"Hoaam--Ah! Jin Hyung sudah pulang?"
Yoongi terkikik. Lucu saja melihat Jungkook dengan muka bantalnya. Rambut yang acak-acakan, ditambah dengan mata yang masih setengah terpejam.
"Oh! Yoongi Hyung sudah bangun juga?" Sepertinya, bocah itu sama sekali tidak menyadari jika Yoongi sudah bangun.
"Sudah dari tadi, Kook. Ayo turun. Hyung bawakan jajangmyeon," ujar Seokjin, yang ampuh membuat Jungkook membuka mata lebar-lebar.
"Siap!!" serunya. Anak itu berlari memasuki kamar mandi untuk membasuh muka, dan keluar dengan wajah yang lebih segar.
"Ayo kita makan!"
.
.
.
"Wah ... Jin Hyung, di mana tempat yang menjual jajangmyeon seenak ini?"
Seokjin terkekeh. "Hyung beli di dekat kampus. Enak?" Jungkook mengangguk semangat.
Anak itu tersenyum senang sehabis menyeruput kuah mienya.
"Haha, lihat! Bahkan Yoongi Hyung sudah mendahuluiku!" Anak itu menunjuk pada mangkuk Yoongi yang sudah kosong tak bersisa.
"Ah, Yoongi Hyung ... Padahal, aku berencana untuk meminta jajangmyeonmu saat makananku sudah habis. Tapi, ternyata aku kalah cepat." Si bungsu itu tertawa kecil.
"Kau lapar sekali, ya, Yoon?" goda Seokjin. Yoongi menggeleng.
"Aku hanya menghormati si pembuat makanan, dengan memakan masakannya hingga habis."
***
19.15
"Yoongi Hyung! Ayo!!" teriak Jungkook dari lantai bawah. Anak itu sudah siap dengan kaos putih berbalut jaket tebal, dipadu dengan celana panjang berwarna hitam.
"Jin Hyung! Kapan kita akan berangkat?!" Teriakan itu menggema ke seluruh penjuru rumah. Si bungsu itu tidak sabaran sekali.
Ya ... karena Seokjin mengajak Yoongi dan dirinya pergi ke taman hiburan. Seperti janji Seokjin waktu itu.
"Hyungie!"
"Sabar, Kook!" Seokjin balas berteriak dari dalam kamar. Jungkook mengerucutkan bibirnya. Ia memutuskan untuk duduk pada anak tangga. Lama-lama, lelah juga menunggu Kakaknya yang lama bersiap.
"Hyung, kau seperti ninja," celetuk Jungkook ketika Yoongi sampai dengan stelan hitamnya.
Yoongi tertawa kecil. "Ayo, kita tunggu Jin Hyung di depan saja. Dia itu seperti wanita. Lama sekali jika bersiap-siap," ejek Yoongi. Ia menggandeng tangan Jungkook, menariknya untuk keluar.
"Haha, Hyung benar!"
"Ayo, kita berangkat!" Seokjin yang baru datang berseru keras. Menuai tatapan sengit, juga cibiran dari Jungkook, yang telah menunggu lama.
***
"Bagaimana?" tanya Seokjin pada kedua adiknya. Sekarang, mereka berada di tepi Sungai Han. Mengagumi cantiknya sungai pada malam hari.
"Seru sekali Hyung! Terima kasih!" seru Jungkook. Anak itu berkata sambil mengangkat tinggi-tinggi permen kapasnya.
"Yoongi-ah, kenapa diam saja? Apa ada yang sakit?" tanya Seokjin. Pasalnya, anak itu hanya diam sedari tadi. Sama sekali tak terlihat berminat untuk masuk dalam percakapan.
Yoongi menggeleng cepat. Menampik ucapan sang Kakak. "Aku senang, Hyung. Terima kasih ...."
Anak itu melempar senyum tipisnya.
"Ya sudah, ayo kita pulang. Sudah terlalu malam," ujar Seokjin. Ia berbalik, berjalan mendahului kedua Adiknya.
"Ayo Kook, kita pulang. Ini sudah jam sembilan," ajak Yoongi, ia mulai berdiri lalu mengikuti Seokjin.
"Ahh ... hari ini aku senang sekali ...," gumam Jungkook. Anak itu berdiri setelahnya. Berlari, dan memeluk tubuh Yoongi dari belakang.
"Hehe ... Yoongi Hyung hangat."
Seokjin yang sudah siap mengemudi merotasikan mata jengah.
"Dasar bocah ...," ia mencibir, walau senyum cerah terpampang di Seokjin melihat kedua Adiknya tertawa bersama. Seokjin tidak bisa berbohong, dengan menyembunyikan fakta bahwa ia senang.
"Yoongi-ah! Jungkookie! Ayo cepat!" teriak Seokjin membuat Yoongi dan Jungkook menghentikan langkahnya.
Jungkook melepaskan pelukannya pada Yoongi.
"Satu, dua, tiga!" Si bungsu mulai berhitung, dan dua bocah itu memacu kakinya lebih cepat, berlari ke arah Seokjin.
"Yang duluan sampai boleh duduk di depan!" Jungkook berteriak dengan tawa riang.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]