14

7.3K 664 32
                                    

Suara langkah terdengar sangat terburu-buru, di mana, Jungkook berdiri lengkap dengan seragam sekolah, tas yang masih terbuka, dan rambut berantakan. Ia berjalan cepat menuju meja makan dan mengambil satu porsi makanan.

"Makan pelan-pelan, Kook," ucap Jin saat melihat Jungkook makan dengan cepat.

"Aku hampir terlambat, Hyung," ucapnya dengan mulut penuh. Jin hanya tertawa kecil melihat Jungkook.

Tunggu!

Jungkook sudah tidak marah lagi pada Seokjin??

Hm ... mana mungkin kelinci bongsor itu betah marah berlama-lama pada sang kakak, dan Jin tahu betul itu.

"Aku berangkat, Hyung," pamit Jungkook, setelah menghabiskan sarapan secepat kilat.

"Hmm, hati-hati," ucap Jin. Jungkook mengangguk dan segera berlari menuju halaman mansion dimana Kim Ahjussi telah siap dengan mobil yang biasa digunakan untuk mengantar-jemput.

***

Yoongi tengah berjalan di koridor sekolah, ketika kelas-kelas masih nampak lenggang, hampir tak ada penunggu di dalamnya. Iya, sampai teriakan keras menggema membuatnya mendengus.

"Yoon!"

Memang, siapa lagi selain si Jung itu?

"Tunggu, Yoon," kesal Hoseok. Ia buru-buru menyamakan langkah dengan Yoongi dan menepuk bahu kanan sahabatnya itu.

"Kenapa sudah berangkat? Bukankah lebih baik mengambil izin?" tanya Hoseok.

"Tidak akan," balas Yoongi singkat. Hoseok hanya menghela napasnya panjang.

"Kau menutupinya?" tanya Hoseok.

"Hm ...."

Hanya gumaman yang didapat, tapi Hoseok yang sudah terlampau paham betul bagaimana sifat Yoongi itu menganggukan kepalanya, tanda ia mengerti arti gumaman Yoongi.

Mereka berdua berbelok, memasuki kelas yang masih kosong itu. Ternyata baru mereka berdua yang datang.

Yoongi segera meletakkan tasnya pada kursi, duduk dan menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan.

"Bangunkan aku saat bel berbunyi," ujar Yoongi pada Hoseok.

"Kau mau tidur?" kaget Hoseok. Sempat-sempatnya temannya ini tidur di pagi hari seperti ini, di sekolah juga.

"Hmm ...," gumam Yoongi. Setelahnya ia terbuai ke dalam alam mimpi.

.

.

.

"Yoon, bangun. Bel sudah berbunyi," ucap Hoseok pelan sambil mengguncang lengan Yoongi. Tapi Yoongi masih terlelap. Hoseok menghela napasnya, membangunkan Yoongi, adalah tantangan tersendiri bagi Hoseok.

"Yoon, bangun. Kim Ssaem datang," ucapnya lagi. Dan berhasil, Yoongi bangun dengan wajah kusut dan mata yang masih setengah terpejam. Ia menegakkan tubuhnya, merenggangkan tangan lalu mengusap wajah bantalnya dengan telapak tangan.

Tak lama kemudian seorang lelaki paruh baya berkacamata itu datang, berjalan memasuki kelas. Lelaki itu membawa tumpukan buku yang berisi rumus-rumus matematika, pelajaran yang tidak disukai sebagian murid. Begitu juga Yoongi dan Hoseok.

***

Kring ... kring!


Bel tanda pulang berbunyi, semua murid merapikan buku dan berbagai alat tulis yang bertebaran di meja. Wajah yang bagaikan benang kusut, seketika berubah terang bagai lampu karena waktu pulang yang ditunggu-tunggu telah datang.

"Baik, kita lanjutkan pelajaran esok hari. Selamat siang, hati-hati di jalan," ucap Park Ssaem, guru yang mengakhiri pelajaran di kelas Yoongi hari ini. Park ssaem berjalan keluar dari kelas itu dan kelas yang sunyi itu menjadi riuh, para murid berbicara tentang apa saja yang akan dilakukan sepulang sekolah, begitu juga Yoongi dan Hoseok.

"Yoon, kau mau langsung pulang?" tanya Hoseok. Yoongi hanya diam sambil memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Ia menenteng tasnya yang telah rapi di salah satu bahu dan berjalan keluar kelas. Hoseok yang melihatnya segera mempercepat kegiatan mengemasi bukunya.

"Orang itu, suka sekali meninggalkanku," dengus Hoseok.

.

.

.

Hoseok berlari mengikuti Yoongi yang sudah mendahuluinya tadi. Tasnya masih ia tenteng, Hoseok mengikuti kemana Yoongi pergi.

Ini ke lapangan basket indoor, bukan? Ia melihat Yoongi berbelok, memasuki pintu yang cukup besar.

Benar dugaannya. Tempat yang ia pijak kini adalah lapangan basket indoor. Ia melihat Yoongi mengambil salah satu dari tumpukan bola basket di sudut lapangan, Yoongi mulai mendribble bola dari ujung lapangan dan berakhir dengan memasukkan bola ke dalam ring.

Hoseok meletakkan tasnya di dekat tas Yoongi dan berjalan ke arah Yoongi.

"Yoon!" panggil Hoseok, suara cemprengnya menggema di lapangan.

"Apa?" tanya Yoongi, fokusnya masih pada bola berwarna oranye. Ia terlarut dalam permainannya sendiri.

"Apa kepalamu itu tak apa?" tanya Hoseok. Ia terlihat khawatir jika jahitan itu terbuka, dan Yoongi pasti akan banyak mengeluarkan keringat.

"Pasti perih nanti," batin Hoseok ngeri. Membayangkan jika jahitan itu terbuka, dan darahnya-- pokoknya Hoseok tidak mau berurusan dengan darah lagi. Tidak mau!

"Gwaenchana," ucap Yoongi. Ia mengoper bola kepada Hoseok, yang diterima Hoseok dengan baik walaupun matanya membulat terkejut.

Ya bagaimana tidak? Hoseok yang sedang melamun, tiba-tiba dilempar bola oleh Yoongi. Siapa yang tidak kaget, coba?

"Kemarilah, jangan malas, kuda."

Hoseok mendengus. Kenapa harus kuda, sih? Jelas-jelas ia tampan begini. Akhirnya ia berjalan dengan tangan kanan yang mendribble bola.

Ada baiknya juga ajakan Yoongi. Tubuhnya perlu bergerak juga bukan?






TBC

Mianhae Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang