30. Putus?

1.4K 48 11
                                    

Maaf kalau masih banyak typo.

Author POV.

"Kenapa hmm? Katakan saja." Ucap Diaz sambil mengeratkan pegangan pada tangan kiri Clarissa.

Clarissa menggigit bibir bawahnya. "Maaf."

"Maaf buat apa? Harusnya aku yang bilang maaf sama kamu. Udah naggak bisa jaga kamu baik-baik." Sahut Diaz.

Clarissa menutup matanya sambil termenung.
'Diaz..aku minta maaf. Aku tahu ini berat tapi aku harus melakukannya.' Batin Clarissa.

Lalu Clarissa membuka matanya perlahan dan mengusap matanya sebelum air matanya terjatuh. "Diaz aku minta kita putus."

Bagai petir yang menyambar disiang bolong. Dan Bebatuan dari atas yang berjatuhan dan menimpa tubuh Diaz. Sungguh tidak percaya dengan apa yang diucapkan Clarissa yang selalu menjadi bidadarinya.

Diaz menggeleng tidak percaya. "Tidak ini pasti tidak benar dan kamu hanya bercanda kan?"

Mata Clarissa berkaca-kaca membuat genangan air mata turun dipipinya. Dirinya sangat bingung harus apa. Menurutnya dengan cara ini lebih baik. Hanya saja sebenarnya Clarissa tidak tega memutuskan orang yang benar-benar mencintainya.

"Ini beneran Diaz, aku tidak bercanda." Ucap Clarissa sambil memegang tangan Diaz.

"Tapi kenapa?" Dengan mata yang sudah teramat pedih melihat hal yang menimpa pada dirinya.

Clarissa tidak bergeming. Ia menoleh kesamping dan mengusap air matanya yang bercucuran.

"Maaf jika ketidak beradaanku membuat dirimu seperti ini. Sungguh aku benci pada diriku sendiri. Harusnya aku tidak ikut lomba dan selallu ada disampingmu. Benar-benar hal ini sudah melanggar janjiku pada Ibumu. Clarissa aku minta maaf." Ujar Diaz dengan menyalahkan dirinya.

"Tidak Diaz. Kamu tidak salah." Jawab Clarissa yang masih memandang kesamping.

"Terus apa alasan kamu putus?"

Ini benar-benar berat untuk memberitahukan yang sesungguhnya. Tapi tidak, Clarissa tidak akan mengatakannya.

"Kamu serius minta putus?" Tanya Diaz sekali lagi.

Diam, Clarissa tidak bergeming. Hanya air matanya yang menjadi siksa pedihnya saat ini.

Diaz mengangguk sambil bangkit. "Oke kamu diam. Aku anggap iya, maaf aku belum bisa menjadi laki-laki yang baik buat kamu. Aku terlalu bodoh dengan sikapku. Terima kasih untuk kenangan yang sudah kita buat bersama. Jika ini bisa membuatmu lega maka aku akan melangkahkan kaki pergi dari sini."

Kemudian Diaz melangkahkan kakinya dengan berat meninggalkan Clarissa.

Clarissa bangkit dari tidurnya dan mengubah posisinya menjadi duduk. Sebelum Diaz benar-benar keluar dari ruangan. Ia memanggil sosok pria tersebut.

"Diaz..aku.." ujar Clarissa dengan ragu-ragu.

Diaz membalikkan tubuhnya dan mencoba untuk tersenyum dihadapannya.
"Tidak Clarissa, kamu tidak salah. Aku yang salah dan aku pantas menerima kenyataan ini. Permisi." Setelah itu Diaz melenggang pergi dan saat keluar dari ruangan melihat sosok pria dingin yang pernah berurusan dengannya dijalan. Siapa lagi kalau bukan Fernan.

Fernan yang baru sampai didepan ruangan, tatapannya beralih pada sosok pria yang baru keluar dari ruangan Clarissa.

Diaz langsung melenggang pergi tanpa bergeming sedikitpun dengan tatapan sendu. Hal itu membuat teman-teman Clarissa bertanya-tanya.

"Ada yang tahu dia kenapa?" Ucap Vania sambil melongo.

Tanisha dan Raihan menggelengkan kepalanya. Sama sekali mereka berdua tidak mengetahui apa yang terjadi. Nampak kasihan sekali dengan ekspresi Diaz saat keluar dari ruangan tadi.

C&D [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang