58

6.5K 612 259
                                    

Hampir satu bulan Yoongi tidur, dan selama itu, Jaehyun, Seokjin, Jungkook, juga Hoseok selalu ada di sampingnya. Mengajak Yoongi bicara walau mereka tahu Yoongi tidak akan mendengar semua yang mereka katakan.

Hoseok dan Jungkook selalu berangkat sekolah dengan wajah murung. Jungkook tidak bisa untuk tidak memikirkan Kakak keduanya setiap saat. 

Hoseok, lelaki ceria itu kini nampak murung. Bahkan tak jarang menjawab pertanyaan guru dengan asal, dan membuatnya sering terkena teguran ringan.

Sebenarnya, para guru tahu apa yang terjadi pada Yoongi, karena beberapa dari mereka pernah sesekali menjenguk Yoongi, walau anak itu masih menutup matanya saat mereka datang. 

Masalah ini juga dirahasiakan dari warga sekolah lain, seperti permintaan Jaehyun. Ia tidak mau masalah menyebar luas dan bertambah rumit. Karena itu, tidak satupun dari para murid yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Yoongi di balik kedok izinnya.

Para guru mengerti, dan mengangguk menyanggupi, karena mereka tahu, hal ini juga bukan sesuatu yang bisa mereka ulik terlalu jauh. 

Tentang sekolah Yoongi, awalnya Jaehyun berpikir untuk menggantinya dengan homeschooling. Karena mau bagaimanapun juga, penyakit yang kini menjadi teman Yoongi itu, pasti tidak main-main sakitnya jika saja kambuh.

Jaehyun hanya cari aman saja. Tapi, semua keputusan ada pada Yoongi. Biarkan anak itu yang memutuskan, hendak melanjutkan sekolah atau berhenti, dan menggantinya dengan  homeschooling. Jaehyun akan mendukung keputusan Yoongi sepenuhnya. Bahkan, kepala sekolah juuga para guru setuju untuk tidak mendepak Yoongi keluar dari sekolah.

***

Sekarang, tiga remaja yang tak lain adalah Seokjin, Jungkook, dan Hoseok, sedang menunggu Yoongi di ruang rawat dengan ponsel pada masing-masing pemilik.

"Hoseok-ah, tolong! Aku dikepung!"

"Aku ke sana, Hyung!"

"Cepat--Ah, terlambat, Seok! Aku sudah dibunuh terlebih dahulu." Hoseok tertawa renyah, lain dengan Seokjin yang mendengus, menunggu respawn karakter gimnya dengan malas.

"A-apa? Kita kalah!" Jungkook mengerang. Menatap layar ponsel yang menunjukkan hasil permainan dengan mata sendu.

"Kalau begitu, ayo menangkan kali ini. Ayo main lagi," celetuk Seokjin yang telah siap dengan karakter pilihannya.

"Ah ... aku lapar, Hyung," rengek Hoseok, ditimpali Jungkook yang mengangguk setuju. Berlanjut dengan keduanya yang kompak menunjukkan wajah memelas di hadapan Seokjin.

Alis lelaki itu menukik tajam. Seokjin tahu. Ia tahu betul jika isi dompetnya sedang dalam bahaya. 

Sebab hal seperti ini sudah sering terjadi, sebenarnya.

"Hyung ...." Lelaki itu menghela napas. 

"Astaga! Iya, iya! Ahh ... kalian ini benar-benar ...." Seokjin menyerah. Memilih untuk merelakan isi dompet untuk menuruti keinginan dua anak di depannya. 

"Ayo kita ke kantin!" Hoseok berseru semangat, diikuti oleh Jungkook yang berjalan di belakang. Namun, ucapan Seokjin berhasil menghentikan keduanya di ambang pintu.

"Siapa yang akan menjaga Yoongi?" Keduanya lantas diam, berhenti, dan saling menatap.

"Yoongi Hyung akan baik-baik saja!" Si bungsu Min berucap yakin. Bukan tanpa landasan, karena tiga hari kemarin, Ilwoo berkata, kalau kondisi Yoongi sudah jauh lebih baik. Hanya tinggal menunggunya untuk bangun saja.

Seokjin mendengus pasrah,

Ia benar-benar kalah hari ini.

Katakan selamat tinggal pada isi dompetnya,

--karena dua orang itu akan berubah beringas jika dihadapkan pada makanan.

.

.

.

"Aku kenyang .... Terima kasih, Jin Hyung," Hoseok berkata dengan wajah sumringah. Ia tersenyum lebar sembari menepuk perut yang terasa penuh.

"Aku juga kenyang sekali! Terima kasih, ya, Jin Hyung!" imbuh Jungkook. Seokjin mendengus pelan. Kelinci itu terus berkata kenyang, tapi tangan kanannya masih setia memegang sebungkus roti, yang dijejalkan ke dalam mulut secara berkala.

Seokjin berdiri, berjalan untuk membayar apa yang mereka makan dan segera kembali.

"Ayo!" ajaknya. Jungkook dan Hoseok menurut. Mereka berdua beranjak dan berjalan mengikuti Seokjin.

Sepanjajng perjalanan, yang tertua hanya menggelengkan kepala tanpa menoleh ke belakang, di mana Jungkook dan Hoseok saling bercanda satu sama lain, bahkan, sampai membuat perhatian beberapa orang mengarah pada mereka.

Seokjin mencebik. Ia benar-benar jengah. Merasa tidak enak pada orang-orang yang mungkin saja terganggu.

"Kalian, bisa diam?" Lelaki itu berbalik. Bertanya, menatap dua remaja yang lebih muda.

"Ada apa, Hyung?" Jungkook memiringkan kepala. Anak itu menatap sang Kakak dengan alis terangkat. Seokjin marah? Tapi kenapa?

"Kalian bercanda terlalu keras. Ini rumah sakit. Jangan berisik. Malu, banyak orang yang melihat," lanjut Seokjin. Hoseok dan Jungkook mengedarkan pandangannya, menatap balik orang-orang yang mengarahkan pandangan pada mereka berdua.

Kedua remaja itu membungkuk untuk meminta maaf dengan senyum kikuk.

"Haha ... aku tidak sadar telah berbincang terlalu keras." Hoseok menggaruk tengkuk. Sekali lagi ia membungkuk, meminta maaf pada orang-orang yang nampak terganggu dengan obrolannya dengan Jungkook.

Seokjin mendengus. Memilih untuk abai, lelaki itu melanjutkan jalannya menuju ruang rawat sang Adik.

Tangannya terulur membuka pintu, dan segera setelahnya, ia dikejutkan oleh apa yang ia lihat.




"Yoon!"







TBC

Mianhae Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang