"Jangan membual, Yoon! Bogum Ahjussi bukan orang yang buruk!"
"Tapi aku--"
"Hentikan! Jangan membual! Jangan bicarakan hal buruk tentang Bogum Ahjussi!" Sadar atau tidak, Seokjin meninggikan suaranya.
"A-aku tid--akh uhukk-- Argh!" Yoongi mencengkeram erat dadanya. Ia meringis, merasakan nyeri hebat pada dada, yang membuatnya sulit hanya untuk sekedar menarik napas.
"Uhuk uhukk ... Arrgh! S-sakit ....." tangan kanannya ia gunakan untuk memukul dadanya yang terasa nyeri. Sementara Seokjin hanya diam membatu.
Ceklek.
"YOONGI?!"
Hoseok mendorong Seokjin untuk menyingkir. Segera memasangkan masker oksigen yang dilepas Yoongi tadi, dan dengan cepat menekan tombol merah di samping kepala ranjang. Lengannya ia gunakan untuk menghalangi tangan Yoongi yang berusaha memukul dadanya, di mana rasa sakit berasal.
"Uhukk! uhukk!" Yoongi beberapa kali terbatuk akibat pasokan oksigen yang datang tiba-tiba. Tangannya yang tadi berusaha memukul dan meremat dadanya kini beralih mencengkeram kuat lengan Hoseok.
Hoseok meringis, merasa perih pada lengannya. Kendati demikian, ia membiarkan tangannya dicengkeram oleh Yoongi. Jangan sampai Yoongi mencengkeram dadanya seperti tadi. Biarkan Yoongi membagi kesakitannya.
"Jin Hyung, bantu panggil dokter! Jangan diam saja!!"
Bak tersambar petir, Seokjin langsung berlari keluar dari sana, ia berteriak kesetanan di sepanjang lorong.
"Tenang Yoon ...," ucap Hoseok berkali-kali.
"Uhukk! Arggh!!" Yoongi mengerang dibalik masker oksigennya, urat-urat lehernya bahkan terlihat menonjol, wajahnya memerah, dengan mata terpejam erat menahan sakit.
"Akh!! Sakit--hahh ...."
Brakk!
Pintu dibuka dengan kasar. Hoseok perlahan melepaskan tangan Yoongi yang mencengkeram lengannya. Ia pergi keluar setelah mengambil alih. Mendekat pada Seokjin yang mematung di depan pintu.
"Apa yang kau lakukan, Hyung ...?" lirihnya. Seokjin menggeleng pelan.
"A-aku ... " Seokjin terdiam. Tak bisa berkata.
Hoseok mengerang. "Kupikir, meninggalkan Yoongi denganmu adalah keputusan terburuk," decihnya. Seokjin terdiam.
"Mintalah maaf pada Yoongi setelah ini. Lakukan, entah kata maafmu itu diterima atau tidak," ia berujar tepat setelah pintu terbuka. Seokjin mengangguk dalam diamnya. Ia mendongak, menarik napas panjang, mencoba menghilangkan sesak dalam dada.
.
.
.
Seokjin termenung, menatap sang Adik yang kembali terlelap dalam efek obat penenang.
"Maaf ...," ucapnya dalam hati.
"Hyung."
Tepukan pada bahu membuat Seokjin mengalihkan pandangannya.
"Aku berangkat dulu. Setelah pulang sekolah aku akan langsung kesini," Hoseok berujar. Seokjin mengangguk kecil.
"Ne ...."
Hoseok menghela napas. "Aku percaya padamu, Hyung," ujarnya, dan keluar setelah menepuk bahu tegap Seokjin sebanyak dua kali.
Seokjin mengangguk kecil. Ia menarik kursi ke dekat ranjang Yoongi, merogoh saku celana untuk mengambil ponsel sang Adik. Seokjin membukanya, dan kembali membaca pesan-pesan yang dikirim nomor tanpa nama.
"Bogum Ahjussi ikut makan malam dua hari yang lalu," gumamnya. Ibu jarinya sibuk menggulir layar, mencari pesan dua hari yang lalu.
Seokjin menatap tak percaya pada pesan yang dikirim.
| Akhirnya nanti malam kita bertemu, Min Yoongi.
| Aku tidak sabar, untuk segera menghancurkan keluargamu.
"Ahjussi ...," Seokjin melirih.
Tidak akan kubiarkan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae Yoongi ✔
FanfictionDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed " ... semenjak dua tahun lalu, ia bukan lagi Kakakku." "Aku tidak memiliki Kakak! Tidak untuk pembunuh sepertinya!" [18-02-19]- [22-06-19]