"Kook, kau pulang pukul berapa? Akan Hyung jemput nanti," ucap Seokjin. Jungkook menoleh, mengamati sang Kakak yang fokus menyetir. Ya memang harus fokus. Jungkook tidak ingin mati muda! Bahkan, ia belum lulus Sekolah Menengah. Ujian kelulusan akan dimulai minggu lagi, omong-omong.
"Tidak perlu, Hyung. Sepulang sekolah nanti, aku akan pergi ke rumah Mingyu untuk mengerjakan tugas bersama. Pulangnya nanti aku bisa naik bus atau jalan kaki--"
"Tidak, tidak! Hyung yang akan menjemputmu nanti. Telepon Hyung kalau tugasmu sudah selesai," tolak Seokjin. Jungkook mendengus, ia mengangguk pasrah.
"Sudah sampai, Kook-ah ... belajar yang rajin!" ujar Seokjin. Jungkook mengangguk lalu keluar dari mobil. Menyempatkan untuk melambaikan tangan pada Seokjin sebelum memasuki area sekolah.
Setelah Jungkook tak lagi terlihat, barulah Seokjin melajukan mobil menuju universitas tempatnya belajar.
Tanpa Seokjin sadari, pengendara mobil di belakang mereka tersenyum miring.
"Tunggu sore nanti, dan aku akan bermain."
***
"Aku pulang dulu, Gyu," pamit Jungkook. Ia berdiri dan memakai ranselnya.
"Kau akan jalan kaki?" tanya Mingyu. Jungkook mengangguk membenarkan.
"Yah, begitulah ...."
Memang, Seokjin telah meminta Jungkook untuk menelepon jika tugasnya sudah selesai. Tapi sayangnya, Jungkook bukan anak yang bisa menurut dengan mudah. Ia memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki. Lagi pula, jarak rumah Mingyu dan rumahnya tidak terlalu jauh. Hitung-hitung olahraga juga, 'kan?
Anak itu berjalan santai sembari bersenandung kecil. Detik berikutnya, ia menghentikan langkah. Berbalik kala merasa ada yang mengikutinya.
Ahh ... lagi pula di sini cukup ramai. Mungkin hanya perasaanku saja, batinnya.
Anak itu berbelok memasuki gang yang menjadi jalan pintas menuju rumahnya. Jungkook mengusap tengkuk, ia mulai takut. Suara langkah kaki di belakang ... apa ada yang mengikutiku?
Jungkook memberanikan diri untuk berbalik, dan menyapu tiap sisi gang dengan perasaan waswas.
"Siapa?" tanyanya.
Tapi hening. Di gang ini, hanya ada ia seorang diri. Jungkook menghela napas, menyadari bahwa ini hanyalah perasaanya saja. Ia mengendikkan bahunya tak acuh, lalu segera melanjutkan jalannya.
"Annyeong ...." Tak lama, Jungkook membalikkan badannya kala terdengar suara. Sepertinya ia mengenal suara itu, walau terhalang oleh masker. Tapi siapa? Kenapa orang di hadapannya ini memakai masker?
"Annyeong, Min Jungkook-ssi," ulang orang itu. Jungkook membulatkan matanya.
Dia tahu namaku?
"Siapa?" ia bertanya, dibalas dengan kekehan yang menyeramkan bagi Jungkook.
Hanya ada ia dan lelaki di depannya. Jungkook takut. Mulai menyesali dirinya yang tak mematuhi ucapan sang Kakak.
"Kau benar-benar tidak mengenaliku, Jungkook-ah?" Jungkook mengerut bingung. Ia menggeleng kecil.
"Maaf, Anda siapa--" ia spontan mundur saat laki-laki bermasker mendekat padanya.
"J-jangan mendekat!" pekik Jungkook, yang rupanya sia-sia, karena orang itu terus mendekati dirinya. Merasa terpojok, Jungkook memilih untuk lari menyelamatkan diri. Berlari sekencang mungkin, dengan rumah sebagai tujuan.
"Kau kalah, kelinci kecil!" Kekehan terdengar. Jungkook menelan ludah, berjalan mundur, hingga punggungnya membentur tembok pembatas.
Sial! umpatnya dalam hati. Jalan buntu. Dirinya salah memilih jalan di persimpangan.
"Kemarilah." Jungkook menggeleng cepat. Napasnya memburu, terlebih saat lelaki itu berada tepat di hadapannya. Ia tak memiliki jalan lain kecuali melawan.
Bugh!
"Siapa kau?!" Lelaki itu memegangi perutnya yang ngilu. Jungkook dengan napas terengah berhasil melayangkan satu tendangan di sana. Ia meringis pelan di balik maskernya sebelum menatap anak di depannya.
"Bedebah!" umpatnya pada Jungkook. Ia membenahi maskernya yang hampir saja lepas saat ia menunduk, berjalan cepat ke arah Jungkook lalu membalas Jungkook dengan melayangkan bogeman di pipi anak itu.
"Siapa kau, hah?!" Jungkook berteriak, lagi. Mengabaikan ngilu di pipi, ia kembali melepas tendangan pada punggung sang Lelaki, yang kali ini berhasil membuatnya jatuh bersimpuh.
Tangannya terulur, hendak membuka masker yang dipakai, sebelum tiga orang yang kemungkinan besar adalah sewaan datang mendekatinya.
"H-hei, lepas! Lepas kubilang!!" teriak Jungkook saat kedua tangannya dikunci di belakang. Jungkook meronta. Ia menendang tulang kering si pengawal itu hingga kuncian pada tangannya terlepas.
Ia mengambil tas dan segera berbalik, hendak berlari meminta bantuan, sebelum kegelapan lebih dulu merenggutnya, sesaat setelah ia merasakan nyeri pada tengkuk.
Lelaki itu terkekeh. Menendang tubuh bocah yang terkapar di aspal.
"Astaga ... kau benar-benar menyusahkan ...."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]