Hari ini, hari dimana Fiona pertama kalinya masuk ke sekolah setelah mengalami koma.
Gadis itu sudah sangat sehat, dan pagi tadi gadis itu di jemput oleh Delvin untuk berangkat bersama ke sekolah.
Tak banyak yang berubah dari sekolahnya, hanya saja siswa-siswi di sekolahnya lebih ramah lagi kepadanya. Walau ada beberapa siswi yang masih menatapnya sedikit terkejut dan bingung.
Tapi Fiona mengerti kebingungannya, mungkin saja gadis itu benar-benar mengira Fiona telah tiada karena ucapan bela sungkawa yang ada di papan mading hari itu.
Keadaan hampir seluruhnya membaik, mengingat Delvin telah kembali kepada dirinya yang asli, Icha yang terlepas dari ancaman Cindy dan Cindy yang menghilang tanpa kabar dari mereka.
Kabar baiknya, dia juga terlepas dari komanya.
"Kenapa sih, senyum mulu dari tadi?," tanya Delvin sambil menatap gadis di sampingnya bingung.
Fiona menggeleng lalu kembali tersenyum tipis "aku cuma bahagia aja, keadaan kembali baik. Untuk pertama kalinya aku suka masuk rumah sakit,"sahut Fiona sembari mengeratkan tautan jarinya dengan Delvin.
"Kamu pantas bahagia," celetuk Delvin membuat Fiona mengernyitkan dahinya bingung.
Delvin menerawang ke depan, lorong koridor masih belum terlalu ramai. Mengingat guru semakin sibuk karena mereka juga telah berada di tahun terakhir sekolah. Lelaki itu menarik nafas pelan lalu mencium tangan Fiona cepat membuat gadis itu tersentak kaget.
"Kebiasaan banget sih!,"tukas Fiona lalu memukul bahu Delvin pelan.
Delvin terkekeh pelan"kamu pantes bahagia, setelah lewatin berbagai macam masalah. Kamu selalu bisa lewatin masalah kamu. Mulai dari keluarga, percintaan maupun persahabatan. Kamu berhasil lewatin semuanya,"
Fiona terdiam, ingatannya kembali ketika dirinya menjelma menjadi seorang Bad Girl sekolah hanya demi mendapat perhatian kedua orang tuanya namun nyatanya tak berhasil. Dan menjadi musuh sesaat Delvin kemudian jatuh cinta kepada lelaki itu.
Ah, Cintanya bahkan tak pernah pudar untuk lelaki itu.
"Kan ada kamu," celetuk Fiona sambil mencolek pinggang lelaki itu.
Delvin mendelik, lalu menoyor kepala gadis itu pelan.
Keduanya telah sampai di depan kelas Fiona, Fiona melirik ke dalam kelasnya sebentar masih sangat sepi hanya ada dua orang yang menjalani piketnya. Delvin bersandar pada dinding depan kelas Fiona. Tangan lelaki itu terulur mengelus pucuk kepala Fiona.
"Jangan bergantung sama aku Fii, kamu harus selalu bisa ngatasin masalah kamu sendiri tanpa bantuan orang,"
"Bukan bergantung, tapi emang dari awal kamu udah jadi penyelamat,"sela Fiona cepat.
"Aku cuma ngomong aja, kamu harus bisa. Kita belum tentu tau gimana kedepannya kan,"ujar Delvin masih sambil mengelus rambut gadis itu.
"Kamu....nggak lagi pengen pergi kan?,"tanya Fiona sedikit gugup.
"Kalo aku ngomong pergi pun nyatanya bukan pergi, cuma kan kalo kita berdua udah tamat dari sini otomatis kita bakalan lanjutin hidup lagi. Kamu harus masuk universitas yang kamu suka dan jurusan yang kamu senangi"jawab Delvin.
"Kamu pilih kuliah di manapun aku ikut lah. Kalo aku lepas tangan aja, takutnya kamu selingkuh,"ujar Fiona sembari terkekeh pelan.
Delvin ikut tertawa, lalu kembali menoyor kening gadis itu pelan.
"Aku nggak kuliah"
"EH?," Fiona tersentak.
"Kamu nggak kuliah berarti jadi pengangguran?," tanya Fiona.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Bad Girl
أدب المراهقينkini ku ceritakan tentang seorang bad girl!! tidak tidak hanya ingin menunjukkan bahwa dia bad girl tapi sesungguhnya dia Fake!!. Bagaimana jadinya jika seorang bad girl menemukan seseorang yang mampu membuat hatinya mencair?dan perlahan membongkar...