25

6.5K 656 72
                                    

Paginya Seokjin bangun dengan terburu-buru. Ada panggilan alam yang tidak bisa ditolak. Ia segera beranjak dari sofa dan pergi menuju kamar mandi.

Ceklek.


Seokjin membuka pintu ruang rawat Yoongi setelah menyelesaikan urusannya. Ia dikejutkan oleh seorang pemuda lengkap dengan seragam sekolah yang sedang duduk di sofa yang ia gunakan untuk tidur semalam.

Sekarang masih pukul lima pagi, dan lihat siapa yang sudah duduk disana.

Ya ... siapa yang akan datang sepagi ini selain Jung Hoseok?

Pukul lima pagi ini ia langsung tancap gas menuju rumah sakit. Hanya ingin memastikan keadaan Yoongi, katanya.

"Hoseok-ah, sejak kapan kau ada di situ?" tanya Seokjin.

"Baru saja, Hyung, hehe," jawab Hoseok dengan cengiran.

"Hyung, kapan Yoongi akan bangun?" tanya Hoseok pada Seokjin.

"Aku tidak tahu, aku bukan dokter," jawab Seokjin.

"Sekolah rasanya sepi jika tidak ada Yoongi," Hoseok berujar sendu. Seokjin terkekeh pelan.

"Kau pulang pukul berapa, nanti?" tanya Seokjin.

"Setengah tiga."

"Lalu siapa yang akan menjaga Yoongi saat aku berangkat nanti?" gaduh Seokjin. Dan bagai disambar petir, Hoseok yang berada di sebelahnya ikut gaduh.

"Hyung, bagaimana ini?"

"Ahh, rasanya aku ingin membolos hari ini," lanjutnya.

"Aku bukan anak kecil yang harus dijaga setiap waktu, tahu."

Keduanya membeku. 

"Ada apa?" tanya Yoongi. Ia terkekeh pelan, balas menatap Hoseok yang menatapnya dengan mata bulat.

"Akhirnya kau bangun, Yoonngi-ssi!" Hoseok tersenyum lebar. 

"Yoon ... apa sesak?" tanya Seokjin. Yoongi menggeleng pelan. Sesak, sebenarnya. Tapi ia baik.

"Aku ke kamar mandi sebentar," Hoseok menyela. Ia akan memberi waktu pada Seokjin untuk menjelaskan semuanya.

"Hyung, apa ini boleh dilepas?" tanya Yoongi, sembari menunjuk masker oksigen yang ia pakai. 

"Jangan dulu, Yoon. Biarkan saja seperti itu." Seokjin tersenyum. Ada rasa senang saat Yoongi memanggilnya tanpa ragu. 

"Hyung," panggil Yoongi lagi.

"Ya?" 

"Bisa bantu aku duduk, punggungku sakit saat bergesekan dengan kasur," pinta Yoongi.

Seokjin mengangguk mengiyakan. "Sudah?" tanya Seokjin. Yoongi mengangguk untuk menjawab. Seokjin menarik kursi ke dekat ranjang Yoongi, lalu ia duduk disana.

"Maaf, Yoon ...." Yoongi mengernyit bingung.

"Maaf karena membencimu. Kuakui aku memang bodoh karena hanya melihat dari satu sisi ... " Seokjin menarik napas. " ... Kecelakaan dua tahun yang lalu itu bukan salahmu. Itu sudah direncanakan, bukan?" 

Yoongi tertegun. "H-hyung tahu?" Bagaimana bisa?

Seokjin mengambil ponsel Yoongi yang ia simpan di saku celananya. Menunjukkannya pada sang Adik yang masih terkejut.

"Aku tahu dari pesan di ponselmu, yang dikirim oleh nomor tanpa nama itu," ucap Seokjin.

"Aku akan mengatakannya pada Appa, agar semuanya segera selesai," ucap Seokjin.

"Jangan."

"Kenapa? Dengan begitu orang yang menyebabkan Eomma pergi akan ditangkap, dan semuanya selesai." Yoongi menggeleng cepat. 

"Kumohon, jangan ...." 

"Ada apa?"

Jika aku memberi tahu semua pada Jin hyung, apa orang itu akan bertindak lebih?

Seokjin menghela napas. "Ceritakan semua," ujarnya, penuh penekanan.

"Aku ... takut," lirih Yoongi. Seokjin mengelus lembut rambut Yoongi.

"Katakan semua pada Hyung. Jangan takut," ia meyakinkan.

Yoongi menegakkan kepalanya. Ia menatap sang Kakak yang juga menatapnya.

"Hyung tidak akan percaya padaku." Yoongi terkekeh lirih.

"Hyung akan percaya pada semua yang kau katakan," ujar Seokjin. Menatap lekat Yoongi, membuat anak itu menghela napas panjang.

Yoongi melepas masker oksigen yang ada di wajahnya. Sempat mendapat tatapan khawatir dari Seokjin, tapi Yoongi mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja, dan dengan bodohnya Seokjin mengangguk mengiyakan.

"Orang itu sahabat Appa." Seokjin diam.

"Hyung ingat teman Appa yang ikut makan malam, kemarin?" tanya Yoongi. Seokjin mengangguk.

"Bogum Ahjussi?" 

"Ne ... Bogum Ahjussi orang yang sering mengirimiku pesan itu." Seokjin menggeleng cepat. Menatap yang lebih muda dengan alis menukik.

"Tidak mungkin. Bogum Ahjussi itu orang baik,"  Seokjin menyangkal. 

Dalam diamnya, Yoongi terkekeh tanpa suara.

Sudah kubilang, Hyung tidak akan percaya.








TBC

Mianhae Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang