"Hyung!" Seokjin mendongak. Menatap Hoseok yang datang dengan napas terengah. Bisa dipastikan anak itu berlari untuk sampai di sini.
"S-samcheon ...." Hoseok langsung spontan berhenti saat melihat ada Jaehyun dan Jungkook di sana. Ia membungkukkan badan sopan, sebelum matanya membola kala melihat luka di bahu Jaehyun.
"Samcheon, bahu Anda ... " Seokjin berdiri. Ia baru ingat jika bahu Ayahnya terserempet peluru tadi.
"Appa, ayo. Lukanya harus segera diobati," ucap Seokjin. Jaehyun melirik luka di bahunya. Ia bahkan baru teringat tentang bahunya karena Hoseok berseru tadi.
"Hyung, tanganmu juga harus diobati," celetuk Jungkook. Tangan Seokjin semakin membengkak, dan kemungkinan besar adalah fraktur.
"Ada apa ini?" Hoseok mengeluh. Ada apa? Kenapa bisa sampai seberantakan ini?
"Ayo, Hyung, kuantar untuk mengobati lukamu dan Samcheon," tawar Hoseok. Seokjin menggeleng.
"Kau di sini saja bersama Jungkook. Aku akan pergi bersama Appa," tolak Seokjin. Hoseok mengangguk pasrah. Ia duduk di samping Jungkook, mengelus punggung anak yang masih sesenggukan itu.
Lima belas menit keduanya diam. Hanya isakan Jungkook yang terdengar. Hoseok juga hanya diam sambil mengusap sesekali menempuh punggung yang lebih muda.
"Hoseok Hyung ...." Hoseok menoleh, menatap Jungkook. Matanya membulat terkejut melihat luka melintang di pipi juga lebam di wajah anak itu.
"Jungkook-ah, lukamu--"
"Tidak apa," potong Jungkook. Anak itu mengusap kasar air matanya dengan lengannya.
"Yoongi Hyung .... A-aku--aku jahat sekali ...." Hoseok mengerutkan dahinya.
"Yoongi kenapa? Di mana Yoongi?" tanya Hoseok. Jungkook menatap Hoseok. Ia menunjuk ruangan yang tertutup di depannya, dan setelahnya terdengar suara tawa pilu.
"Itu tidak benar, 'kan? Kau hanya bercanda, Kook-ah .... Yoongi ti-tidak mungkin ...." Ia menggeleng. Sebisa mungkin meyakinkan diri, bahwa bukan Yoongi yang ada di dalam.
"A-aku tidak bercanda Hyung ... Yoongi Hyung, hiks. Darahnya banyak sekali, hiks .... A-aku takut, Hyung ...."
Hoseok bungkam.
"Darahnya banyak sekali ... "
" ... Aku takut ... "
Hoseok berusaha menyangkal semua yang Jungkook katakan. Ia menatap Jungkook. Pandangannya terpusat pada darah di seragam anak itu.
"J-jungkook, darah di bajumu itu ... " bukan darah Yoongi, 'kan?
"Ini darah Yoongi Hyung ... Aku takut, Hyung, hiks ...."
Jung Hoseok terdiam, merasa tubuhnya melemas begitu saja. Ia mengusap wajah kasar. Bagaimana bisa seperti ini?
Hoseok menarik lengan Jungkook agar anak itu menatapnya. Tampaklah dengan jelas wajah sembab dengan luka gores sebagai hiasannya.
"Jelaskan!" perintah Hoseok. Ia menatap lekat manik Jungkook.
"Ceritakan semua yang terjadi!"
.
.
.
Hoseok diam, menatap kosong pintu di depannya. Ia sama sekali tidak menyangka hal seperti itu akan terjadi.
Jungkook telah menceritakan semuanya dengan detail. Berawal dari anak itu pulang dari rumah temannya, sampai Yoongi yang tertembak karena menyelamatkan ayahnya.
Tap, tap ...
Hoseok menoleh kearah Seokjin dan Jaehyun yang baru saja datang. Gips yang terpasang pada lengan Seokjin menandakan adanya fraktur, tepat seperti dugaan Jungkook. Sementara Jaehyun, Hoseok bisa melihat balutan perban di balik kemeja itu. Terlihat jelas warna putih menyembul dari kemeja yang robek.
"Hoseok-ah ...." Seokjin menepuk bahu Hoseok dengan tangan kirinya. Membuat siempunya menoleh dengan pandangan bertanya.
"Kau hanya harus percaya, Yoongi akan baik-baik saja." Tidak sepenuhnya bisa dipercaya, tapi itu merupakan harapan. Seokjin tersenyum tipis. Ia tahu betul Hoseok tengah terpukul. Terlihat jelas dari wajah yang biasanya selalu ceria itu kini nampak kosong.
Hoseok mengangguk, mengulas senyum tipisnya.
Semoga saja ....
"Hoseok Hyung, aku takut." Hoseok menoleh kearah Jungkook. Ia tersenyum menenangkan.
Tidak ada yang bisa ia katakan. Hoseok tidak mengucap kebohongan dengan berkata semua akan baik-baik saja.
Seokjin sudah terlelap disampingnya. Hoseok yakin Seokjin lelah karena terhitung sudah tiga jam mereka berempat menunggu disana.
Jaehyun hanya menjatuhkan pandangan, menatap lantai rumah sakit dengan pandangan kosong sedari tadi. Perasaanya gundah bercampur takut. Ia merasakan jantungnya dipompa lebih cepat saat sang kepala polisi melakukan RJP pada sang putra.
Hoseok menepuk punggung Jungkook. Anak itu terus terisak sedari tadi hingga matanya membengkak.
"Sudahlah, Jungkook. Berhentilah menangis. Lagipula bukan hanya sekali Yoongi berada di ruangan yang sama," ucap Hoseok. Jungkook spontan menatap Hoseok bingung.
"Bukan hanya sekali bagaimana?" Jaehyun membuka suaranya. Lelaki itu mengernyitkan dahi, menatap Hoseok tepat pada manik.
"Iya, Hyung, apa maksudnya ini bukan pertama kali?" imbuh Jungkook.
"Ini yang keempat ...." Seokjin menyahut terlebih dulu ketika Hoseok hendak menjawab. Lelaki itu berucap dengan mata terpejam.
"Keempat?"
Seokjin membuka matanya. Sebenarnya ia sudah bangun sejak Jungkook berkata bahwa ia takut tadi. Tapi ia memilih untuk memejamkan matanya.
Ia mengangguk untuk menanggapi. "Yang pertama ada sobekan di kepalanya. Iya, 'kan, Hoseok?" tanya Seokjin. Hoseok menganggukkan membenarkan. Seokjin menghela napas, melirik Jungkook yang menjatuhkan pandangan pada lantai.
"Yang kedua entah karena apa, tapi Hoseok menemukan Yoongi di gudang. Saat diperiksa, dua rusuknya patah," jelas Seokjin dengan pandangan lurus ke depan. Tangannya mengepal marah.
"Terakhir kali ... " Mata Seokjin berembun, tiba-tiba saja dadanya dihantam sesak, membuat lidahnya kelu untuk menceritakan apa yang terjadi.
"Kenapa, Jin?" Seokjin menggeleng kecil. Ia mengusap wajah kasar.
"Terakhir kali itu ... arsenik." Manik Jaehyun dan Jungkook sukses membola.
"Arsenik? Kau pasti bercanda, Hyung!" seru Jungkook tak percaya. Seokjin menatap tajam Jungkook, membuat anak itu tertegun.
"Tidak percaya? Terserah! Yang jelas Yoongi koma seminggu setelahnya!" Seokjin berteriak, tak memedulikan tempat di mana mereka berada.
Jungkook menunduk, tak berani menatap Seokjin yang dikuasai amarah.
Seminggu, apa mungkin karena itu Seokjin Hyung tidak pulang?
"K-koma?" Hoseok dan Seokjin menatap ke arah Jaehyun. Tapi sedetik kemudian Seokjin memalingkan wajahnya.
Hoseok mengangguk membenarkan.
"Iya, Samcheon. Dia bahkan langsung memaksa pulang setelah bangun." Ia terkekeh pelan.
"Dan saat Yoongi baru saja pulang, Appa memukulnya. Benar begitu?"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]