41

6K 615 86
                                    

Malam ini Hoseok menginap untuk menemani Yoongi, karena Seokjin pamit untuk pulang, dan akan kembali besok pagi. Awalnya Seokjin tentu menolak untuk meninggalkan Yoongi, tapi apa daya jika Yoongi terus memaksa. Adiknya itu berkata kalau ia takut Jungkook akan membenci Seokjin.

"Seok," panggil Yoongi.

"Hm?" gumam Hoseok. Fokusnya masih pada gim pada ponselnya. 

"Jam berapa ini?" tanya Yoongi. 

"Delapan lebih lima. Ada apa?" tanya Hoseok, yang dibalas dengan gelengan pelan.

Hoseok mengernyit, mengalihkan pandangan ke arah Yoongi yang duduk di ranjang. Menghentikan gimnya sebentar, lalu mendekat pada Yoongi.

"Mengantuk, ya? Tidurlah," tuturnya kala melihat mata sayu sang sahabat yang bahkan, sudah beberapa kali tertutup.

Yoongi menggeleng kecil. "Aku belum mengantuk," jawabnya. Hoseok memutar mata malas.

Mata sudah sayu begitu bilangnya tidak mengantuk? Dasar ..., batinnya.

Yoongi mengalihkan pandangannya ke arah kiri, membuat Hoseok hanya bisa melihat wajah sahabatnya dari samping.

"Yoon ...." 

"Hm ...?"

"Kali ini kau berhasil membuatku takut dengan tidur lebih dari satu minggu." Hoseok mulai bercerita. Yoongi terdiam, dan Hoseok menganggap sahabatnya itu mempersilakannya untuk bercerita.

"Memang, bagaimana ceritanya hingga kau bisa seperti ini?" tanya Hoseok. Rasa penasarannya tak lagi bisa dibendung. Setahunya, ada banyak maid di rumah Yoongi. Tetapi saat Hoseok bertanya, tak ada satupun yang tahu tentang hal itu.

"Hei, kau mendengarku tidak?" tanya Hoseok. Ia menghela napas. Berdiri, dan tertawa kecil.

"Tidur ternyata. Tadi bilang belum mengantuk, saat aku bicara malah ditinggal tidur," ia mengoceh. Ia mendekat untuk membenarkan posisi Yoongi menjadi berbaring, lalu menyelimutinya sampai sebatas dada.

"Jalja ...," ucapnya. Setelahnya Hoseok berjalan menuju sofa. Mematikan game yang hanya ia pause tadi, berbaring di sofa, dan menutup matanya.

***

"Aku pulang," Seokjin berucap. Ia baru saja pulang dari rumah sakit. Seingatnya ia pergi dari rumah sakit pukul delapan, dan sekarang sudah pukul sembilan lebih.

Memang Seokjin sengaja memperlambat jalannya. Karena biasanya, Jungkook sudah tidur pukul sembilan. Anak itu memang selalu tidur awal. Ia sengaja pulang pukul sekian ini agar bisa terbebas dari banyaknya pertanyaan yang kemungkinan besar akan ditanyakan oleh Jungkook.

"Baru pulang, Min Seokjin? Masih ingat rumah, eoh?" Seokjin mendongak.

Sial sekali. Berniat menghindari Jungkook, tapi malah bertemu dengan Ayahnya.

Jaehyun berdiri. Meninggalkan sofa yang didudukinya sedari tadi, dan berjalan mendekati si sulung.

"Kutanya, dari mana saja, Jin?" Suara sang Ayah meninggi. Cukup untuk membuat Seokjin tersentak kecil. 

"A-aku ... "

"Bicara dengan jelas, Seokjin!" Jaehyun berseru. Ia tak lagi peduli pada malam yang sudah larut. Karena yang ia perlukan sekarang adalah penjelasan Seokjin.

Tentu ia butuh penjelasan. Seokjin jarang pulang seminggu ini. Dan selama itu pula Jaehyun menahan rasa penasaran dan marahnya pada si sulung.

Tempo hari, si sulung itu hanya pamit untuk menginap di rumah teman. Tapi saat Jungkook memberitahunya jika Seokjin tidak berada di rumah temannya selama ini, ia menjadi geram.

"Jin--"

"Rumah sakit, Appa ...," lirih Seokjin yang masih bisa didengar oleh Jaehyun.

"Untuk apa kau ada di sana? Apa ada hubungannya dengan anak sialan itu, heh?" Seokjin menatap sang ayah. Rasa takutnya tadi menghilang entah kemana. Panggilan Ayahnya pada Yoongi ... Seokjin tidak menyukainya.

"Tolong jangan panggil Yoongi seperti itu," pinta Seokjin. Jaehyun terkekeh.

"Kau membelanya? Sialan itu tidak pantas dibela!" 

"Yoongi itu ... adikku. Aku akan melindunginya seperti tugas kakak sebagaimana mestinya," ucap Seokjin tanpa ragu. Jaehyun mengangkat alis. Menatap si sulung dengan angkuh.

"Pembunuh tidak pantas dikasihani," ia berujar gelap.

"Maaf, Appa. Tapi aku tidak mengasihani," balas Seokjin lalu pergi begitu saja menuju kamarnya, dan keluar beberapa saat kemudian. Niatnya untuk menginap semalam sirna.

"Seokjin kembali ke rumah sakit. Selamat malam, Appa," pamitnya. Ia menutup pintu besar itu, menuju mobilnya dan mengendarainya menuju rumah sakit.

"Ada apa dengan anak itu?!" geram Jaehyun. Ia membuang napas kasar.

"Sialan itu harus diberi pelajaran."

***

Seokjin berjalan melewati lorong rumah sakit dengan menenteng tas ransel berisi buku-buku dan beberapa pakaian. Suasana hatinya benar-benar buruk karena kejadian di rumah beberapa saat lalu. 

Appa sudah kelewat batas, begitu pikirnya. Karena memang benar, apa yang dikatakan oleh Jaehyun tadi bukanlah perkataan yang seharusnya dilontarkan.

Seokjin menarik napas panjang ketika sampai di depan ruang rawat. Berusaha untuk melupakan apa yang sudah terjadi, sebelum tangannya terulur untuk membuka pintu.

"Sudah tidur ternyata." Seokjin terkekeh pelan. Meletakkan tasnya di samping sofa, berusaha untuk tidak membuat suara apapun agar tidak menganggu tidur dua yang lain. 

Setelahnya, Seokjin melangkahkan kakinya menuju ranjang Yoongi. Membenarkan selimut yang dipakai Yoongi lalu mengelus pelan rambut yang lebih muda.

Seokjin duduk di kursi samping ranjang. Menyembunyikan kepalanya di antara lipatan lengan, mengelus pelan punggung tangan Yoongi, hingga akhirnya ikut tertidur bersama dua yang lebih muda.







TBC

Mianhae Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang