Part 41

2.3K 119 17
                                    

Tetap mengikuti apapun skenario Tuhan, jika memang menyakitkan tetap jalani. setidaknya selepas badai pasti ada kebahagian.

****
Keluarga Fiona, kedua sahabatnya serta kedua sahabat Delvin kini duduk dalam diam di ruang tamu. Rian dan Dito datang menengok Fiona sekalian memberi tahu keadaan Delvin dan kronologi kejadian kecelakaan yang menimpa Delvin. Rasa sesak kembali menjalar di tubuh Eriska tatkala mendengar kabar tentang Delvin yang mengalami koma karena kecelakaan.

Eriska tak tahu bagaimana nasib Fiona jika kembali mendengar kabar ini, anaknya itu benar-benar di guncang masalah hanya dalam sehari. Ia tahu Fiona gadis kuat, tapi tidak dengan masalah kehilangan orang yang dicintai untuk selamanya. siapapun pasti akan berlarut-larut jika di terpa masalah seperti itu.

"Bunda udah nggak tau gimana keadaan Fio kalo dengar berita ini Ayah," Eriska kembali terisak, dia merasa paling bersalah jika dulu keduanya tetap menjaga Fiona dan tidak meninggalkan gadis itu bersama Amanda mungkin saja Fiona tidak terlalu berlarut seperti ini. Fiona menganggap Amanda sudah seperti Bundanya juga maka dari itu gadis itu sangat terpukul, tentu saja bertahun-tahun hidup bersama tiba-tiba kehilangan pasti akan merasa sakit.

"Apa perlu kita rahasiain berita ini lagi om?," tawar Rian.

"Nggak! Fiona udah sakit hati kita-kita rahasiain tentang penyakit Auntie, Alya nggak mau nanggung lagi Bun,Yah! Alya nggak mau Fiona benci sama Alya," serga Alya dengan cepat.

"Iya, Icha juga setuju sama Kak Alya kok Tan, Fiona nanti makin sakit hati kalo kita rahasiain ini lagi," ucap Icha, kedua orang tua Fiona mengangguk paham.

"Kita coba mau naik keatas yah Tan,Om. Kita mau coba ngomong lagi," ujar Anita, kedua orang tua Fiona kembali mengangguk.

*****

Sore menjelang malam, warna kebiru-biruan langit telah menjadi gelap segelap hati seorang gadis yang tengah duduk di kursi sembari menatap langit tersebut.

Dua hari telah berlalu setelah kepergian orang yang di sayangnya. Gadis itu tetap menutup diri, hanya keluar kamar jika ingin kemakam Amanda atau kerumah Amanda yang masih diisi oleh beberapa pembantu Amanda atas suruhan Fiona.

Fiona! gadis periang yang kembali menjelma seperti dulu. Cuek dan dingin, gadis itu tengah menatap kosong ke arah langit sangat indah Fiona terduduk di kursi yang langsung ia arahkan keluar jendela kamarnya.

Anita dan Icha tiba di pintu kamar Fiona, Icha mengetuk pintu kamar Fiona beberapa kali. kedua gadis itu tidak tahu bagaimana keadaan Fiona sekarang, apa gadis itu sudah makan, apa gadis itu tidur selama duahari ini.

"Fii...ini gue Anita sama Icha lo nggak mau ketemu sama gue Fii?," panggil Anita dari luar kamar gadis itu, sama seperti hari sebelumnya gadis itu tak menyahuti siapapun mulutnya seolah terkunci. "Lo nggak kangen sama gue? lo udah dua hari nggak kesekolah, anak-anak pada nyariin lo katanya kita berdua nggak lengkap kalo nggak ada lo, kita kan sepaket Fii," Anita mulai berkaca-kaca, gadis itu seolah hanya bisa berbicara dengan pintu kayu kamar gadis itu.

Dibalik pintu kamar kayu itu, seorang gadis tengah menahan tangisnya agar tak pecah. ia rindu tapi masih enggan berjumpa dengan orang lain, ia tak ingin orang melihat dirinya lemah seperti ini walau itu memang kenyataannya.

Sama seperti kedua orang tua Fiona, kedua gadis itu tetap tidak bisa masuk kedalam kamar Fiona, Setiap datang mereka hanya bisa sampai di depan pintu kamar Fiona, tak bisa masuk karena gadis itu benar-benar mengunci kamarnya kecuali gadis itu sendiri yang ingin keluar itupun tujuannya hanya kerumah atau ke makam Amanda.

Fake Bad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang