Pukul tujuh, keluarga Min telah duduk rapi di meja makan. Mereka semua tengah menunggu teman Ayah mereka yang akan ikut bergabung untuk makan malam.
Tak lama terdengar suara ketukan pintu. Seorang maid segera menuju ke pintu utama dan membuka pintu besar itu.
"Akhirnya kau datang, Bogum," ucap Jaehyun, ia berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati Bogum, lalu mengantarkan Bogum ke salah satu kursi.
"Wah, aku bisa bertemu dengan semua putramu sekarang." Bogum tertawa pelan. Ia melihat Jungkook dan Jin yang tengah memandanginya, lalu pandangannya berakhir saat ia melihat Yoongi dengan senyuman, atau seringaian, yang sukses menimbulkan kernyitan bingung di dahi anak itu.
Selesai makan malam, Bogum segera pamit untuk pulang. Ia berdiri dari tempatnya, spontan membuat empat pasang mata mengarah ke arahnya.
"Aku pulang dulu, Jae. Jimin sendirian di rumah," ujarnya. Jaehyun mengangguk paham.
"Arraseo."
Ia menatap Yoongi yang berada tepat di hadapan. Menepuk bahu si remaja, dan berbisik pelan, "Tidak ingat aku? Aku akan menghancurkan keluargamu perlahan." Yoongi terdiam dengan mata membola. Orang ini ... adalah orang yang selalu mengiriminya pesan?
Bahunya ditepuk. Yoongi menelan ludah. Menatap lelaki yang berada di hadapannya dengan mata gelap.
"Senang bertemu dengan ketiga putramu Jae, aku pamit dulu."
"Mari kuantar, Paman." tawar Seokjin. Ia mengantar Bogum sampai ke depan pintu, dan kembali setelah mengunci pintu utama.
"Aku ke kamar dulu. Selamat malam, Appa," ucapnya, dan menuju lantai atas, menyusul sang adik. Tanpa peduli pada presensi Yoongi yang ada di sana.
Yoongi juga ingin pergi ke kamarnya dan segera beristirahat, namun lidahnya terasa kelu hanya untuk mengucap selamat malam pada sang Ayah.
Keheningan menyelimuti keduanya, Jaehyun yang memainkan ponsel dan Yoongi yang meremas tangannya, gugup.
"Kau, tidak mau ke kamar?" Jenuh dengan keheningan, Jaehyun memutuskan untuk bersuara.
"Ah, n-ne, aku ke kamar dulu Ap--, selamat malam," ucapnya dan segera berlari menuju kamarnya di lantai atas.
Tanpa Yoongi sadari Jaehyun menatap punggungnya dengan senyum pedih.
Sulitkah, memanggilku Ayah?
Maaf, Yoongi-ah ... Tapi, aku belum bisa melupakannya.
***
Yoongi tengah membaringkan tubuhnya di kasur, ketika ponselnya bergetar, menampakkan sekilas pesan pada layar kunci.
2 messages from XXX
Yoongi menghela napas. Pesan dari orang itu lagi.
"Bogum, Park Bogum itu, 'kan namanya?" gumamnya.
Jari tangannya ia gerakkan untuk membuka pesan yang dikirim oleh Bogum.
| Kita sudah bertemu.
| Aku akan lebih sering datang, jadi bersiaplah. Lindungi keluarga yang kau sayangi itu.
Yoongi membuang napas kasar. Ia meletakkan ponselnya di atas nakas dan membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk. Ia berdecih pelan.
"Aku akan selalu melindungi keluargaku."
***
Pagi harinya Yoongi bangun dan menuju kamar mandi dengan tergesa-gesa.
Ia terlambat bangun rupanya. Yoongi baru saja bangun saat suara Kang Ahjumma terdengar beberapa kali menyapa telinga.
Yoongi keluar kamar mandi dengan rambut acak-acakan. Ia segera menyambar seragam yang ada di lemari dan memakainya. Anak itu mengambil tas di kursi meja belajar, memasukkan ponsel ke dalam saku, dan keluar dengan terburu. Bahkan, tas hanya ia selempangkan di salah satu bahu.
Yoongi menuruni tangga dengan cepat. Remaja itu melesat cepat, ingin segera berangkat menuju sekolah. Namun langkahnya terhenti ketika mata kucingnya melihat sang Ayah yang sedang membaca majalah di ruang makan. Ayahnya disana sendiri, tanpa kedua saudaranya. Oh tentu, pastinya mereka sudah berangkat lebih dulu.
"Yoongi berangkat." Yoongi membungkuk hormat pada ayahnya. Lagi-lagi tidak ada jawaban. Yoongi menegakkan kembali tubuhnya dan melesat pergi ke luar. Ia berjalan tergesa menuju garasi dimana motor miliknya berada. Memakai helm, menyalakan mesin motor, menaikinya dan segera melesat cepat menuju sekolah.
.
.
.
"Hah, hah ...," terdengar napas Yoongi yang tak beraturan. Kini ia berada di depan pintu kelas, yang membuatnya menjadi perhatian teman sekelas.
Tak peduli, Yoongi melangkah menuju kursinya berada. Meletakkan tas pada meja dengan sedikit bantingan.
"Kenapa terlambat?" tanya Hoseok. Pasalnya, Yoongi itu murid yang selalu berangkat pagi. Kadang-kadang yoongi berangkat bertepatan dengan berangkatnya Hoseok, atau bahkan lebih awal dari Hoseok.
"Belum terlambat, kuda. Bel masuk belum berbunyi," sanggah Yoongi.
Hoseok mendengus.
"Terserah, jadi kenapa kau berangkat siang?" ulangnya.
"Terlambat bangun," jawab Yoongi. Hoseok menganggukkan kepalanya, dan setelah itu, bel masuk berbunyi bertepatan dengan Kim Ssaem yang memasuki kelas.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]