13. Cara Nembak?

1.6K 74 13
                                    

Author POV.

Setelah lama menganga Rosalina dan Diaz kembali menutup mulutnya dan kembali bertanya.

Clarissa hari ini sudah banyak ditumpuk pertanyaan dari kedua orang itu bagaikan wartawan.

"Kamu pindahan dari London?" tanya Rosalina sambil memegang sebelah pipi Clarissa.

"Mmm..A-..." belum sempat Clarissa menjawab Diaz menimpal bertanya.

"Terus kenapa kamu pindah ke sini? Bukannya lebih enak di sana?" tanya Diaz.

"Emang apa yang bikin Kak Diaz enak di sana?" sengaja Clarissa membalikkan pertanyaan setidaknya tidak ada lagi pertanyaan selanjutnya yang akan dilontarkan Diaz ataupun Ibunya.

Rosalina kini sedang diam mendengar percakapan putranya dan Clarissa yang saling tatap menatap tanpa menatap dirinya sedikitpun. Walau sedang berbicara keduanya masih tetap setia menatap satu sama lain.

"Salju." jawab Diaz sambil membayangkan dirinya sedang berada diantara Salju. "Salju itu bagiku terlihat halus dan sejuk. Dari kecil aku mengharapkan bisa berdiri dikelilingi salju di dataran dan pepohonan. Waktu aku masih kecil Mamah sempet pergi ke sana tapi tidak dengan diriku," ucapDiaz dan tiba-tiba tatapannya menjadi Sendu.

Rosalina berupaya membuyarkan hayalan Putranya itu. "Ah iya Diaz waktu itu Mamah sengaja tinggalin dia di rumah dan dijaga sama Kakaknya dan Tante pergi ke London dengan papah Diaz"

"Mah, jangan sebut-sebut nama Kakak lagi!" pinta Diaz dengan halus.

Rosalina baru menyadari bahwa Diaz masih tidak siap untuk menerima takdir sang Kakaknya. "Maafkan Mamah sayang," ucap Rosalina sambil mengusap puncak kepala Diaz.

"Emang kamu punya Kakak? Aku kira kamu anak semata wayang." ujar Clarissa.

Diaz tidak menolak pertanyaan Clarissa ia menerima untuk menjawab. "Tidak aslinya aku adalah anak kedua hanya saja Kakak ku telah lebih dulu pergi dari dunia ini sejak lima tahun silam, beserta adikku yang baru lahir langsung diambil lagi ke surga." jelas Diaz sambil menahan pelupuk matanya yang sudah tegenang air mata.

Clarissa tidak tega melihat situasi ini dia seharusnya tidak usah bertanya dan sekarang Clarissa merasa dirinya telah bersalah. Untuk menebus kesalahannya Clarissa menawarkan pelukan pada dirinya untuk Diaz.

Clarissa bangkit dari tempat duduknya dan menjabarkan tangannya kehadapan Diaz yang sedang duduk, mengisyaratkan untuk bangkit dan memeluknya. Karena Clarissa tahu yang dibutuhkan Diaz saat ini adalah Pelukan dari seseorang yang tulus untuk memeluknya.

Diaz awalnya hanya menatap wajah Clarissa tidak percaya namun akhirnya ia bangkit dan memeluk Clarissa. Saat Diaz memeluk Clarissa ia memeluk Clarissa begitu erat dan berupaya untuk menahan air matanya agar tidak jatuh. Clarissa membalas pelukan Diaz ia memeluk Diaz sambil mengusap punggung Diaz.

Clarissa sedih mendengar pembicaraan Diaz mengenai salju dan ditambah Kakaknya yang sudah meninggal dunia sejak lima tahun silang.

Rosalina yang melihat putranya dan Clarissa berpelukan ia merasa senang, ternyata menurutnya Clarissa bisa menenangkan Diaz. Rosalina tersenyum bahagia dan dalam benaknya berkata 'Clarissa, kau adalah gadis yang cocok untuk Diaz. Kau begitu baik kau bisa merubah sedikit sikap Diaz yang kala marah pasti langsung membuat kaget orang. Saya Rosalina sudah memberikan restu padamu, cepat atau lambat Mamah percaya kau dan Diaz ditakdirkan untuk bersama.' Setelah mengucapkan kalimat itu Rosalina segera menghapus air mata yang tak sengaja menurun ke pipi mulusnya.

***
Di Kantin..

"Woy Bang!! Jangan diem mulu. Ini lagi kenapa pakai acara senyum-senyum begitu?" tanya Felix selaku teman Diaz yang sedang memakan nasi goreng buatan Bu Ayun.

C&D [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang