Satu minggu. Terhitung sudah satu minggu, dan Yoongi belum mau membuka matanya kembali, yang jelas membuat Seokjin dan Hoseok semakin khawatir.
Sejak kejadian collapse terakhir, Seokjin sama sekali tidak membiarkan Yoongi sendirian. Tidak pernah. Karena Seokjin tidak ingin gagal melindungi Yoongi kembali.
"Seok, kau temani Yoongi. Jangan kemana-mana." Hoseok yang sedang bermain gim segera menghentikan permainannya.
"Hyung mau kemana?" tanyanya.
"Memang kau sudah makan siang? Aku akan beli makanan dulu," jawab Seokjin yang diangguki oleh Hoseok.
"Siap Hyung! Beli yang banyak, ya!" seru Hoseok lengkap dengan cengirannya.
"Dasar. Memang perutmu itu sebesar apa, heh?" gerutu Seokjin.
"Cukup besar untuk menampung banyak makanan," jawabnya. Seokjin mendengus.
"Aku pergi," pamitnya, dan kembali beberapa saat kemudian.
.
.
.
"Kenyangnyaaa ... terima kasih, Hyung," ucap Hoseok. Seokjin mengangguk kecil.
"Tolong buangkan, aku ke toilet dulu," pinta Seokjin sembari menyodorkan plastik berisi bungkus makanan. Hoseok berdiri dengan dengan plastik berisi sampah di tangan kiri. Berjalan menuju tempat sampah di luar ruangan, lalu kembali setelah mencuci tangannya.
Merasa bosan, Hoseok merebahkan tubuhnya di sofa. Mengambil ponsel dan membuka aplikasi berupa gim.
"Itu di kananmu!" teriak Seokjin.
"Wah! Muncul dari kiri juga!!"
"Nyawamu, Seok!! Sembunyi sajaaa!!"
"Jin Hyung berisikk!" teriak Hoseok yang merasa terganggu.
"Yah ... mati," cemberut Seokjin. Hoseok melihat Seokjin yang kecewa karena ia kalah bermain.
Heol! Yang bermain itu Hoseok atau Seokjin sebenarnya?
"Kau payah! Kemarikan, lihat caraku bermain!" sombong Seokjin sembari mengulurkan tangan, meminta ponsel Hoseok.
"Pakai ponselmu sendiri, Hyung," dengus Hoseok. Enak saja, ia juga masih ingin bermain.
"Aku tidak punya gim seperti itu!" seru Seokjin. Hoseok berdecak pelan.
"Kalau begitu tunggu sampai aku selesai bermain!"
"Kau lama!--"
"Ughh ...."
Kedua lelaki itu segera menghentikan aksi berebut ponsel. Mereka cepat-cepat menolehkan pandangan pada Yoongi.
Seokjin segera beranjak mendekati ranjang, disusul oleh Hoseok yang seketika melupakan perihal gim di ponselnya.
Pandangan keduanya tak lepas dari Yoongi yang masih terpejam.
"Apa aku salah dengar tadi?" gumam Seokjin. Hoseok mengernyit.
"Tapi aku juga dengar," imbuhnya.
"Tapi kenapa dia masih tidur?" tanya Seokjin. Hoseok menggeleng, ingin membangunkan, tapi tidak punya keberanian yang terkumpul.
"Unghh ...."
Seokjin dan Hoseok tersenyum senang kala mendengar lenguhan Yoongi. Mata yang sudah satu minggu terpejam itu mulai terbuka, mengernyit kala silau cahaya menghujam matanya secara langsung.
"Yoon ...?" panggil Hoseok. Sementara yang dipanggil mengernyitkan dahi, merasa sakit pada seluruh tubuhnya. Bahkan untuk bernapas saja, seperti ada yang mengganjal di tenggorokannya.
Hoseok yang cepat tanggap langsung memencet tombol darurat. Beberapa saat kemudian, Ilwoo datang dengan dua perawat di belakangnya.
Hoseok dan Seokjin bergerak menjauh ketika Ilwoo datang. Mereka berdua hanya melihat Ilwoo dan dua perawat itu melakukan pekerjaannya dari samping sofa. Namun tetap saja, senyum lebar tidak pernah luntur dari bibir keduanya.
Mereka saling mengucap syukur didalam hati, kala seseorang yang ditunggu telah membuka matanya hari ini.
"Ini tidak nyaman, ya?" tanya Ilwoo. Sementara Yoongi hanya mengangguk pelan.
"Tahan sebentar, ya ... Paman akan ganti," ucap Ilwoo sambil mengangkat masker oksigen. Yoongi hanya diam, membiarkan Ilwoo menarik selang endotrakeal yang dipasang masuk melalui mulutnya.
Dahinya mengernyit. Jujur, rasanya sakit saat selang yang cukup panjang itu ditarik keluar.
"Jja, sudah selesai. Istirahatlah," ucap Ilwoo sambil mengelus rambut Yoongi.
"Terima kasih, P-paman ...," lirih Yoongi dengan terbata.
Ilwoo mengulas senyumnya. Ia mengerti apa yang dirasakan Yoongi sekarang. Setelah tidur selama itu, pasti akan terasa sulit untuk mengeluarkan suara. Ditambah dengan pemasangan selang endotrakeal yang membuat tenggorokannya terasa sakit.
"Kau harus istirahat, ya ...?" ucap Ilwoo yang dibalas dengan anggukan pelan.
"Kalian tidak ingin menyambutnya?" tanya Ilwoo pada dua orang yang masih terdiam dengan senyum di wajahnya. Yoongi menoleh pelan. Menatap Hoseok dan sang Kakak yang berdiri di samping sofa.
"Kau bangun, anak nakal ...."
"Astaga, Yoongi! Akhirnya kau bangun!!"
"Hei, kecilkan suaramu, Hoseok-ah ... Kau membuat telinga Yoongi berdenging," nasihat Ilwoo. Sontak, keponakannya itu menutup mulut rapat-rapat, dengan tatapan meminta maaf ke arah Yoongi yang mengerutkan dahinya, menatapnya aneh.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]