60

6.9K 595 184
                                    

"Akh!"

"Ada apa?" Jungkook menggeleng cepat.

"Hehe ... lidahku tergigit." Anak itu tertawa kecil.

"Makan itu hati-hati. Lagi pula tidak akan ada yang mencuri makananmu," cibir Seokjin. Jungkook memutar mata malas.

"Iya, iya ... Hyung menyebalkan," balas Jungkook. 

"Apa katamu? Ulangi, Kook!"

"Hyung menyebalkan! Seokjin Hyung benar-benar menyebalkan!" 

Sembari menjulurkan lidah mengejek, bocah itu berseru keras. Membuat Seokjin kesal hanya dengan melihat wajahnya.

"Kau benar-benar--"

"Hei, ada apa ini?" Keduanya lantas terdiam. Menoleh pada lelaki yang menatap mereka dengan alis memincing.

"Sejak kapan Paman ada di sini?" tanya Seokjin.

"Aku? Kurasa sejak kalian saling mengatai?" Ilwoo terkekeh geli. Ia menepuk bahu Seokjin. "Paman pergi," pamitnya.

"Eh? Kupikir Paman kemari untuk memeriksa?" celetuk Jungkook.

"Iya, sudah selesai. Lagi pula Yoongi terlihat baik-baik saja. Bahkan, ia tidak berhenti tertawa sedari tadi," balas Ilwoo.

"Benarkah?!" Ilwoo mengangguk. Jungkook mengarahkan pandangannya kepada Yoongi yang kini tersenyum kecil.

"Arrgh! Kenapa?!!"

Plak!



"A-akh! Sakit!" Jungkook mengerang ketika tangan Seokjin memukul bahunya cukup kuat. Membuatnya meringis karena terasa perih dan sedikit sakit. Ia menatap sengit Seokjin, sebelum mengalihkan pandangan pada Yoongi yang tersenyum geli.

"Yoongi Hyung, ayo tertawa lagi!" serunya.

"Bagaimana Yoongi akan tertawa jika tidak ada yang lucu, dasar aneh!" cibir Seokjin.

"Ish! Diam saja, Hyung!" bentak Jungkook. Seokjin mendengus dan memilih untuk bungkam. 

Jika ia membalas, maka semuanya akan menjadi semakin panjang. Tidak ada hentinya.

Ya, Seokjin cukup tahu, karena mereka berdua sama-sama keras kepala.

***

"Hyungie ... tidak marah padaku?" Jungkook bertanya tiba-tiba, membuat Seokjin yang mendengarnya spontan mengalihkan perhatiannya pada kedua Adiknya.

"Kenapa harus marah?" Tanya Yoongi balik. Jungkook menurunkan pandangannya. Ia memilin kaos bawahnya.

"K-karena aku sering membuat Yoongi Hyung sakit seperti ini--

--Hiks ... aku Adik yang buruk, 'kan? Hiks, maaf ...."

Air matanya tidak bisa ditahan lagi. Rasa bersalahnya terlampau besar mengingat semua perlakuannya pada Yoongi.

Membenci, memaki.

Dulu, apa yang tidak Jungkook lakukan untuk membuat Yoongi menderita?

"Kenapa menangis, Kook-ah? Ujimayo ...." 

"Hiks, maaf ...." Yoongi tertawa kecil

"Kemarilah ...." Ia mengulurkan tangannya yang terbebas dari infus untuk membawa Jungkook dalam pelukan. 

"Hiks, Hyung ...." Tentu saja si bungsu itu terisak keras. Membenamkan kepala pada bahu sang Kakak dengan air mata yang tak berhenti mengalir.

"Jangan menangis, Kook-ah," ujar Yoongi. Tapi bukannya berhenti menangis, isakan Jungkook justru semakin menjadi. 

"Maaf, Hyung ...."

"Hei, tidak apa. Sekarang ayo hapus air matamu. Kau jadi tidak keren, Kook-ah." Yoongi terkikik pelan. Ia melepaskan pelukan Jungkook lalu menghapus air mata si bungsu hingga tidak ada sisa air mata di sana. Meninggalkan mata dan hidung yang memerah juga isakan kecil milik Adik tersayangnya.

"Hyung ... "

Tanpa ada aba-aba, Jungkook memeluk Yoongi, dan menempatkan dirinya di ruang yang tersisa pada ranjang. Anak itu menenggelamkan kepala dalam ceruk leher sang Kakak. 

"Haha ... kenapa  lucu sekali, sih, Kook?" gemas Yoongi.

"Aku ini tampan, Hyung," balas Jungkook tidak terima. Ia menelusupkan wajah, menyembunyikan pipi bersemu malu miliknya.

"Ah ...  benar-benar, akh! Hatiku ...."

Seokjin dan Yoongi menoleh, menatap aneh pada Jung Hoseok yang baru saja datang.

"Tadi itu sangat manis," tutur Hoseok. Ia mengusap kasar air mata yang memupuk.

"Kau menangis? Dasar cengeng!" ejek Seokjin. Hoseok mendelik tidak terima.

"Hyung, lalu bagaimana dengamu? Lihat dirimu sendiri! Matamu sudah berkaca-kaca! Lihat ingusmu sudah di ujung hidung!" protes Hoseok.

"Setidaknya aku tidak menangis sepertimu, kuda." Hoseok mendengus kesal. Ia berjalan menuju sofa, mendudukkan dirinya tepat di samping Seokjin.

"Tapi tadi benar-benar menyentuh, Hyung," ungkapnya. Seokjin memutar mata jengah. Lelaki itu memilih untuk bermain gim. Mengabaikan Hoseok yang mengoceh di sampingnya.

"Menang!" Seokjin berseru puas, sedang Hoseok di sampingnya menatap iri. Ia juga ingin bermain, tapi apa daya, karena ponselnya tertinggal di rumah.




TBC


Mianhae Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang