10. Tempat Jualan Ayah

2K 83 6
                                    

Clarissa POV.

Hari berganti menjadi senja, aku duduk sambil menunggu seseorang untuk datang kerumahku. Tak lama kemudian orang yang aku tunggu akhirnya datang juga.

"Raihan makasih udah mau bantuin aku sama ayah nanti. Sebelumnya aku minta maaf kalau jadi repotin gini." Aku mengatakannya saat Raihan datang kerumahku, ia sepertinya bukan niat untuk membantu jualan tapi seperti orang mau kencan atau semacamnya. Pakaian yang Raihan kenakan sangatlah rapih, ia tampak cocok sekali dengan celana hitam, sepatu hitam, baju hitamnya dan sebuah sweater hitam yang ia pegang ditangan kirinya.

Aku melihat penampilan Raihan dari atas sampai bawah. Setelah menilai penampilan Raihan aku tertawa geli. "Rai? Kamu mau bertakziah kesiapa ya?"

Raihan terlihat kebingungan dengan ucapanku, lalu dia melihat penampilan sendirinya dan Raihan mendadak ikut tertawa. "Eits aku salah pakai sepatu."

Aku mengerenyitkan keningku.

"Iya harusnya aku pakai sepatu putih dan oh ya satu lagi sebuah topi ketinggalan dirumah, aku pulang sebentar dulu ya. Tungguin jangan dulu berangkat okey."

Setelah Raihan menyadari penampilannya ia kembali kerumah untuk mengganti sepatu dan mengambil topi.

Aku mengangguk sambil tersenyum geli melihat tingkah Raihan.

Tak lama kemudian Raihan datang kembali dari rumahnya yang bersebelahan dengan ku. Raihan datang disambut dengan deretan giginya yang tersusun rapi sambil menyipitkan kedua matanya. Aku berkedip beberapa kali dengan tingkah aneh Raihan.

"Gimana udah oke belum?" tanya Raihan seperti anak kecil yang ingin dipuji ibunya.

"Ya lumayan daripada yang tadi kayak orang mau..." aku tidak melanjutkan ucapanku.

Raihan terlihat penasaran dengan kata yang akan aku ucapkan selanjutnya. Ia menaikkan sebelah alisnya yang bertanda 'kenapa?'

"Eh udah cepet buruan kasian ayah sendirian nggak ada yang bantu," ucapku sambil mengambil tas yang isinya tidak lain hanya sebuah ponsel dan hanya beberapa lembar uang dua ribuan.

Raihan mengangguk, lalu ia menaiki motor maticnya. Kemudian Raihan menjulurkan helm padaku dan aku menerimanya. Setelah memakai helm aku langsung bonceng ke belakang.

Motor matic Raihan mulai melaju menuju tempat jualan ayah angkatku. Selama perjalanan aku dan Raihan tidak ada yang memulai pembicaraan, aku terlihat bosan melihat jalanan yang tidak membuat diriku senang dan akhirnya aku mengawali pembicaraan.

"Rai, btw ngapain sih pakai minyak wangi segala?" tanyaku karena sedari tadi yang kurasakan adalah bau harum dari pakaian Raihan.

"Biar wangilah." jawab Raihan sambil melirik kearah kaca spion yang tampak muka diriku.

Aku memutar bola mataku. "Ya iya biar wangi, tapi tuh buat apa? Lagian kamu mau bantu jualan ayahku doang,"

Raihan tersenyum sambil fokus menyetir dengan pandangan lurus kedepan, aku bisa melihat hal itu dari kaca spion motor.

"Kan biar dilihatnya rapih terus nambah ganteng."

Aku terkekeh sambil menepuk pelan pundak Raihan. "Iya aja biar cepet."

"Ok makasih udah bilang aku ganteng." sahut Raihan dengan wajah seperti kemenangan.

Aku terheran-heran kapan aku bilang ganteng padahal aku cuma bilang 'iya aja biar cepet.'

"Kapan aku bilang kamu ganteng?"

"Tadi ... dan tadi barusan bertanya." jawab Raihan sambil tertawa kecil.

C&D [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang