19.00
Anggota keluarga Min telah duduk rapi di meja makan. Tidak lengkap sebenarnya, karena hanya Jaehyun, Seokjin, dan Jungkook yang ada di sana.
Makan malam dimulai tanpa suara, dan berakhir dengan perginya masing-masing anggota keluarga untuk beristirahat.
"Jin, belum mau ke kamar?" tanya Ayahnya, Seokjin menggeleng pelan.
"Nanti saja, Appa," balasnya. Kedua matanya tak lepas dari televisi yang tengah memutar film bergenre action.
"Kalau begitu Appa ke kamar dulu, Jin."
"Ne," jawab Jin, setelah itu Jaehyun pergi meninggalkan Jin menuju kamar untuk beristirahat.
Sebenarnya tujuan Seokjin belum memasuki kamar bukan karena film. Tapi karena Yoongi. Sedari tadi sejak ia pulang, Seokjin belum melihat Yoongi, sampai saat ini.
Saat ini pukul setengah sepuluh. Sudah satu jam Seokjin menunggu Yoongi di ruang tengah. Bahkan, film yang tadi telah selesai sedari tadi, matanya juga sudah mulai merah karena menahan kantuk. Ia menatap pintu yang tertutup rapat.
Karena sudah satu jam lebih menunggu, Seokjin mematikan televisi. Ia berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
Mungkin, Yoongi menginap di rumah temannya.
***
Pagi telah datang, dan Min Jungkook bangun dengan tergesa.
"Aku terlambat bangun!" teriaknya. Kantuknya seketika hilang entah kemana, saat jam kecil di tas meja menunjukkan jam enam kurang lima menit. Jungkook segera turun dari kasur, terburu-buru pergi ke kamar mandi.
Tap, tap ....
"Jungkook-ah. Pelan pelan saja makannya," nasihat Jaehyun. Bagaimana tidak? Jungkook menuruni tangga dengan tergesa-gesa, mencomot selembar roti tawar dan langsung menjejalkan roti itu ke mulutnya hingga kedua pipinya menggembung.
"Aku sudah terlambat, Appa," ucapnya dengan mulut penuh. Sementara Jin, Jaehyun, dan beberapa maid hanya tertawa kecil.
"Ayo, Hyung. Cepat!" serunya sembari menggoyangkan lengan Seokjin dengan cukup keras.
"Sabarlah, Jungkookie," ucap Seokjin. Mau tak mau, si sulung itu harus berdiri dari duduknya.
"Kami berangkat, Appa," pamitnnya.
"Ne, hati-hati di jalan, Jin-ah." Si sulung mengangguk.
"Tentu."
***
Disekolah Hoseok dibuat kebingungan oleh Yoongi yang absen tanpa kabar. Menengok ke kanan-kiri menunggu sang sahabat, tapi Yoongi tiak datang, bahkan setelah jam mata pelajaran pertama usai.
Apa aku harus ke rumah Yoongi?
Ia mengangguk mantap. Sudah diputuskan, pulang sekolah nanti Hoseok akan pergi ke rumah Yoongi.
.
.
.
Pukul setengah empat Hoseok sampai di rumah Yoongi, setelah pulang sebentar untuk berganti pakaian. Hoseok mengetuk pintu kayu di depannya.
Ceklek.
"Oh, Nak Hoseok, ada apa?" tanya Kang Ajumma. Kang Ajumma dan beberapa maid di mansion memang mengenal Hoseok karena Hoseok sering berkunjung kemari.
"Aku mencari Yoongi, Ajumma, dia tidak berangkat hari ini," jawab Hoseok. Wanita paruh baya di hadapannya mengernyit.
"Tapi, Yoongi tidak terlihat sedari kemarin. Ajumma pikir Yoongi menginap di rumah Nak Hoseok," ungkap Kang Ajhumma.
"Yoongi tidak menginap, Ajumma. Kalau begitu, bolehkah Hoseok masuk? Mungkin Yoongi ada di kamarnya," tanya Hoseok. Tentu saja ia terkejut. Pasalnya Kang Ajumma bahkan tak tahu Yoongi ada dimana.
"Ne, masuk saja, Nak Hoseok." Hoseok mengangguk dan memasuki mansion itu. Kaki jenjangnya ia langkahkan untuk menaiki tangga.
Setelah sampai di depan kamar Yoongi tangannya ia ulurkan untuk mengetuk pintu itu.
Tok, tok, tok ....
"Yoon?"
"Yoongi?"
Merasa tidak ada jawaban Hoseok mencoba untuk membuka pintu itu. Siapa tahu tidak dikunci.
Benar ternyata, pintunya tidak terkunci. Tapi, yang membuat Hoseok terkejut adalah kamar Yoongi yang kosong. Bahkan ponsel Yoongi ada di atas nakas.
"Yoon?" ia memanggil Yoongi sekali lagi. Tak ada jawaban, Hoseok berjalan menuju kamar mandi yang tertutup rapat.
Tangannya ia ulurkan untuk mengetuk pintu beberapa kali.
Memanggil beberapa kali, dan tak ada jawaban. Ia meneguk liur.
Yoongi ... di mana?
"Astaga, Tuan Muda!"
Hoseok menoleh. Kakinya ia pacu cepat ke sumber suara. Menuruni anak tangga dengan terburu, dan sampai di depan ... gudang?
Ia melangkah ragu memasuki gudang, tetapi matanya membola melihat ketika pemandangan di depannya, Kang Ajumma memeluk Yoongi yang pucat pasi. Bercak darah pada kaus putihnya, Hoseok bisa melihatnya dengan jelas.
"Yoon ...?"
"H-hei, jangan bercanda." Hoseok meneguk ludah ketika Yoongi membuka mata. Tak sempurna memang, dan kernyitan sakit pada dahinya membuat Hoseok menahan napas.
"S-sesak ...," ia merintih. Memukul dada dengan kekuatan yang tak seberapa.
Dibantu oleh Kang Ajumma, Hoseok menggendong Yoongi di punggung. Berjalan cepat menuju mobil sembari menelan liur sesekali ketika sang sahabat merintih sakit.
Hoseok membaringkan Yoongi di tempat duduk belakang bersama Kang Ajumma yang ikut masuk. Melajukan mobil dengan khawatir luar biasa, Hoseok tak bisa mengabaikan wajah kesakitan serta rintihan Yoongi.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]