20

6.5K 658 62
                                    

Pukul setengah tiga sore. Yoongi memasuki pekarangan mansion Min dengan motor hitam kesayangannya. Dahinya mengernyit, alisnya menukik saat ia melihat mobil hitam terparkir di depan mansion.

Mobil siapa?

Ceklek.


"Yoongi pulang," ucap Yoongi. Tangannya menutup pintu besar berbahan kayu itu. Ia melepas sepatu dan kaus kakinya. Kedua matanya melihat Ayahnya sedang berbincang dengan Park Bogum. Raut wajahnya berubah tak suka.  Menatap 'teman' sang Ayah dengan alis menukik.

"Wah, Yoongi sudah pulang. Bagaimana sekolahmu, Yoongi-ya?" tanya Bogum. Ia menaikkan salah satu alisnya dengan senyum tipis menjijikkan.

"Sekolahku baik, Paman," jawab Yoongi dengan senyum kecil. Ingin sekali ia tonjok wajah lelaki di hadapannya saat ini.

Eh! Begini-begini Yoongi pernah mengikuti kelas taekwondo saat sekolah menengah lho!

"Yoongi ke atas dulu," ujarnya. Ia membungkukkan badannya lalu pergi menuju lantai atas. Bogum tersenyum menanggapi sementara Jaehyun diam dengan wajah datar.

"Kenapa, Jae?" Jaehyun diam. Tahu betul akan kemana perginya arah pembicaraan itu.

"Kau masih belum bisa melupakannya?"

Jaehyun menggeleng kecil. "Entahlah, aku selalu mengingat kejadian itu ketika melihatnya."

"Jae, itu sudah lama sekali. Sebaiknya kau lupakan kejadian itu. Perbaikilah hubunganmu dengan Yoongi, jangan sampai kau menyesal di kemudian hari," ucap Bogum. Jaehyun menatap lantai yang ia pijak. Mungkin benar kata Bogum. Ia harus membuka lembaran baru dan memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Yoongi.

Jangan sampai kau menyesal, karena aku akan menghancurkan keluargamu.

Akan kubuat keluargamu sengsara.

Tap, tap ....


Suara langkah kaki menggema, memecah keheningan kedua lelaki paruh baya itu. Yoongi tengah menuruni tangga dengan seragam yang telah berganti dengan kaus putih polos dan celana hitam pendek sedengkulnya.

Ia menuju ke dapur untuk mengambil beberapa makanan ringan. Ingin ia bawa ke kamarnya untuk mengganjal perut, mengingat Yoongi belum makan sedari pagi, ia juga tak sempat membeli makanan di kantin sekolah, sebab mengerjakan ringkasan sejarah yang belum selesai.

Yoongi melirik sekilas dua lelaki di ruang tengah yang saling diam, tanpa berdialog, dan, hei! Kenapa mereka menatap Yoongi?

Remaja itu bergidik ngeri. Ia merasa geli diperhatikan begitu. Ia membuka pintu kulkas untuk mengambil beberapa makanan ringan dari dalam sana. Sebuah suara memecah keheningan namun tidak menghentikan kegiatan Yoongi.

"Aku pulang dulu, Jae. Kuharap kau memikirkan kembali perkataan ku tadi," ucap Bogum. Bogum berjalan ke arah Yoongi. Seketika Yoongi yang tadinya akan berjalan menuju lantai atas membatalkan niatnya.

"Paman pulang dulu, Yoon," pamitnya.

"Sebentar lagi, keluargamu akan hancur berkeping-keping," bisiknya tepat di telinga Yoongi. Amarah Yoongi memuncak.

Orang ini selalu mengancamnya lewat pesan, telepon, dan bahkan sudah beberapa kali mengancamnya dengan langsung. Yoongi membanting makanan ringan yang ada di tangannya.

"Berengsek! Dasar gila!" makinya. Yoongi menatap tajam Bogum, sementara yang ditatap hanya mengeluarkan seringaiannya. Mengingatkan Yoongi akan adanya presensi sang Ayah di sana. Sontak Yoongi mengalihkan pandangannya kearah sang ayah yang kini menatapnya tajam.

"Ah, aku pulang dulu Jae. Sepertinya Yoongi tidak suka aku ada di sini," ucap Bogum, bergegas keluar dengan seringai di wajah.

Jaehyun berjalan ke arah Yoongi dengan emosi yang memuncak. Ia sungguh malu. Sahabatnya dihina oleh anaknya sendiri di depan matanya. Bahkan dengan kata-kata kasar.

Jaehyun mencengkram kuat tangan Yoongi dan menyeretnya menuju gudang. Ia membuka pintu dengan kasar. Jaehyun melepaskan cengkeramannya pada tangan Yoongi dan mendorong anaknya itu sampai terbentur tembok.

"Apa maksudmu mengatai Bogum seperti tadi, hm?!" bentaknya.

"Jawab aku!" Lagi-lagi Yoongi hanya diam. Jaehyun mencengkram rahang Yoongi lalu menghempaskan nya ke samping kiri.

"Apa kau bisu, hah? Kurang ajar!" Jaehyun kalut.

Lelaki itu melepaskan ikat pinggang kulit yang ia pakai.

Plakk!

Tamparan kuat mengenai pipi Yoongi, yang anak itu yakini akan meninggalkan jejak kemerahan.

Bugh!


"Akh!"

Tubuh Yoongi terlempar ke samping setelah tendangan sang ayah mengenai punggungnya.

Dirasa belum cukup, Jaehyun mencambuk Punggung Yoongi menggunakan ikat pinggang kulitnya.

"Kau ... "

Ctass!

"Anak kurang ajar!"

Ctass!

Ctass!!


"Argh! S-sakit ...," Yoongi meringis tertahan, ketika cambukan terakhir sang Ayah mengenai punggunya. Perih, ini sakit.

Jaehyun mencengkram erat rahang Yoongi. Ia menarik paksa tubuh Yoongi sampai Yoongi berdiri.

Bugh!


Jaehyun melepaskan bogemannya di pipi kanan Yoongi. Anak itu meringis, menatap sang Ayah sayu.

Satu bogeman lagi bersarang di pipi kiri Yoongi membuatnya limbung kesamping. Kepalanya pening, semua terlihat memburam. Bogeman sang ayah memang tidak main-main, hingga ia dapat mengecap darah di sudut bibir yang terkoyak.

Duakh!


"Uhukk!"

Jaehyun melepaskan tendangan keras di punggung Yoongi, meninggalkan rasa nyeri luar biasa, bagai ditusuk ribuan jarum. Seketika itu pula napasnya serasa berhenti. Semua berhenti berputar bagi Yoongi. Ia mencengkeram erat dadanya.

"Hah--uhukk! Sa ... sakit, " lirihnya. Untuk bernapas saja sangat sulit bagi Yoongi. Nyeri di dadanya benar-benar membuatnya sesak. Ditambah lagi darah yang keluar ketika ia terbatuk.

Yoongi dapat melihat walaupun samar, Ayahnya yang meninggalkannya sendiri, dan ia dapat mendengar kunci pintu yang diputar sebelum gelap merenggut kesadarannya.





TBC

Mianhae Yoongi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang