31. Mulai Berani

1.3K 43 6
                                    

Author POV.

Bel masuk berbunyi yang menandakan mulai pelajaran pertama. Fernan dan Clarissa bergegas kembali ke Kelas. Masih bingung sebenarnya Clarissa pada pria disampingnya itu.

"Ka-kamu kelas berapa?" Tanya Clarissa dengan gugup.

Pandangan mata Fernan masih tetap lurus kedepan menampakkan tatapan dinginnya.
"Sekelas dengan lo." Balas Fernan.

Clarissa mengedipkan matanya berkali-kali. Perasaan dirinya tidak pernah melihat wajah pria itu di Kelasnya.

"Sekelas dengan aku?" Tunjuk Clarissa pada dirinya.

"Iya."

Lalu mereka berdua memasuki Kelasnya. Saat masuk sudah disambut wajah kesal Keisha. Saking tidak terimanya, Clarissa didekat Fernan. Keisha mendorong tubuh Clarissa hingga membuatnya mundur kebelakang. Untung saja tidak jatuh.

"Apa-apaan kamu!!" Bentak Fernan dengan nada keras. Seisi kelas tertuju padanya, ada yang ketakutan saat mendengar suara bentakkan Fernan tadi.

Keisha tidak menjadi masalah kalau dirinya dibentak sekalipun atau berkali-kali oleh Fernan. Ia malah tersenyum mengembang.

"Kamu ngapain sih deket-deket cewek kampung gitu." Sahut Keisha sambil melepaskan genggaman tangan keduanya.

Fernan tidak menghiraukan ucapan Keisha. Ia langsung mengajak Clarissa untuk segera duduk. Keisha merasa marah saat dirinya diacuhkan oleh Fernan gegara Clarissa.

"Awas lo!!" Geram Keisha.

*
Dikelas Diaz nampak ricuh karena belum ada guru yang masuk di Kelasnya. Banyak yang sedang bercanda ria tertawa bersama bahkan bergosip ria. Ada juga yang lebih memilih tidur dipojok kelas dan ada pula yang main game sampai teriak-teriak kayak orang gila. Bahkan ada juga yang sedang galau diputusin pacar.

Diaz sedari kembali dari Kantin hanya termenung. Felix dan Farel merasa terheran-heran. Tak biasanya Diaz seperti ini. Dan apa ini? Oh tidak seragam yang dikeluarkan dan rambut yang awut-awutan. Tampilannya seperti orang gila menurut teman dekatnya itu.

"Elakh Bang galau mulu. Smile dong kayak gue nih." Ucap Farel berusaha menghibur Diaz.

Tak ada respon dari Diaz tetap pada posisi yang sama. Termenung dengan menopangkan dagu dan menatap lurus kedepan. Pandangannya pun terlihat kosong dan seperti tidak ada semangat hidup.

"Lix, kayaknya teman gue yang satu ini kurang pakai pepsodent deh."

Felix mengerutkan dahinya. "Memangnya kenapa?"

"Jadi gini, gue tadi pagi kebanyakan pakai pepsodent sampai sekarang nggak luput senyum dan menampakkan gigi gue yang putih berkilau seperti berlian." Ujar Farel.

Rasanya ingin muntah saat Farel mengatakan hal itu yang menyombongkan diri.

"Prettt.. Demi bola pingpong yang dimainkan Pak Ompong. Gigi lo yang mirip sama Pak Ompong gitu, lo bilang putih dan berkilau." Balas Felix dengan jengah.

Pak Ompong adalah tukang Bubur Ayam dikompleks sekitar rumah Felix. Padahal giginya tidak ompong sama sekali. Itu memang benar namanya. Dan Pak Ompong itu memiliki gigi yang dibilang kuning tapi tidak kuning. Dibilang putih juga tidak putih.

"Jahat lo Lix, nyamain gue sama Pak Ompong." Balas Farel sambil mengepalkan tangannya siap-siap untuk menoyor kepala Felix.

Felix tidak menghiraukan bogeman Farel yang sudah disiapkan.

"Diaz menurut gue sih ini bukan lo yang salah dan nggak ada hubungannya dengan lo." Ujar Felix.

Farel melepaskan bogemannya. "Iya gue juga setuju. Masa iya gara-gara lo nggak ada disampingnya saat itu terus lo menjadi penyebab masalahnya. Toh lagian Clarissa nggak bilang lo yang salah kan?"

C&D [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang