50

6.8K 646 298
                                    


"A-ajusshi ...."

Bogum memasang seringainya. "Pilih salah satu. Jaehyun, Seokjin, atau ..." Bogum menggantung kalimatnya. Menatap pada Yoongi yang terdiam di belakang sana.

" ... Yoongi?" lanjutnya. Jungkook menggeleng ribut. Ia tak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya.

Matanya berairnya menatap sang Kakak. 

Maaf ... maafkan aku, Hyung ....

"Pilih salah satu dari mereka, bocah!" seru Bogum. Ia melepas tendangan di perut Jungkook. Disusul dengan pukulan menggunakan balok kayu yang ia bawa tadi. 

Jungkook mengerang, tak bisa melawan pukulan balok kayu dari Bogum.

Anak itu memejam pasrah. Ia terikat, tak bisa berkutik.

"Berhenti, Ahjussi!" Itu Yoongi. Ia berdiri, berjalan ke arah Jungkook.

"Jangan Jungkook," lanjut Yoongi. Ia menatap tajam Bogum dengan mata gelap.

"Tapi aku belum puas," balas Bogum. Sedetik kemudian ia terkekeh. 

"Kau ... apa kau mau menggantikan posisinya?"

Bugh!

Bugh!

"Akh!" Yoongi menggigit kuat bibir bawahnya saat Bogum tiba-tiba menerjangnya dengan balok kayu. Memukul perut lebih tepatnya. Ia berusaha tidak mengeluarkan ringisan saat balok kayu itu menghantam tubuhnya, juga saat darah keluar dari beberapa luka yang terbuka.

Bogum terus memukul Yoongi. Tangan, perut, kaki, dan bagian tubuh lain tak luput dari pukulannya.

Yoongi meringis. Sakit. Seluruh tubuhnya sakit. Tangan kirinya tak lagi bisa digerakkan. Mati rasa. Sedangkan Jungkook hanya bisa menjadi penonton dengan air mata berderai.

Yoongi, Kakaknya, menggantikan posisinya. 

Seharusnya ia yang dipukuli. Seharusnya ia yang menahan sakit akibat hantaman kayu itu. 

Bukan Yoongi, bukan Kakaknya. 

Kakaknya itu ... sudah terlalu banyak berkorban.

Yoongi Hyung ....

Bugh!


"ARGHH!"

"Aih, meleset!!" Bogum berdecak saat hantaman keras kayu yang seharusnya mengenai punggung Yoongi justru meleset mengenai kepalanya.

Bagai kehilangan kekuatan, tubuh ringkih itu jatuh bersimpuh. Ia meremas erat kepala yang terasa sakit usai menjadi sasaran balok kayu. Yoongi menunduk, menahan pening yang menjalar, bersama dengan cairan merah pekat yang mengalir dari luka di kepala. 

"Hyung!"

Yoongi membuang pandangannya dari Jungkook, berusaha untuk tak melihat sang Adik.

Mata berair Jungkook, tangisan Jungkook, adalah kelemahannya.

"Hei ...." Yoongi mendongak kala dagunya dicengkeram kuat oleh Bogum. Ia menarik kepala Yoongi hingga mendongak. Memperlihatkan berbagai lebam dan luka di wajah pucat anak itu. Ia tertawa, beralih menarik rambut Yoongi hingga anak itu terpaksa berdiri. 

"Hiks, Yoongi Hyung .... Ahjussi, tolong berhenti ...." 

Yoongi menoleh. Menggeleng pelan pada Jungkook yang terisak.

"J-jangan menangis ...." Jangan menangis, Jungkook-ah  ....

"Hei, Jungkook-ah, menangis, hm?" Bogum terkekeh kecil, sementara Jungkook diam, tak menjawab, masih sibuk dengan air mata dan sekian banyak penyesalan.

Lelaki itu mendengus jengah. Ia membanting tubuh Yoongi tepat di samping Jungkook, yang membuat isakan anak itu lebih menjadi.

"Hyung ...." Ingin sekali Jungkook membawa kakaknya ke dalam rengkuhannya, untuk memeluk tubuh ringkih itu. Tapi dirinya diikat, Jungkook hanya bisa melihat Yoongi yang setengah sadar dengan manik berlinang air mata.

"Ja ... ngan menangis, Kook-ahh ...," lirih Yoongi. Ia mendongak. Menyempatkan untuk melempar senyum tipis pada sang Adik.

Bogum mendekati Yoongi yang bersandar lemah pada tembok. Mata Jungkook membola melihat Bogum mengeluarkan benda mengkilat dari dalam saku, dari balik jas hitamnya. 

"Jangan! Jangan Ahjussi!!" Jungkook berteriak keras. Menggesek tali yang mengikat tangannya dengan tiang, mencoba sebisa mungkin melepaskan ikatan di tangannya.

"Menjauh! JANGAN DEKATI YOONGI HYUNG!" Jungkook hanya bisa berteriak. Ikatan di tangannya terlalu erat. Dilihatnya Yoongi yang bersandar di tembok dengan mata setengah terpejam.

"Yoongi Hyung, pergi! Lari, Hyung!!" Ia berteriak keras. Tapi Yoongi hanya diam di sana. Tenaganya terkuras, ia terlalu lelah untuk menghindar, bahkan berdiri. Yoongi mengulas senyum tipis, yang justru membuat Jungkook bertambah histeris.

"Aku baik-baik saja, J... Jungkook-ah ...."

***

"Kau yakin, Jin?" Seokjin menatap sang Ayah dan mengangguk mantap. 

Beberapa saat lalu, sepulang Jaehyun dari kantor, Lelaki itu berteriak kesetanan, menanyakan di mana Jungkook berada. Penampilannya kacau, wajahnya kusut, teringat akan pesan yang ia terima.

| Cepat datang, atau anak kesayanganmu akan pergi menyusul Ibunya.

"GPS dari nomor yang mengirim pesan, titiknya di sini. Sama dengan titik lokasi ponsel Yoongi yang sepertinya memang sengaja dihidupkan," ucap Seokjin. Jaehyun mengerut bingung.

Yoongi? Anak itu?

"Ayo, Appa!" Seokjin melangkah mendahului. Memasuki gedung tua dengan Jaehyun di belakangnya. Mereka berdua didatangi oleh dua orang bertubuh kekar. Orang yang sama yang menghalangi langkah Yoongi tadi.

Seokjin berpikir bahwa mereka akan dihadang. Namun, ia mengernyit kala salah satu dari dua orang itu menghela napas panjang.

"Dua adikmu berada di lantai dua, ruangan paling kanan," ucap salah satu dari mereka.

Apa yang terjadi sebenarnya?

Alis Seokjin menukik. Kenapa orang ini memberitahunya ruangan di mana adiknya berada?. Apakah ada rencana lain? 

Tapi Seokjin tak ambil pusing. Ia berjalan cepat menaiki anak tangga, menuju ruangan paling kanan seperti yang orang tadi katakan.

Brak!


Seokjin menendang pintu di depannya hingga terbuka lebar. Matanya membola, berusaha menepis kuat apa yang terjadi di dalam.

"Wah, sudah datang? Cepat sekali," Park Bogum berucap takjub. Kedatangan dua orang di depannya membuatnya menghentikan langkah, yang juga membuat Jungkook bisa menghela napas lega.

Setidaknya Park Tua Bogum itu tidak mendekati Kakaknya.

"Bogum?!" Jaehyun berseru tak percaya. Ia melihat Jungkook diikat di sana, juga keadaan Yoongi yang membuatnya menelan ludah kasar.

"Jungkook-ah ...," lirih Jaehyun. Ia hendak berlari, melepaskan ikatan tangan Jungkook sebelum sebuah suara menginterupsi.

"Maju selangkah lagi, dapat kupastikan pisau ini mendarat di jantung anak kesayanganmu," ancam Bogum. Jaehyun berhenti seketika. Menatap tak percaya pada sang sahabat yang baru saja berujar.

Manik Seokjin bergulir, menyapu seluruh sudut ruangan, dan terpaku pada Yoongi di sudut. Ia tertegun. Sesak di dada membuat air matanya menetes tanpa kompromi.

"Y-yoon ...."






TBC

Mianhae Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang