12

7.4K 724 26
                                    

Kini Hoseok sedang berada di kantin rumah sakit, menyantap makanan yang ia pesan dari salah satu kedai.

Hoseok membuka kaleng cola dan meminumnya rakus hingga habis tak bersisa. Selesai dengan urusan perut, ia kembali menuju ruang rawat sang sahabat.

Ceklek.


Hoseok menutup pintu ruang rawat dengan hati-hati, ketika netranya menangkap Yoongi yang terlelap. Ia menghela napas panjang. Berbaring di sofa, ikut menyelami alam mimpi bersama Yoongi.

***

Seokjin tengah berkutat dengan laptop di dalam kamarnya. Ia mengerjakan beberapa tugas kuliah yang harus dikumpulkan dalam beberapa hari kedepan. Membuka halaman buku-buku tebal yang ada didepannya lalu mengetik beberapa huruf di laptop. Begitu sampai selesai. Seokjin melihat jam kecil di meja belajarnya.

12.20

"Ahh ... sebentar lagi waktunya makan siang, aku akan ke dapur untuk membantu memasak," gumamnya. Ia mematikan laptop dan berjalan keluar kamar. Menuruni anak tangga dengan senandung ringan terlontar dari mulutnya.

Ikut bergabung bersama beberapa maid, Seokjin menawarkan diri untuk ikut membantu. Dengan cekatan, ia menata beberapa piring berisi makanan di meja makan.

Seokjin menoleh, ketika derap langkah terdengar. Ia tersenyum tipis pada Jungkook yang sedang menuruni tangga. Anak itu sekilas melirik. Tak berniat utnuk membalas senyuman dari sang Kakak.

Jungkook marah?

Mengabaikan sang Kakak yang menatapnya lekat, Jungkook mengambil makanannya sendiri dan mulai makan tanpa suara.

"Kook—"

Tak.


Seokjin terperanjat, kala sang adik meletakkan sumpit dengan keras. Anak itu beranjak, dan segera pergi keluar tanpa menghiraukan dirinya.

"Mau pergi kemana, Kook?" tanya Seokjin, namun yang ditanya terus berjalan. Telinganya ia tulikan agar tidak mendengar suara Kakaknya. Seokjin menghela napas, meutuskan untuk melanjutkan makannya yang sempat tertunda, lalu mencuci seluruh peralatan makan yang ia dan Jungkook gunakan.

***

"Eungh ...." Lenguhan bangun tidur itu berasal dari namja pucat yang masih berada di ranjang rumah sakit. Ia membuka matanya, menoleh ke kanan, di mana Hoseok tidur dengan mulut terbuka di sofa ruangan.

Yoongi merubah posisinya menjadi duduk, ia hanya diam karena tidak ada yang bisa dilakukan. Yoongi menengok ke arah nakas disampingnya. Ia mencari ponselnya, tapi Yoongi tidak melihatnya di manapun.

"Astaga, leherku sakit ...."

"Tutup mulutmu jika kau menguap, kuda," interupsi Yoongi. Hoseok segera mengalihkan perhatiannya kepada Yoongi yang sudah duduk di atas ranjang.

"Kapan kau bangun?" tanya Hoseok.

"Belum lama," jawab Yoongi. Ia mengarahkan pandangannya pada jendela yang berhadapan dengan taman rumah sakit. Yoongi menoleh kepada Hoseok lagi, ia teringat sesuatu.

Ponselnya.

"Apa ponselku ada padamu?" tanya Yoongi pada Hoseok.

"Ahh, ponselmu ... " Lelaki itu mengambil jaketnya, mencari ponsel Yoongi yang seingatnya ia simpan di dalam saku jaket.

"Ini." Hoseok berjalan menuju Yoongi dan menyerahkan benda hitam pipih itu.

"Gomawo," ucap Yoongi. Hoseok hanya mengangguk.

Yoongi membuka kunci ponselnya, tertera jam disitu..

15.12


"Ayo, aku ingin pulang." Hoseok memutar mata, jengah.

"Ku Tanya samcheon dulu," balasnya lalu keluar dari ruangan.

"Bagaimana? Boleh, 'kan?" Yoongi bertanya, sekembalinya Hoseok dari ruang kerja sang paman. Lelaki itu mengangguk kecil.

"Ayo, cepat!"

"Astaga ... sabar, Yoon ...."

***

Yoongi berjalan memasuki pekarangan rumahnya, sedangkan Hoseok langsung pulang setelah mengantar Yoongi tadi. Anak itu masih memakai hoodie yang ia pakai sedari siang, kendati bau amis darah masih tercium dari hoodie yang Yoongi pakai.

Ia menggunakan tudung hoodie itu untuk menutupi kepalanya. Perbannya memang sudah dilepas, karena Yoongi yang meminta, lebih tepatnya, memaksa Paman Hoseok, tadi.

Ia mengetuk pintu mansion tapi tidak ada yang membuka. Salah satu tangannya terulur untuk membuka pintu kayu.

"Apa Jin Hyung dan Jungkook pergi ke luar?" tanyanya dalam hati, ketika mansion terlihat kosong.

Yoongi menaiki anak tangga untuk menuju kamarnya, tapi langkahnya terhenti karena ada Seokjin yang menatapnya dari lantai atas.

"Dari mana?" tanya Seokjin datar. Walau terselip kekhawatiran di dalam hatinya.

Bagaimana tidak? Setahunya, Yoongi pergi pagi dan baru pulang sore hari. Juuga, darah di ruang tengah tadi, benar-benar membuat Seokjin khawatir hingga menunggu Yoongi pulang.

"Rumah Hoseok," jawab Yoongi. Ia memutuskan untuk berbohong. Mana mungkin ia mengatakan yang sebenarnya.

"Bohong," Seokjin membalas.

"Memang apa pedulimu?" Yoongi melirih. Memilih untuk memalingkan muka, dan berjalan menuju kamarnya, sebelum Seokjin mencekal tangannya. Membuatnya berhenti mengambil langkah, dan menatap datar sang Kakak.

"Kenapa?" tanya Seokjin. Yoongi mengernyit. Pertanyaan Kakaknya ambigu.

"Apa?"

"Darah di ruang tengah, tadi siang." Yoongi membulatkan matanya. Sedetik setelahnya, ia melirik sang Kakak. Menyuguhi Seokjin raut datarnya, dan berucap,

"Bukan urusanmu." Sebelum melepas paksa tangannya dari cekalan Seokjin.

Seokjin diam. Menatap punggung sang Adik hingga tertelan pintu kamar. Helaan napas lolos dari bibirnya.

Bagaimana itu bukan urusanku?






TBC

Mianhae Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang