28

6.2K 662 88
                                    

"Hyung, apa kau tidak membeli apapun selain apel untukku?" tanya Yoongi. Seokjin menggeleng dengan senyum kikuk.

"Tidak," jawabnya sembari tertawa.

"Kau lapar? Makanan akan segera datang, bukan?" Yoongi mendengus. Memang makanan akan segera datang. Tapi yang akan diberikan hanyalah bubur.

Tak lama, pintu terbuka, menampilkan seorang perawat yang membawakan bubur beserta air minum. Perawat itu menyapa Yoongi, setelahnya keluar dari ruangan itu untuk menjalankan tugas lain.

"Itu buburmu, tinggal dimakan. Katanya lapar?" Seokjin berbicara. Sementara Yoongi masih memperlihatkan tatapan tak sukanya pada bubur yang tak bersalah.

"Hambar Hyung, tidak suka," tutur Yoongi.

"Makan saja, Hyung tahu kau lapar kan?" ucap Seokjin.

"Tapi hambar."

"Makan atau ponselmu Hyung bawa saat berangkat nanti?"

Yoongi membulatkan matanya.

"Aku makan. Tapi berikan ponselku," ucap Yoongi. Seokjin mengangguk, ia mengeluarkan ponsel Yoongi dari sakunya, lalu memberikannya kepada sang pemilik, dan Yoongi mulai memasukkan bubur yang hambar itu kedalam mulutnya.

"Hyung nanti berangkat pukul sebelas," gumamnya.

"Hoseok pulang setengah tiga," lanjut Seokjin. 

"Kau akan sendirian, nanti. Apa tak apa?" tanyanya. Yoongi memutar mata.

"Aku bukan anak kecil yang harus terus dijaga, Hyung," ucap Yoongi. Ia meletakkan mangkuk bubur yang tak habis seluruhnya itu ke atas nakas.

"Hyung, aku mau bertanya," ucap Yoongi tiba-tiba.

"Ada apa?" 

"Ini kenapa?" tanya Yoongi, menunjuk perban yang melilit dadanya.

"Ah, itu ... " Seokjin tampak ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan sang Adik.

"Katakan saja." 

Seokjin menatap Yoongi ragu, tetapi sang Adik menatapnya lekat. Ia menghela napas panjang.

"Dua tulang rusukmu patah. Makanya terasa sakit, 'kan?" 

Yoongi mengangguk membenarkan.

"Sekarang Hyung yang bertanya." Yoong mengalihkan pandangannya kepada Seokjin.

"Siapa yang membuatmu seperti itu? Samcheon bilang ada luka juga di punggungmu?" tanya Seokjin.

Ah ... seketika Yoongi menyesal karena telah bertanya pada Seokjin. Otaknya ia putar untuk mendapatkan alasan yang masuk akal.

"Jangan bahas itu lagi Hyung, aku tidak mau mengingatnya," lirihnya dengan tatapan sendu, membuat Seokjin yang mendengarnya merasa bersalah.

"Maaf, Hyung tidak--"

"Gwaenchana," potong Yoongi.

Seketika ruangan itu hening. Seokjin menatap lantai dengan perasaan bersalah yang muncul tiba-tiba.

Yoongi mengambil ponsel yang ia letakkan di nakas. Sekedar untuk mengecek baterai dan melihat jam.

"Apa Hyung tidak mau bersiap-siap? Ini sudah pukul sepuluh lebih," ucap Yoongi mengingatkan, dan Seokjin yang ada disampingnya mulai gaduh.

"Benarkah?!" hebohnya. Ia melihat jam tangannya. Benar, sekarang sudah pukul sepuluh lebih lima belas menit.

Seokjin segera mengambil pakaian ganti di dalam tasnya dan memasuki kamar mandi yang ada di dalam ruangan.

Ponselnya bergetar. Anak itu mendengus ketika mengetahui siapa yang mengirimnya pesan.

| Bagaimana, kita lanjutkan permainannya?

Begitulah bunyi pesan terbaru yang dikirim oleh Bogum. Yoongi mendengus kesal. Kenapa si gila ini bersikeras untuk menghancurkan keluarganya?

Ceklek.


Suara pintu terbuka, Seokjin keluar dari kamar mandi dengan rambut setengah basah dan pakaian yang sudah berganti tentunya.

Seokjin memasukkan baju kotornya ke dalam kantong plastik. Ia mengambil tasnya di sofa.

"Hyung berangkat dulu. Hoseok akan pulang setengah tiga nanti. Jika ada apa-apa pencet saja tombol itu," jelas Seokjin sambil menunjuk tombol merah.

"Ne, hati-hati, Hyung," balas Yoongi. Seokjin mengangguk dengan senyuman hangat di wajahnya. 

Drrtt ... drrtt ....


Yoongi mengalihkan pandangan pada handphone di genggamannya.

 XXX


| Lindungi adik kesayanganmu Yoongi-ssi ...

Jika kau bisa.

"Jungkook ...."







TBC



Mianhae Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang