11. Selimut

1.9K 204 6
                                    

(Namakamu) kembali mengarahkan pandangannya pada Iqbaal yang terlelap diatas sofa. Ia menghela napas pelan kemudian kembali untuk mengetik beberapa bagian yang tinggal sedikit lagi sudah selesai tinggal mengirimnya pada dosen dan dirinya bisa tidur nyenyak malam ini.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah satu malam yang dimana jam tersebut sudah melewati batas tidur (Namakamu). Gadis itu tetap mengetik dengan cepat agar bisa selesai.

"Zara...."

(Namakamu) kembali mengarah pada Iqbaal setelah mendengar nama Zara yang disebut.

"Zara...."

Ucapan Iqbaal yang kedua kalinya membuat (Namakamu) berhenti melakukan aktifitasnya. Ia menghampiri Iqbaal yang masih mengigau disana.

"Kangen banget yah? Sampe segitunya." Ucap (Namakamu) samar-samar menatap Iqbaal.

***
Cahaya matahari pagi menyambut Iqbaal yang masih terbaring disofa dengan selimut yang membungkus tubuhnya. Iqbaal melihat sekeliling tiap sudut ruangan tamu yang tidak terlalu asing baginya.
Iqbaal tahu tempat ini, ia tentu tidak salah menebak karena unit ini adalah milik gadis itu. Tapi kenapa dirinya sampai tidur disini?

Iqbaal juga menatap selimut tebal dengan warna putih polos masih menyelimutinya, ia bangkit dari tidurnya dan berposisi duduk. Sekarang yang Iqbaal cari adalah (Namakamu) kemana gadis itu? Apakah ia sudah pergi lebih dulu ke kampus?

Sepertinya begitu, Iqbaal bangkit berdiri dan mulai melipat selimut yang ia pakai tadi. Mungkin (Namakamu) yang memberikannya diam-diam, setelah itu Iqbaal berniat mengembalikkan selimut milik (Namakamu) kedalam kamar gadis itu.
Tepat dikamar Iqbaal masih belum melihat sosok gadis itu, Iqbaal melihat sekeliling ruangan kamar (Namakamu) yang begitu rapi dan bersih hanya saja tuan dari kamar ini belum kelihatan sama sekali dan Iqbaal yakin jika gadis itu sudah pergi ke kampus.

"Ngapain dikamar gue?"

Iqbaal langsung berbalik menatap (Namakamu) yang berdiri didepan pintu kamar. Gadis itu melangkah mendekati Iqbaal dengan kedua tangan yang menyilang didepan dengan tatapan yang tak pernah lepas dari iris mata Iqbaal.

"Gue cuma balikin selimut lo, sorry lancang" Iqbaal menatap (Namakamu), ia merasa tidak enak dengan (Namakamu) karena dianggap lancang masuk ke kamar oranglain.

"Kenapa jadi repot-repot? Nggakpapa kali" (Namakamu) dengan santai tersenyum kearah laki-laki itu.

"Lo nggak marah? Padahal ini udah dianggap lancang loh karena masuk kamar yang bukan kamar pribadi" Iqbaal menatap heran.

"Kan lo bilang balikin selimut jadi nggakpapa, kecuali lo udah nyuri atau ngeberantakin kamar gue berarti gue nggak bakal kasih izin siapapun itu untuk masuk kekamar gue." Ujar (Namakamu).

"Tapi, bukannya hari ini masuk kampus?"

"Ha? Ini hari minggu Baal. Faktor mabuk semalam kali yak? Jadi lo lupa ini hari minggu"

"Gue mabuk?"

"Iyalah, semalam lo salah masuk unit. Yang seharusnya masuk ketempat lo eh malah nyasar ke tempat gue, jadi gue kaget karna lo tiba-tiba jatuh terus dalam keadaan nggak sadar"

"Yang gue inget gue udah mau masuk ke unit tap--"

"Tapi nyasar." Potong (Namakamu) diakhiri gelengan kepala.

(Namakamu) kembali pergi dari kamarnya menuju ruang tengah yang dimana ada beberapa buku yang belum ia rapikan. Iqbaal ikut mengekor dan melihat tiap gerak gerik (Namakamu) yang kesana kemari dengan santai.
(Namakamu) kembali menatap kearah Iqbaal yang sudah menghampirinya tepat didapur, ia merasa seakan telah menikah muda.

LUCKY FANS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang