52

7.6K 645 217
                                    

Jaehyun berlari menghampiri Yoongi dan Jungkook, setelah ia berhasil menendang tulang kering Bogum, hingga sahabatnya itu jatuh berlutut, kesakitan.

"Yoongi-ah ... jangan tidur." Ia mengambil alih Yoongi dari Jungkook, dan memangku kepala anak keduanya di atas pahanya. Jaehyun melepas jas, menyisakan kemeja, dan meletakkannya di bawah kepala Yoongi, sebab sebagian dari jaket abu-abu Jungkook telah berganti merah.

"Jangan tidur, Yoongi-ah ....A-appa di sini," Jaehyun berkata dengan suara bergetar, tapi ia bisa merasakan Yoongi yang mengangguk terlampau pelan. Anak itu sebisa mungkin menjaga kedua matanya tetap terbuka.

"Argh!" Jungkook mengalihkan pandangan pada Seokjin yang mengerang. Kakaknya itu meringis, melindungi kepala dengan lengan yang membiru.

"Jungkook-ah ... bisa tolong Seokjin?" Jaehyun berucap pada Jungkook. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga kiri Jungkook.

"Seokjin sudah menelepon polisi. Akan datang dalam lima belas menit ke depan," bisiknya. Jungkook mengangguk paham. Lagipula, lukanya tidak terlalu parah. Hanya lebam dan lecet di beberapa tempat. 

Jungkook berdiri walau ragu. Ia berjalan mengendap, dan melesatkan tendangan kuat pada punggung salah satu lelaki.

Kepercayaan dirinya terkumpul ketika lelaki yang menjadi sasaran tendangannya jatuh dengan erangan keras. Ia memukul tengkuk si lelaki, dan menghampiri Seokjin ketika ia yakin orang itu telah kehilangan kesadaran.

"Kubantu sebisaku, Hyung ...." Seokjin mengangguk. Mereka berdua sama-sama menyerang dua pengawal yang tersisa. 

Seokjin melepaskan tendangannya yang mengarah ke kepala lawan. Pengawal itu memejamkan matanya sebab pening. Tendangan Seokjin tadi tepat mengenai telinga kanannya. 

Kesempatan itu tak disia-siakan, Seokjin kembali melepas tendangan pada kepala lawannya. Membuat tubuh yang terlihat kekar itu limbung ke samping.

Bugh!


Jungkook mengusap kasar darah di sudut bibirnya, hasil dari pukulan lelaki di depannya. Ia dengan secepat mungkin segera menendang perut lawannya.

Para pengawal ini kebanyakan hanya 'bermain' menggunakan tangannya. Padahal, kaki adalah bagian tubuh yang tepat untuk digunakan dalam situasi seperti ini.

Brugh!


Pengawal terakhir di ruangan itu ambruk begitu saja saat Jungkook menendang kepalanya dengan. Yah ... ini cukup mudah untuk Jungkook. 

Ia menghampiri Seokjin, melihat tangan kanan Seokjin yang bengkak membiru. Tangannya terulur untuk menyentuh lengan Seokjin sebelum ditepis keras oleh empunya, juga dihadiahi tatapan tajam dari Kakaknya.

"Jangan sentuh!"

"Apa patah?" tanya Jungkook. Seokjin mendengus. "Sepertinya begitu," ia berucap membenarkan. 

Mereka berdua berjalan menuju di mana Jaehyun mencoba untuk membuat Yoongi tetap terjaga.

"Sialan, kalian!!" Ketiganya menoleh kearah Bogum. Mereka melupakan orang yang satu ini, rupanya. Jungkook menggeram marah. Ia berdiri, hendak menyerang Bogum jika saja lengannya tak dicekal oleh Seokjin.

"Kenapa, Hyung?!" ia berteriak tak terima, dan Seokjin tentu bukan tanpa alasan menarik Jungkook agar kembali duduk.

Ia melihat ... ada benda bermoncong di balik jas Bogum.

"Wah, kau menyadarinya? Ini?" Bogum mengambil benda bermoncong di balik saku jasnya. Mengeluarkan senjata api silver yang sedari tadi ia sembunyikan.

Mianhae Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang