42. Pernyataan

1.3K 41 2
                                    

Author POV.

Kedua orang tua angkat Clarissa datang dan juga adiknya yang bernama Cheril itu ikut datang juga dengan wajah yang sudah dibasahi oleh air mata. Betapa terkejutnya wajah orang tua angkatnya ketika muncul dari balik pintu. Mereka begitu cemas dan khawatir bercampur aduk disertai tangisan Sang Ibu.

"Clarissa.." ucap kedua orang tua angkatnya dan langsung memeluk tubuh Clarissa yang terbaring disana.

Sebenarnya Clarissa hanya pingsan saja, tapi kedua orang tuanya entah kenapa sampai bersedih seperti itu.

"Kakak jangan sampai diculik lagi. Nanti Cheril kehilangan Kakak bagaimana?" Ucap Cheril dengan tersendu-sendu. Adiknya begitu menyayanginya, sama hal nya dengan Clarissa.

Clarissa tersenyum tipis lalu mengusap puncak kepala adiknya. "Iya Kakak nggak akan diculik lagi asalkan Cheril percaya sama Kakak."

Cheril memanggut-manggut. "Iya Cheril percaya sama Kakak kok."

"Ouh iya kapan kamu bisa pulang dari Rumah Sakit?" Tanya Dika.

Ayesha memegang pundah sebelah Dika. "Yah, gimana kita bisa membayar seluruh biaya administrasi ini? Sedangkan kita tidak mempunyai banyak uang untuk membayar semuanya."

Dika menundukkan kepala, benar apa yang dikatakan istrinya itu. Clarissa ikut serta bersedih, ia hanya bisa menyusahkan orang tua angkatnya. Andai saja kondisinya tidak begitu lemah, pasti ia tidak akan dibawa ketempat ini.

Muncullah Diaz sambil membawakan bubur untuk Clarissa. Masih sempat-sempatnya ia membeli bubur demi Clarissa dengan keadaannya yang tidak baik. Perban ters3but masih melekat ditangannya, mungkin membutuhkan waktu lama untuk bisa sembuh.

"Hai Tante Hai Om." Ucap Diaz dengan ramah sambil meletakkan bubur dimeja.

"Nak, Diaz makasih sudah membantu menyelamatkan Clarissa." Ujar Ayesha.

"Tidak Tante. Bukan hanya Diaz saja, tapi teman-teman yang lain juga ikut membantu." Balas Diaz dengan senyuman. "Oh iya Tan. Untuk biaya administrasi biar Diaz yang bayar saja." Lanjut Diaz.

Clarissa dan Kedua orang tuanya menggeleng atas pengajuan Diaz. Tidak lagi ia merepotkan seseorang yang sudah berbuat baik.

"Nggak usah kami bisa.."

"Om dan Tante nggak boleh nolak. Diaz sudah niat dengan semuanya. Lagian Diaz membayar semuanya dengan ikhlas. Bahkan Mamah setuju juga."

"Entah bagaimana kita akan membalas kebaikanmu. Kita ini terlalu.." Ucapan Dika terpotong.

"Sudah jangan dipikirin lagi. Percaya dengan Diaz." Ucap Diaz meyakinkan.

Dika dan Ayesha bernafas lega. Mereka berdua bersyukur karena memiliki sosok orang yang begitu baik padanya.

Vania datang sambil berteriak heboh. Tanisha dan Raihan memutar bola matanya malas. Kalau sudah mengajak Vania, ya sudah akan seperti ini. Heboh sendiri. Benar-benar memalukan. Apalagi kalau tingkat ke kepoannya mulai meninggi.

"OMG CLARISSA!!" Teriak Vania dengan suara cempreng.

Seluruh penjuru mata beralih kearah Vania berteriak.

Sebenarnya kalau tidak diajak merasa kasihan. Mau bagaimanapun Vania adalah sahabat Clarissa.

Raihan lah yang membawa Tanisha dan Vania kesini. Ia sudah menceritakan semuanya yang terjadi. Clarissa tidak meminta seluruh sahabatnya datang. Karena yang ada mereka akan merasa kasihan. Tapi Diaz menyuruhnya untuk membawa mereka kesini dengan memberikan kunci mobilnya pada Raihan. Untung saja Raihan bisa mengendarai mobil walau iya tidak punya mobil dirumah. Namun sebelumnya ia sempat belajar dengan temannya.

C&D [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang