Yoongi menggeram tertahan. Apa lagi dengan pesan yang dikirimkan, berupa ancaman mengenai adiknya.
"Jungkook ...."
"Jungkook masih di sekolah, 'kan? Ia pasti baik-baik saja," ia berujar yakin.
***
"Ahh, kenapa lama sekali?"
"Waktu tidak bisa dipercepat, ya?" gumamnya.
Di ruang kelas, Hoseok menatap guru yang menjelaskan pelajaran tanpa ada ketertarikan sedikitpun. Ia hanya ingin cepat pulang dan segera menemui Yoongi.
Hoseok melirik jam dikelasnya
14.25
Hoseok menenggelamkan kepalanya di atas lipatan tangan. Membosankan sekali. Materi yang disampaikan guru didepan tidak ada yang masuk ke kepalanya walau hanya seujung kuku.
Dan ketika bel pulang berbunyi, Hoseok seegra mengangkat kepalanya dan menegakkan tubuhnya. Ia dengan cepat membereskan alat tulis dan buku yang ada diatas mejanya.
Hoseok berdiri dengan tas yang ada di salah satu bahu. Ia hendak berlari keluar, sebelum panggilan bernada rendah dari guru yang sedang mengajar terdengar.
"Jung Hoseok."
Hoseok mengalihkan pandangannya pada Park Ssaem yang masih ada di ruangan yang sama dengannya.
"Kembali ke tempat dudukmu," ucap Park Ssaem.
"Maaf, Ssaem," ucap Hoseok. Ia kembali ke tempat duduknya dengan dengusan kesal. Padahal ia sudah sangat bersemangat untuk pulang tadi.
"Kerjakan tugas halaman 146. Kumpulkan saat pertemuan berikutnya," ucap Park Ssaem.
"Ne, Ssaem," seluruh murid di kelas itu menjawab, kecuali Hoseok. Ia hanya memandang datar ke papan tulis yang penuh dengan coretan materi.
"Baik, sampai jumpa minggu depan," ucap Park Ssaem mengakhiri. Hoseok yang mendengarnya segera berlari keluar kelas. Bahkan mendahului Park Ssaem yang hendak keluar.
***
Ceklek.
Hoseok membuka pintu ruang rawat. Ia memfokuskan pandangannya pada Yoongi di ranjang.
"Masker oksigennya sudah dilepas?" herannya.
Hoseok mengangguk. Ia berjalan ke arah Yoongi, memberikan plastik berukuran sedang.
"Apa?"
"Makanan, kau tidak suka bubur, 'kan?" ujarnya.
Yoongi tersenyum kecil. Ia membuka plastik makanan yang diberikan Hoseok. Ada odeng dan sundae didalamnya.
"Terima kasih, kuda," ucapnya. Hoseok yang mendengus kecil.
"Hm ... cepat makan sebelum Jin Hyung datang," ucapnya. Yoongi mengangguk. Ia harus menghabiskannya sebelum Seokjin pulang. Jika tidak, pasti sifat overprotektif kakaknya itu akan muncul.
Ceklek.
"Yoongi, Aigoo!!" Seokjin langsung berlari ke arah Yoongi. Ia mengambil makanan yang sudah dimakan setengahnya oleh Yoongi.
Yoongi tentu saja terkejut. Kakaknya itu tiba-tiba datang dan mengambil semua makanannya. Sementara Hoseok disana juga sama kagetnya seperti Yoongi. Ia langsung meletakkan ponsel dan berdiri, berjalan ke arah Yoongi dan Seokjin.
"Jin Hyung pulang cepat?" tanya Yoongi yang tidak digubris oleh Seokjin.
"Kenapa kau memberikan Yoongi makanan dari luar?" tanya Seokjin. Hoseok menelan ludah.
"Memangnya kenapa Hyung? Lagipula Samcheon membolehkan," ucap Hoseok. Ia menatap Seokjin bingung.
"B-boleh?" beonya. Ia menyerahkan makanan yang dibeli Hoseok kepada Yoongi, dan langsung dilahap cepat oleh Yoongi.
"Loh, dilepas?" tanya Jin. Ia baru menyadari Adiknya tidak lagi memakai nasal canula.
"Hm ... sudah boleh," jawab Yoongi.
"Ah, kenyang ...."
Seokjin dan Hoseok langsung mengalihkan pandangannya kepada Yoongi yang telah selesai makan.
"Enak, Yoon?" tanya Hoseok. Yoongi mengangguk kecil.
"Tentu saja, Eomma yang membuatkan," ucap Hoseok. Ia menepuk dadanya bangga dengan masakan sang Ibu yang selalu enak.
"Oh iya, Hyung, kenapa kau sudah pulang? Cepat sekali," tanya Hoseok.
"Dosen yang mengajar tidak hadir. Jadi aku pulang saja," jawab Seokjin.
Mereka bertiga bercanda bersama sampai waktu menunjukkan pukul setengah enam.
"Yoongi, Jin Hyung, aku pulang dulu. Sebentar lagi malam," pamit Hoseok. Seokjin dan Yoongi yang disana mengangguk mengiyakan.
"Hati-hati, Seok-ah," ingat Seokjin. Hoseok mengangguk ia mengambil tasnya dan keluar dari ruangan. Meninggalkan kedua saudara itu berdua.
"Jin Hyung tidak pulang?" tanya Yoongi.
"Lalu, aku meninggalkanmu sendiri, begitu?"
"Tapi bagaimana dengan Jungkook dan Appa? Kemarin Hyung hanya bilang jika menginap di rumah teman, bukan?" tanya Yoongi lagi.
Seokjin mengangguk membenarkan.
Drrrtt ... drrtt ....
"Siapa, Hyung?" Seokjin menoleh.
"Jungkook." Yoongi mengangguk. Ia diam, memberikan waktu pada Kakak dan Adiknya.
"Ada apa, Jungkookie?"
"Hyung dimana?" tanya Jungkook.
"Aku dirumah sakit."
"Kenapa Hyung ada di rumah sakit? Hyung sakit?"
"Tidak ...."
"Lalu kenapa?"
"Aku menunggu Yoongi," Seokjin menjawab.
"Untuk apa Hyung ada di sana?" Jungkook berdecih.
"Hyung peduli padanya, hm? Pada orang yang membuat Eomma pergi?"
"Kau ... tidak tahu apa-apa," Seokjin melirih. Jungkook tertawa remeh.
"Cih!"
Telepon dimatikan sepihak oleh Jungkook. Seokjin menghela napasnya panjang.
"Hyung pulang saja," Yoongi berujar. Menatap lekat pada manik hitam Kakaknya. Seokjin menggeleng kecil. Memberi senyum menenangkan, mengulurkan tangan untuk mengelus rambut sang Adik
"Jangan dipikirkan," ujarnya.
"Tapi bagaimana dengan Jungkookie?" Seokjin menarik napas panjang.
"Dia tidak sendirian. Ada Appa di rumah," ucapnya. Ia mengulas senyum meyakinkan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanficDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]