Author POV.
Pukulan dari tangan Adrian mendarat tepat di sebelah sudut bibir Fernan. Saat itu Fernan tidak sempat menghindar, oleh karenanya dia terkena pukulan mendadak dari Adrian. Padahal dirinya jago bela diri sejak kecil ia belajar.
Fernan memegang sudut bibirnya yang terkena pukulanntersebut dan terdapat darah segar yang keluar akibat pukulan yang cukup keras.
"Apa?" tanya Fernan dengan datar.
Adrian tersenyum sinis. "Lo pura-pura sok polos atau gimana sih? Tampang aja ganteng tapi sikapnya kasar."
Fernan ikut tersenyum sinis. "Yang lo sebut kasar di sini siapa? Lo nggak bisa ngomong baik-baik dulu, main pukul aja."
Adrian sambil tersenyum meremehkan. "Bilang aja kalau lo nggak bisa bela diri."
Fernan membalikkan badannya, tak ada mood untuk berkelahi saat ini.
"Woy minta maaf nggak sama Keisha! Kalau nggak..." ucapan Adrian terpotong oleh Fernan.
"Emang Keisha siapa lo? Sampai sepeduli ini. Nggak usah pura-pura peduli kalau lo awalnya benar nggak peduli." sahut Fernan lalu melangkahkan kaki pergi dari taman belakang sekolah dan kembali ke kelas.
Adrian semakin geram ia mengepalkan kedua tangannya. Ucapan Fernan membuatnya berpikir begitu keras untuk mencerna perkataan laki-laki yang barusan ia pukul tadi.
Fernan sedang berada di depan kaca toilet sekolah. Darah yang berada di sudut bibir tersebut ia usap dan membersihkannya dengam air. Terdapat luka lebam berwarna biru keunguan. Memang tak aneh lagi setelah terkena pukulan yang cukup kuat tadi pasti terdapat lebam.
Raihan akhirnya menemukan Fernan setelah kepergian temannya yang secara tiba-tiba meninggalkan dirinya dari Kantin. Nampak terkejut saat melihat luka lebam di sudut bibir temannya itu. Ia pun mendekat ke arah Fernan dan menanyakan apa yang terjadi pada dirinya.
"Lo di sini rupanya. Btw sudut bibir lo bisa terluka gimana ceritanya?"
Fernan menatap Raihan tapi Fernan tidak menghiraukan pertanyaan temannya itu. Ia langsung berjalan menuju kelas sedangkan Raihan masih berdiri di tempat dan menatap bingung.
'Apa dia kena pukul Kak Adrian?' Batin Raihan.
***
Suasana kelas X IPA 1 sedang ramai dengan ocehan para murid kelasnya. Pak Yoyo tidak masuk kelas hari ini dan kebetulan tidak diberikan tugas. Oleh karena itu, siswa siswa bersorak riang akhirnya mereka bisa bebas dari pelajaran guru killer itu.Fernan sedang mellihat isi dari buku atlas yang ia pegang di tangannya, ia melihat peta indonesia. Dirinya sedang memahami nama kota-kota di Indonesia agar bisa memudahkan menemukan Clarissa. Setidaknya dengan ini bisa sedikit membantunya. Siapa tahu jika Clarissa yang ia cari tak berada pada satu daerah dengan keberadaannya sekarang.
"Lo lagi apa?" tanya Raihan yang begitu jenuh tidak ada yang mengajaknya bicara.
Clarissa, gadis itu sibuk membaca buku matematika. Sedangkan Vania sedang berceloteh tidak jelas pada Tanisha dan temannya hanya menutup telinganya karena tidak peduli Vania bilang apa saja, ia hanya melihat Clarissa yang begitu khusu membaca buku.
Hanya deheman yang Clarissa keluarkan sebagai jawaban dari pertanyaan Raihan.
Raihan hanya mengelus dadanya untuk sabar menghadapi teman sebangkunya itu yang sedari tadi diam seribu bahasa.
"Ouh iya, gue punya bisnis online. Gue jual gorengan, eh tidak! lebih tepatnya milik paman gue. Lo mau beli nggak nanti pulang sekolah gue antar pesanan lo, siapa tahu lo minat gitu nggak maksa juga sih buat lo beli."
KAMU SEDANG MEMBACA
C&D [Selesai]
Fiksi Remaja[TAHAP REVISI] Clarissa Aura Putri/Clarissa Aurellia adalah sosok gadis yang berasal dari London. Semenjak ia pindah ke Indonesia hidupnya menjadi sederhana. Karena Ia tinggal bukan dengan orang tua kandungnya tapi orang tua angkatnya. Tapi suatu ha...