58. Mimpi Buruk

1.6K 46 0
                                    

Maaf kalau banyak Typo dimana-mana. Nanti setelah tamat saya akan revisi😊

Author POV.

Sepulang sekolah Diaz langsung pergi menuju Rumah Clarissa. Berhubungan Ia akan melewati tempat jualan Ayahnya, Diaz hendak memarkirkan motornya disamping trotoar.

Kosong yang Ia lihat. Sudah tidak ada lagi gerobak yang terpampang disana.

'Tumben nggak ada gerobak. Apa nggak jualan?' Batin Diaz yang pikirannya ditumpuki kebingungan.

Lalu Diaz memutuskan melanjutkan perjalanan menuju Rumah Clarissa. Sesampainya disana, Rumah tersebut nampak sepi. Tapi bukannya setiap hari selalu sepi seperti itu?

Namun bagi Diaz suasana nampak berbeda tak seperti biasanya. Sebenarnya Diaz ragu-ragu mengetuk pintu Rumah tersebut. Tapi Diaz beruapaya memberanikan diri. Jika sewaktu-waktu Clarissa membukakannya pintu dan memarahinya, Diaz akan menerimanya dengan lapang dada.

Diaz sangat pantas mendapatkan hal yang setimpal dengan perbuatan yang sudah dilakukan pada Clarissa.

Tok..Tok..Tok..

Hening tak ada jawaban dari dalam Rumah. Lalu Diaz mencoba mengetuk pintu kembali.

Tok..Tok..Tok..

Masih sama seperti ketukan pintu pertama. Baiklah jika ketukan untuk ketiga kalinya tidak ada yang membukakan pintu, rela tidak rela Diaz akan beranjak pergi.

Tok..Tok..Tok..

"Clarissa.." panggil Diaz sambil mengetuk pintu berulang kali.

Hasil yang Ia peroleh nihil. Tak ada satu orangpun yang membukakannya pintu. Bahkan suara orang mengobrol tidak terdengar sama sekali. Mungkinkah Clarissa dan keluarganya sedang keluar Rumah?

Dengan perasaan kecewa, Diaz kembali menaiki motornya dan pulang ke Rumahnya.

***
Hari ini adalah hari Rabu. Kebetulan sekali saat dirinya hendak menanyakan soal Clarissa, Raihan berada didepan matanya yang sedang berjalan menyusuri koridor.

"Raihan." Panggil Diaz sambil berupaya mengejar cowok itu. Tapi langkah kaki Raihan semakin dipercepat, dirinya tidak ingin lagi mengobrol dengan cowok itu.

Diaz tak mudah menyerah, cowok itu menghadang jalan Raihan yang membuat Raihan berdecak kesal.

"Gue mau tanya sama lo. Dimana orang tua Clarissa tinggal?"

"Nggak penting. Minggir gue pengen lewat."

Sebenarnya Diaz tidak ingin menghajar cowok itu seperti kemarin. Namun setelah mendengar perkataan Raihan yang beranggapan tidak penting.

"Nggak penting kata lo!! Rai tolong kasih tahu gue. Gue udah akui kesalahan gue."

"Percuma." Lalu Raihan lanjut melangkahkan kakinya menuju Kelas.

Nihil lagi yang Ia dapatkan. Sungguh mengecewakan, apa ini adalah karma atas perbuatan dirinya. Menyesal setelah diakhir membuat dirinya frustasi.

*
Diaz sedang berjalan biasa, wajahnya menunduk lesu. Pikirannya terbang kemana-mana. Dalam benaknya selalu terbayang kejadian-kejadian dimana dirinya bersama gadis itu.

Mendadak memory masa lalu terulang kembali. Saat itu sedang hujan deras, diwaktu itu Ia menjumpai Clarissa sampai memberikan kehangatan dengan memeluknya. Disitulah awal dimana dirinya menjadikan Clarissa sebagai kekasihnya.

Sedih jika kenangan manis itu teringat kembali dipikirannya.

Tanpa disadari Diaz sedang berada didepan ruang Osis. Para anggota Osis sedang berkumpul untuk rapat menyukseskan acara perlombaan basket hari sabtu.

C&D [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang