17

7.1K 637 99
                                    

Kening Yoongi berkerut, terhitung sudah tiga pesan dari pengirim yang sama, masuk ke kotak pesan di ponselnya.

Yoongi

Maaf, siapa? |

XXX

| Apa itu penting, Min Yoongi?

Yoongi menggeram kesal. Oh ayolah, ini masih pagi dan Yoongi sudah mendapat hal yang membuatnya kesal.

Namun, sepersekian sekon, ponsel miliknya berbunyi, ada panggilan masuk.

XXX is calling

"Siapa sebenarnya dia?" gumamnya penasaran. Karena rasa penasarannya, Yoongi mengangkat panggilan itu.

"Yeoboseo," sapanya mengawali panggilan.

"Wah, wah, benar-benar anak yang sopan haha ...." Terdengar kekehan dari seberang sana.

Yoongi yakin orang yang meneleponnya pasti seorang laki-laki paruh baya jika didengar dari suara di telepon.

"Maaf, tapi siapa anda? Kenapa mengirim pesan-pesan aneh?" 

"Santai, Min.  Aku hanya ingin menyampaikan kalau permainan akan segera dimulai, Ani. Sebenarnya sudah dimulai sejak dulu, tapi apa harus kita ulangi, hm?"

"Permainan? Apa maksudmu?"

"Kau benar-benar penasaran rupanya." Tarikan napas panjang terdengar dari sambungan telepon. Yoongi mengernyit. Sebenarnya ...  apa yang dibicarakan orang ini?

"Kau tak ingat kejadian dua tahun lalu?" tanya seberang sana.

Alis Yoongi menukik. Dua tahun lalu?

"Ck, ck, sudah lupakah?"

"Apa--"

"Ibumu."

Deg!


Mata Yoongi membola ketika mendengar jawaban dari seberang sana.

Orang ini ... bagaimana bisa tahu? 

"Kalau begitu, kita mulai permainannya anak muda?" tawarnya.

"Permainan? Maaf, tapi saya tidak mengerti, Ahjussi ...." Gelak tawa terdengar.

"Bagaimana jika kusebut kematian ibumu itu merupakan salah satu dari permainanku, hm ...?"

Rahang Yoongi mengeras kala mendengar jawaban dari penelepon. Orang ini ... gila.

"Perlukah keluargamu yang lain merasakan juga apa yang dirasakan ibumu, hm?"

"Jangan sentuh keluargaku!"

"Haha, lihat saja apakah kau bisa melindungi keluargamu nanti. Oh, ya,  aku dekat dengan ayahmu, jika kau mau tahu."

Klik.


Telepon dimatikan sepihak oleh pihak penelepon. Yoongi menurunkan handphonenya dari telinga.

"Tidak akan kubiarkan kau menyentuh keluargaku," tegasnya dengan rahang mengeras. Ponselnya ia remat dengan keras sampai buku-buku jarinya memutih.

Puk.


Satu tepukan dibahu membawa Yoongi kembali dari segala asumsi tentang pria gila itu. Tangannya yang meremas handphone is longgarkan. Matanya melembut kembali, kepalanya ia tolehkan menengok si penepuk.

Mianhae Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang