengalir tanpa henti.
Harusnya ia tidak pergi, seharusnya ia tidak meninggalkan Yoongi ....
Ia mengusap kasar wajah kusutnya. Terus terbayang di kepalanya bagaimana suara dari napas berat sang Adik.
"Yoongi ...," lirihnya.
Seokjin menatap pintu itu dengan harapan Yoonginya akan baik-baik saja.
Ceklek.
Pintu terbuka setelah beberapa menit berlalu. Seokjin segera berdiri, menyambut keluarnya Ilwoo dengan pancaran panik yang tertera jelas di wajahnya.
"Aku tidak tahu Jin-ah ...," ucap Ilwoo yang sukses membuat Seokjin bertambah khawatir.
"Ada apa, Paman? Bagaimana Yoongi? " tanya Seokjin tidak sabar.
"Ada yang mematikan ventilator," ungkap Ilwoo.
"A-apa?" Bagaimana bisa?
"Tapi, Paman, bagaimana keadaan Yoongi sekarang?" tanya Seokjin.
"Keadaannya sudah lebih baik, walau ia belum sadar. Kita hanya bisa menunggu Jin-ah," jawab Ilwoo. Seokjin tersenyum tipis.
"Yoongi pasti akan segera bangun, Paman," ia berucap yakin. Ilwoo mengangguk, seraya menepuk bahu Seokjin.
"Jaga Yoongi, hm?"
"Tentu!" jawab Seokjin cepat. Ilwoo tersenyum, mengusap rambut Seokjin sebelum pergi dari sana.
Seokjin memasuki ruang rawat. Berjalan menuju ranjang dan mengusap lembut surai sang Adik.
"Terima kasih, Gi-ya ... terima kasih karena kau mau bertahan," ucapnya dengan senyum sendu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]