"Hyung ...."
Seokjin mengurungkan niatnya untuk keluar. Lelaki itu berbalik, mendekat pada Yoongi yang kini merubah posisinya menjadi duduk bersandar.
"Kau bangun juga akhirnya. Sudah tahu masih sakit kenapa masuk sekolah tadi? Dasar, keras kepala sekali. Lihat saja, sekarang kau--"
"Hyung," sela Yoongi. Omelan Seokjin sukses membuat kepalanya kembali berdenyut.
"Apa?!" sungut Seokjin. Rupanya ia masih kesal, hm?
"Kepalaku sakit," aku Yoongi.
Seokjin menghela napas panjang. Sepertinya ia harus menahan ceramahnya dulu untuk kali ini. Mau tak mau Seokjin bangkit dari duduknya.
"Hyung ambilkan air minum dulu, sekalian meminta Kang Ahjumma membuatkan bubur," ujarnya. Yoongi mengangguk pelan lalu memejamkan mata setelahnya. Mengurangi pening yang sedari tadi menyiksa kepalanya.
"Yoon, ayo bangun dulu," suara sang Kakak menginterupsi. Yoongi membuka mata, mendapati Seokjin yang kini berada di sampingnya.
"Sekarang makan, setelah itu minum obat. Buka mulutmu, akan Hyung suapi," ujar Seokjin, siap dengan sendok dan mangkuk bubur di tangannya. Yoongi tidak melawan, ia membuka mulutnya, membiarkan sesendok bubur tanpa rasa itu masuk. Ia menurut, selain karena tubuhnya yang lemas, ia juga lelah berdebat dengan Seokjin.
"Istirahatlah lagi," ujar Seokjin. Yoongi mengangguk, bergeming saat yang lebih tua menaikkan selimut hingga sebatas dada.
"Hyung keluar dulu." Seokjin hendak keluar dari sana, sebelum cekalan hangat terasa. Seokjin berbalik.
"Hyung di sini saja, temani aku," ucap Yoongi. Seokjin mengulum senyumnya sejenak sebelum menjawab, "Hyung tetap di sini. Kau tidurlah." Ia terkekeh pelan. Yoongi yang sedikit manja membuatnya terlihat menggemaskan.
Seokjin membaringkan tubuh di samping Yoongi, dengan tangan yang mengelus rambut Adiknya.
Yoongi memejamkan matanya. Bohong kalau ia tidak suka diperlakukan begini. Usapan Seokjin sangat nyaman. Yoongi menyukainya.
"Hyung ...."
"Ya?" Seokjin menoleh, menatap Yoongi yang menutup matanya. Adiknya ini sudah tidur atau belum sebenarnya?
"Jungkook di mana?" tanya Yoongi masih dengan mata terpejam.
"Jungkook? Tadi dia keluar, tapi tidak tahu akan ke mana. Memang ada apa?"
"Tidak ...."
"Hm ... tidurlah." Seokjin memilih untuk tak lagi mengajukan pertanyaan. Lelaki itu bangkit kala dengkuran halus terdengar. Seokjin menunduk, mengelus dahi hangat sang Adik.
"Cepat sembuh ...," ujarnya sebelum keluar.
.
.
.
"Kook-ah, dari mana?" tanya Seokjin kala mendapati presensi Jungkook yang baru saja masuk.
"Urus saja Adikmu itu," dingin Jungkook. Ia memutar mata, melewati Seokjin tanpa melirik.
"Apa maksudmu? Kau dan Yoongi, kalian berdua adikku." Langkah Jungkook terhenti. Ia berbalik, melayangkan tatapan nyalang pada yang lebih tua.
"Aku tidak punya kakak seperti sialan itu."
Rahang Seokjin mengeras. "Jungkook, jaga ucapanmu, dan berlakulah sopan!" geramnya. Jungkook terkekeh. Merasa ada sesuatu yang lucu terselip pada kalimat sang Kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]