Hari dan minggu telah berlalu, libur panjang pun sudah berlalu. Anak kelas 12 telah melaksanakan acara perpisahan mereka serta acara yang lainnya. Fiona juga telah menyelesaikan ujiannya dan dinyatakan lulus naik ke kelas 12.
Hari ini Fiona beserta kedua sahabatnya tengah mencari kelas yang akan mereka tempati hingga tamat dari sekolah ini, walaupun hari ini masih belum diberlakukan mata pelajaran tapi semua siswa dan siswi diwajibkan untuk segera mengetahui kelas mereka. papan mading benar-benar menjadi sasaran siswa-siswi yang ingin melihat dimana mereka akan terdampar kali ini tak terkecuali mereka bertiga.
"Ya Allah tolongin Icha, icha nggak mau yah di pisahin sama kedua sahabat icha kalo icha di pisahin icha demo loh ya Allah," Anita dan Fiona memutar bola matanya malas melihat tingkah sahabatnya yang satu itu.
"Yaudah buruan lihat Fii, gue tutup mata dulu," ujar Icha lagi.
Fiona dan Anita tak menghiraukan ucapan Icha lagi kedua gadis itu kembali ke tujuan awal mereka untuk melihat namanya karena satu persatu siswa-siswi telah pergi.
"Yah," Anita menghela nafas pelan membuat Icha akhirnya membuka matanya.
"Kenapa? kita nggak sekelas lagi yah aihh gue nggak bisa yah diginiin siapa sih yang ngatur lagi gue giling juga yah, mati nih gue. entar gue sama siapa ceritanya Astagfirullah,"
"Diem elah, kita di lihatin anak lain nih tengsin,"Fiona langsung menarik tangan gadis itu.
Ketiganya tiba di kelas 12 IPA3, Icha mengatur pernafasannya karena ditarik kasar oleh kedua sahabat gilanya itu.
Pandangan pertama yang Icha lihat adalah teman sekelas yang telah menemani mereka dari kelas 11, teman sekelas yang telah mengetahui apapun aib mereka di kelas ini tukang nyontek, kurang waras, dan Si Bad girl. Tiga gadis yang selalu menjadi bahan ocehan semua guru.
"Jadi kita tetep sekelas ini?," Icha terlihat sumbringah sedangkan kedua gadis itu hanya tersenyum tipis.
"Awww sakit elah," pekik Fiona saat Icha langsung berhambur memeluk gadis itu.
"Gue seneng banget ini untung aja nggak di pisahin," ujar Icha lagi.
*****
"Kita sekelas lagi nih Yan," Dito mendudukkan tubuhnya di samping Delvin yang sedang membaca buku.
"Gue sebenarnya bosen sekelas ama lo Dit, serius gue benci takdir gue ketemu ama lo mulu," Ujar Rian sembari melipat kedua tangannya di dada.
Dito mengatur pernapasannya sebentar lalu tersenyum tipis "Gue sebenarnya lebih bosan lagi sekelas ama lo gimana yah, sekelas sama lo itu buat gue nggak maju-maju malahan tambah bego!," Rian menatap datar kearah lelaki itu, sial dia selalu kalah debat dengan lelaki laknat satu itu.
"Kita sekelas lagi?," seorang gadis berperawakan tinggi dengan warna kulit putih itu menghampiri meja ketiga lelaki tampan itu. membuat ketiganya mengalihkan pandangan mereka.
"Kita sekelas lagi Cin?," tanya Dito, Cindy mengangguk lalu tersenyum senang, sementara Delvin yang kembali memusatkan pandangannya pada buku yang dibacanya.
Cindy melirik sekilas kearah Delvin, gadis itu meremas jarinya kuat ia beberapa kali mengerjapkan matanya melihat sifat Delvin terlihat lebih dingin kepadanya atau cuma perasaannya saja.
"Vin," panggil Cindy hati-hati.
"Hmm," dehem Delvin.
"Lo__,"ucapan Cindy terpotong tatkala kedua temannya memanggilnya.
"Cindy kekantin yuk," teriak salah seorang gadis bernama Salsa teman sekelas Cindy dan tentunya teman sekelas Delvin juga.
Cindy berbalik menatap Salsa "Iya..," katanya, Cindy kembali melihat kearah Delvin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bad Girl
Teen Fictionkini ku ceritakan tentang seorang bad girl!! tidak tidak hanya ingin menunjukkan bahwa dia bad girl tapi sesungguhnya dia Fake!!. Bagaimana jadinya jika seorang bad girl menemukan seseorang yang mampu membuat hatinya mencair?dan perlahan membongkar...