Pulang dari mansion Min, Bogum pergi ke perusahaannya untuk mengurus beberapa berkas dari para klien.
Mobil elitnya terparkir di depan gedung besar Park Company.
Bogum berjalan memasuki pintu utama, disambut oleh bungkukan badan para pekerja. Ia berjalan menuju lift, menekan tombol berangka sembilan setelah berada di dalamnya.
Senyum miring terpampang di wajahnya. Ia telah bertemu Jungkook dan Jaehyun di mansion tadi. Ia juga bertemu Yoongi, di jalan saat akan kemari. Mereka berlawanan arah, dan yang pasti Yoongi tidak mengenalinya, karena ia baru membeberkan identitasnya sebagai teman sang ayah.
Pintu lift terbuka, dan ia kembali disuguhkan oleh para pekerja yang membungkuk hormat. Bogum berjalan menuju ruangannya, dan duduk di kursi kebesaran. Matanya memindai cepat, membaca berkas-berkas yang menumpuk di meja kerjanya.
Tentang Park Bogum, ia adalah pemilik perusahaan terbesar kedua di Korea Selatan, setelah Min Jaehyun. Bogum memiliki seorang satu putra yaitu Jimin. Bogum sangat menyayangi Jimin, apalagi setelah kematian istrinya Park Jieun karena melahirkan Jimin dulu, Bogum berjanji akan merawat Jimin sebaik mungkin.
Bogum dan Jaehyun bersahabat. Mereka mulai berteman semenjak berada di universitas tingkat pertama. Setelah lulus, keduanya sama-sama membangun perusahaan impian masing masing dari nol. Mereka memiliki mimpi yang sama, yang kini sudah tercapai. Bahkan perusahaan mereka memiliki banyak cabang di dalam, maupun luar negeri.
Namun, perusahaan milik Jaehyun berkembang lebih pesat daripada perusahaan Bogum. Dan itu sukses membuatnya iri. Iri hati yang berubah menjadi dendam seiring berjalannya waktu. Seharusnya, sebagai sahabat, seharusnya Bogum senang atas keberhasilan Jaehyun. Namun ia dibutakan oleh dendam.
Bogum berniat menghancurkan perusahaan Jaehyun dengan cara apapun. Ia memfitnah Jaehyun sebagai koruptor bahkan menyiarkannya ke publik, namun itu semua gagal. Akhirnya ia berusaha mengacaukan keluarga Jaehyun. Ia mengacaukan keluarga yang hangat itu dengan merenggut nyawa salah satu anggotanya. Bejat, memang. Semua ia lakukan hanya karena iri hati.
"Siapa yang harus disingkirkan dulu, hm ...?" gumamnya dengan senyum miring menakutkan.
"Putra bungsu Jaehyun, kah?"
Kedua matanya ia alihkan untuk menatap foto berbingkai, yang berada di atas meja kerjanya. Foto itu adalah fotonya dengan Jaehyun saat kelulusan kuliah, dulu.
"Bersiaplah Jaehyun, keluargamu akan hancur perlahan ...."
***
"Aku pulang," Yoongi berucap. Ia melepas kedua sepatu dan kaus kakinya.
"Oh, Yoongi sudah pulang?" tanya Kang Ahjumma. Yoongi tersenyum, mengangguk kecil.
"Ne Ahjumma. Yoongi pergi ke kamar dulu," ujarnya dengan senyum tipis.
"Ne, istirahatlah," balas Kang Ahjumma. Netranya menatap sendu. Sungguh, ia mengetahui bagaimana beban berat yang Yoongi pikul sendirian setelah kematian Min Yoo Jeong, Ibu Yoongi. Kang Ahjumma menghela napas panjang. Tersenyum miris pada si remaja yang menyembunyikan sakitnya di balik topeng.
.
.
.
Yoongi menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang setelah berganti pakaian. Ia mengambil handphone hitamnya dari dalam tas.
XXX
| Kita bertemu nanti, Min Yoongi.
Yoongi mendengus. Memilih untuk mengabaikan pesan aneh dari si pengirim, dan menutup mata untuk tidur.
***
Pukul lima sore, Yoongi terbangun dari tidurnya. Ia beranjak meninggalkan kasur untuk segera mandi.
Sepuluh menit kemudian Yoongi keluar kamar mandi lengkap dengan setelan santai serba hitam yang kontras dengan kulitnya putihnya. Ia mengambil ponsel dari atas nakas. Mengecek apakah lelaki itu mengiriminya pesan lagi.
2 messages from XXX
Yoongi berdecak kecil. Setelah telepon pagi tadi, orang ini sering sekali mengiriminya pesan. Ia mendapat tiga pesan dan satu telepon dalam satu hari, dan mungkin masih akan bertambah lagi.
Tangannya ia gerakkan untuk membuka pesan yang dikirim.
| Akhirnya nanti malam kita bertemu Min Yoongi
| Aku tidak sabar, untuk segera menghancurkan keluargamu.
Yoongi menggeram. Pesan tidak jelas yang dikirim lelaki itu selalu berhasil membuatnya kesal.
Yoongi keluar dari kamarnya menuju lantai bawah. Ia melihat para maid yang sibuk membuat banyak makanan. Kening Yoongi mengerut bingung. Memang ayahnya pulang, tapi makanan untuk empat orang tidak akan sebanyak ini.
"Ahjumma, kenapa membuat banyak sekali makanan?" tanyanya.
"Oh, nanti akan ada yang ikut makan malam. Teman Tuan Besar katanya," jawab Kang Ahjumma.
Yoongi mengangguk, ia berjalan menuju kulkas untuk mengambil sebotol air dingin. Kakinya ia langkahkan kembali menuju lantai atas. Ia memasuki kamarnya dengan botol berisi air mineral.
Yoongi membuka botol air minum yang ia bawa kekamarnya. Sebenarnya Yoongi malas untuk bolak-balik dari kamar menuju dapur hanya untuk mengambil air minum. Jadi, ia bawa saja satu botol sekalian.
Ia meneguk air dari botol itu, menutupnya kembali lalu ia taruh botol berisi air yang sudah berkurang isinya itu di atas nakas. Tangannya beralih mengambil ponsel. Ia ingin bermain handphone sebelum waktu makan malam tiba.
***
"Yeoboseo, Bogum-ah ...."
"Ada apa, Jae?"
"Bisakah kau datang ke rumahku untuk makan malam bersama?"
"Ah, tentu. Lagi pula sudah lama sekali kita tidak makan bersama."
"Jadi kau datang?"
"Tentu, nanti malam aku akan kesana."
Bersiaplah, Jaehyun-ssi ....
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]