Pagi ini tak ada yang berbeda sebenarnya. Hanya ada Jungkook yang bersikap dingin pada Yoongi dan Seokjin, juga Jaehyun yang belum pulang sejak kemarin.
Tok, tok, tok ....
"Jungkook kau sudah bangun?"
Itu Yoongi. Ia mengetuk pintu kamar Jungkook untuk mengajaknya sarapan bersama. Tadinya, Seokjin sudah berdiri dari kursinya, hendak pergi ke kamar Jungkook, tapi dihentikan oleh Yoongi yang ikut beranjak.
"Aku saja, Hyung."
Begitu katanya, dan Seokjin hanya mengangguk mengiyakan.
Tak lama, pintu di depan Yoongi terbuka ketika ia hendak mengetuk pintu kembali. Terpampanglah wajah bangun tidur Jungkook dengan rambut yang acak-acakan.
"Cuci mukamu dulu, Kook-ah. Setelah itu kita sarapan. Jin Hyu--"
"Berisik! Kenapa harus kau yang pertama kulihat saat aku bangun tidur?!" teriak Jungkook. Yoongi terdiam, senyum tipisnya terulas.
"Jin Hyung sudah menunggu di bawah," lanjutnya dengan senyum. Jungkook hanya menatap datar. Ia membanting pintu, tak peduli dengan Yoongi yang ada di depan pintu.
Suara pintu dibanting membuat Yoongi berjengit kaget barang sebentar. Setelahnya ia berjalan menuruni tangga menuju ruang makan.
"Bagaimana? Jungkook sudah bangun?" tanya Seokjin.
"Sudah, Hyung. Sebentar lagi akan turun," jawab Yoongi. Seokjin mengangguk. Ia menata piring-piring di atas meja. Para maid libur hari ini, Seokjin yang meminta, entah apa tujuannya. Seokjin hanya bilang,
"Kalian juga butuh libur untuk melepas rindu bersama keluarga."
Begitu saja, dan para maid pulang ke kampung halamannya meninggalkan mansion itu untuk satu hari. Mereka akan kembali kemari lagi besok.
Tap, tap ....
Suara langkah kaki menggema. Seokjin mengalihkan pandangannya kepada pemilik langkah kaki, dimana Jungkook tengah menuju ruang makan dengan pakaian yang sudah berganti dan rambut yang sudah rapi. Yang artinya, ia telah mandi sebelum kemari.
"Jungkookie, ayo kemari," ucapnya. Sementara Jungkook hanya menampilkan raut datarnya. Tapi, tak bisa dipungkiri hatinya menghangat kala Seokjin melantunkan panggilan untuknya.
Jungkook berjalan dengan wajah datarnya menuju salah satu bangku disana. Dan mereka bertiga memulai sarapan itu dengan hening, tanpa suara. Hanya ada dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring kaca.
"Aku selesai," ucap Jungkook, berjalan menuju pintu besar.
"Mau kemana, Kook?" tanya Seokjin.
"Rumah teman," jawabnya singkat. Kemudian menghilang begitu saja ditelan pintu besar.
***
Siangnya Jungkook kembali dengan wajah kusut. Yah ... tadi dirumah Jimin, ia selalu kalah saat bermain game. Biasanya, 'kan, Jungkook selalu unggul. Ia mendengus. Bagaimana bisa Jimin mengunggulinya hanya dalam semalam?
"Bagaimana Jimin bisa menjadi hebat tiba-tiba dalam satu hari?" dengusnya, masih tidak terima dengan kekalahan beruntun yang ia dapat.
"Padahal saat aku bermain dengannya kemarin malam, ia kalah telak."
"Kenapa rumah ini sepi sekali. Kemana penghuninya?" gerutunya saat membuka pintu dan menemui keadaan mansion yang teramat sepi.
Sama sekali tak berpikir jika ia adalah salah satu dari 'penghuni' mansion.
Di jam seperti ini, biasanya Seokjin akan menghabiskan waktu untuk menonton drama favoritnya di televisi sambil tertawa lalu menangis sesenggukan. Apa lagi mengingat sekarang hari libur.
Matanya tak sengaja menangkap bungkusan plastik di meja makan.
"Milik siapa? Ini boleh dimakan, 'kan? Tepat sekali aku juga sedang lapar."
Akhirnya Jungkook mengeluarkan makanan bungkusan itu untuk di makan. Tapi sebelumnya, ia pergi ke kamar untuk melepas hoodie dan mengecas ponsel terlebih dahulu.
***
"Ada lagi, Hyung?" tanya Yoongi.
"Sebentar ...." Seokjin dengan cermat mencocokkan barang-barang yang ada di troli belanja dengan daftar belanja yang ia tulis.
"Sudah semuanya. Apa ada yang mau kau beli, Yoon?" Yoongi menatap rak yang penuh dengan makanan. Ia menggeleng kecil.
"Oke, ayo kita ke kasir," ajak Seokjin. Yoongi mengangguk, dan mengikuti Seokjin yang berjalan terlebih dahulu.
"Totalnya 12.500 Won," ucap seorang kasir. Seokjin mengeluarkan kartu kreditnya dari dompet dan menyerahkannya.
"Terimakasih sudah berbelanja," ucap kasir itu sambil menyerahkan dua plastik besar berisi barang belanjaan.
Seokjin mengangguk ramah untuk menjawab. Tangannya terulur untuk mengambil dua plastik itu dan memberikan satu agar dibawa Yoongi. Setelahnya mereka keluar dari sana.
"Mau ditaruh mana, Hyung?" tanya Yoongi.
"Di tempat duduk belakang saja. Sini masukkan," ucap Seokjin. Ia membuka pintu belakang dan mengambil alih plastik berisi barang belanjaan.
Seokjin menutup pintu belakang dan memasuki mobil di tempat pengemudi, sedangkan Yoongi duduk di sampingnya.
Mereka berdua memasang sabuk pengaman dan mobil itu melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan.
Drrtt ....
Ponsel Yoongi berbunyi, yang sukses mengalihkan fokus kedua lelaki itu. Yoongi mengeluarkan ponselnya dari saku.
"Dari siapa, Yoon?" tanya Seokjin.
"Ahjussi ...," lirih Yoongi.
"Coba buka saja." Yoongi mengangguk patuh, mengikuti perkataan Seokjin.
2 messages from XXX
| Jaga adikmu dengan baik, Yoongi-ya ....
| Kau tentu tahu arsenik, 'kan? Melakukan percobaan dengan itu sepertinya menyenangkan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]