Yoongi menggeram, menahan emosi. Siapa yang tidak tahu arsenik? Salah satu nama yang masuk dalam jajaran racun paling mematikan, dan tentu saja tidak bisa dianggap enteng.
Kini Yoongi dirundung khawatir. Park Bogum, orang itu benar-benar ...
"Ada apa? Apa isi pesan yang dikirim tadi?" Seokjin bertanya saat melihat sang Adik yang tak berhenti meremas tangan, gelisah.
"Hyung, kita harus cepat sampai di rumah," ucap Yoongi. Seokjin mengangguk tanpa bertanya, dan segera menambah kecepatan mobil.
Seokjin memang belum tahu isi pesan yang dikirim oleh Bogum. Tapi, melihat Yoongi yang berubah khawatir setelah membaca pesan itu, Seokjin yakin akan ada masalah jika mereka tidak segera sampai di rumah.
Seokjin menginjak pedal rem saat sampai di halaman mansion, dan Yoongi terburu melepaskan sabuk pengamannya dan berlari keluar.Lelaki itu mengernyitkan alis. Ada apa?
Seokjin melepas sabuk pengaman, dan mengambil kunci mobil. Ia keluar mengikuti Yoongi. Tak lupa membawa plastik berisi barang belanjaan.
"Di mana Yoongi, Kook?" Tanya Seokjin pada Jungkook.
Tidak ada Yoongi disana. Hanya ada Jungkook yang sedang membuang bungkus makanan ke dalam tempat sampah.
Jungkook mengendikkan bahunya tak acuh.
"Aku tak peduli," begitu ucapnya, lalu meninggalkan Seokjin untuk pergi ke kamarnya.
Seokjin menghela napas kasar. Ia taruh dua plastik besar di atas meja, lalu pergi meninggalkan ruang makan. Kaki jenjangnya ia langkahkan menaiki tangga.
Tapi, Yoongi minta cepat sampai rumah tadi, apa maksudnya? batinnya bingung. Seokjin melanjutkan jalannya, kebetulan sekali ia melihat Yoongi yang sedang membuka pintu kamar.
"Yoon!" panggilnya. Namun yang dipanggil tidak merespon. Seokjin mempercepat langkahnya menyusul Yoongi yang sudah terlebih dulu memasuki kamar.
"Hei, ada ap--"
Bruk ...
Yoongi ambruk begitu saja ketika Seokjin hendak menepuk bahunya. Tubuh lemasnya meluruh, akan jatuh begitu saja jika Seokjin tidak menopangnya pada bahu.
"Y-yoon? Hei ...." Seokjin menepuk pipi sang Adik. Menatap khawatir pada Yoongi yang mengerutkan alis, kesakitan. Hendak ia bawa sang Adik menuju kasur, tiba-tiba saja tubuh Yoongi mengejang dengan gigi bergemelatuk.
Seokjin panik.
Ia berusaha menahan tubuh Yoongi yang tidak berhenti mengejang. Satu tangannya ia letakkan di bawah kepala Yoongi agar kepala Adiknya itu tidak terbentur lantai.
Tangan bergetarnya merogoh saku, hendak mengambil ponsel untuk menghubungi ambulans, tapi ponselnya tidak ada di saku. Ia merutuk, mengingat ponsel yang ia tinggalkan di mobil, dan Seokjin tidak mungkin meninggalkan Yoongi.
Ia menyelipkan tangannya pada lipatan lutut Yoongi, hendak menggedongnya, namun Yoongi terbatuk, dan membuat Seokjin berhenti bergerak saat melihat apa yang tersembur dari batuk sang Adik.
D-darah?
Seokjin segera mengangkat tubuh sang Adik, memeluknya dalam pelukan, dan membawanya keluar dari kamar. Dan saat itu, Seokjin merasa napasnya seolah berhenti ... ketika tubuh Yoongi melemas dalam pelukannya.
***
Hoseok memacu langkah, berlari menyusuri koridor. Ponsel ia genggam erat, matanya tertuju pada Seokjin yang berada di depan ruang ICU.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanficDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]