11

7.5K 700 18
                                    

"Kook?" panggil Seokjin, lagi, saat sang Adik hanya diam.

"Uh? Ada apa, Hyung?" tanya jungkook.

"Aish, kau tidak mendengarkan Hyung, tadi?" jengkel Seokjin. Jungkook menggeleng kecil.

"Hyung tanya apa?" tanya jungkook polos. Seokjin mendengus pelan.

"Darah siapa yang ada di ruang tengah?" Tanya jin. Matanya menatap tepat pada manik hitam Jungkook, mengintimidasi.

"Darah anak pembawa sial itu," jawab Jungkook. Ia membuang wajah, tidak peduli.

"Bagaimana bisa?" tanya Seokjin.

Tidak dipungkiri jika ia khawatir sekarang ini. Mau bagaimanapun juga, Yoongi adalah adiknya. Walau ia berlagak tak peduli pun, Seokjin masih menyayangi adiknya.

"Aku mendorongnya," ucap Jungkook santai.

"Kenapa?!" tanya Seokjin, suaranya yang keras membuat Jungkook terkejut.

"Kenapa Hyung membelanya?" balas Jungkook, Seokjin diam.

"A-ku--"

"Bukankah bagus jika pembunuh itu mati?!" Jungkook berseru.

"Hyung lupa? Anak itu membuat Eomma pergi!" teriak Jungkook. Ia memasuki kamarnya dan membanting pintu dengan keras.

Meninggalkan Jin yang mematung di depan pintu.

Kenapa aku jadi mengkhawatirkannya? Seokjin membuang napas panjang. Lelaki itu memutuskan untuk kembali ke ruang tengah, menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.

Usai mebersihkan ruang tengah, Seokjin meletakkan makanan ringan yang ia beli ke dalam lemari penyimpanan. Setelahnya, sang lelaki melangkah menaiki tangga, menuju kamarnya, tentu saja. Ia bersenandung kecil, tapi ...

"Apa Yoongi baik-baik saja?"

***

"Yoon, makan sedikit saja ...," bujuk Hoseok.

Yoongi tetap diam, lelaki itu hanya melirik semangkuk makanan yang dibawa oleh Hoseok, lalu menggeleng kecil.

"Tidak mau," tolaknya.

"Kalau tidak makan, kau tidak akan bisa pulang, aish ...," erang Hoseok.

"Aku tidak mau makan muntahan bayi."

"Anak ini," geram Hoseok. Ia menaruh mangkuk berisi bubur itu Diatas nakas samping ranjang.

"Makanlah walau hanya sedikit, Yoon," bujuknya lagi.

" ... "

"Kalau begitu, kutelepon Seokjin Hyung saja" ucap Hoseok. Mengambil ponselnya dari saku, sedikit melirik pada Yoongi, dan ... berhasil.

"Jangan ...."

"Kalau begitu, makan!" perintah Hoseok. Yoongi menggelengkan kepalanya pelan.

"Aish, terserah. Akan kutelepon Jin Hyung," ucap Hoseok, yang tentu tak benar-benar ia lakukan.

"Aku akan makan," Yoongi menginterupsi, tepat sebelum Hoseok mengeluarkan ponselnya. Remaja itu mendengus kecil. Terpaksa, ia harus menjilat kembali ludahnya, dan mengambil semangkuk 'muntahan bayi' di atas nakas.

Baru beberapa sendok ia makan, Yoongi menggeleng kecil, dan kembali meletakkan mangkuk ke atas nakas. Hoseok mengernyit.

"Ada apa?" tanyanya.

"Tidak enak," akunya Yoongi lirih, seperti bisikan ditelinga Hoseok.

"Kau bilang apa, Yoon?"

"Tidak ada rasanya. Aku kenyang," ucap Yoongi. Hoseok mendengus kecil.

"Ya, ya, ya ... terserah. Aku keluar dulu," pamit Hoseok, dan keluar dengan mangkuk bubur bersisa.

"Setelah ini, tepati janjimu, Jung! Aku ingin pulang!" Mendengus, Hoseok memutar mata jengah.

"Iya, iya!"







TBC

Mianhae Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang