Seluruh ruangan diapartement (Namakamu) sudah terang dengan lampu yang ia nyalakan. (Namakamu) melangkah santai menuju kamarnya tapi ia berhenti sejenak tepat didepan pintu kamarnya, mengingat dengan ucapan seorang yang misterius tadi mrmbuat (Namakamu) cemas.
(Namakamu) memutuskan untuk menghampiri Iqbaal di unitnya, ia harus cerita hal ini. Daripada hanya memendam sendiri dan terjadi sesuatu padanya, lebih baik ia katakan saja dan sudah pasti dirinya akan siap jika dimarahi Iqbaal tentunya.
Pintu apartemen milik Iqbaal terbuka, laki-laki itu tersenyum lebar dengan kedatangan (Namakamu). Percayalah selama mereka berada di satu gedung yang sama namun mereka sama sekali tidak pernah masuk ke unit masing-masing tiap hari, terlebih pada (Namakamu) yang jarang bertamu di unit Iqbaal dan tidak heran Iqbaal merasa senang kedatangan (Namakamu).
"Masuk!" Sahut Iqbaal mempersilahkan.
(Namakamu) tersenyum kikuk lalu masuk kedalam unit Iqbaal. Ia duduk disofa sembari melihat Iqbaal yang juga sudah duduk disampingnya.
"Tumben kesini, kenapa?" Iqbaal menatap penuh.
"Aku mau kasih tahu sesuatu ke kamu dan ini serius" Balas (Namakamu) menatap Iqbaal.
"Cerita ayo" Lanjut Iqbaal.
"Aku udah nggak tahu udah berapa kali orang itu telfon aku, aku risih sama dia Baal. Nomor yang sama terus-terusan telfon aku"
"Yang telfon kamu waktu itu?"
"Iya, awalnya aku cuma biarin aja. Tapi makin kesini, makin ganggu. Tadi pas aku masih dirumah temen, nomor yang sama telfon aku lagi dan dia bilang dia nggak suka dengan hubungan kita berdua, dia mau kita putus, kalau nggak dia bakal datang ke unit aku. Aku takut sayang, aku takut kalau dia memang datang ke unit aku, kalau sampai dia bawa pisau gimana?"
Mendengar (Namakamu) bercerita, Iqbaal sempat kesal dan marah pada gadis ini. Bagaimana gadis ini bisa menyimpan hal seperti ini yang bisa saja mengancam nyawanya? Iqbaal juga tidak akan membiarkan (Namakamu) disakiti oleh siapapun.
"Sebenarnya aku marah sama kamu, bisa-bisanya masalah kayak gini kamu sembunyiin ? Kalau ada apa-apa gimana? Ini yang aku nggak suka dari kamu, selalu main rahasia kalau ada masalah. Seharusnya kamu bisa cerita sama aku, sekarang kalau orang itu beneran datang terus kalau misalnya aku nggak tahu gimana?"
(Namakamu) menatap sedih pada Iqbaal, walaupun hanya berbicara yang lembut tapi tetap saja dilihat dari wajah laki-laki itu tengah memarahinya. (Namakamu) bahkan menahan air matanya agar tidak menangis.
"Yaudah kamu disini aja dulu, nanti aku bakal cek di unit kamu ada orang apa enggak. Kalau memang orang itu datang, aku bakal kasih tahu kedia" Lanjut Iqbaal lalu memeluk (Namakamu) erat.
"I'm sorry" Ucap (Namakamu).
"Nggakpapa, jangan nangis cengeng banget lu" Balas Iqbaal melirik (Namakamu) yang masih sedih itu.
(Namakamu) hanya diam saja dipelukan Iqbaal, laki-laki itu berusaha untuk menenangkan dirinya saat ini. Iqbaal mengusap lembut rambut (Namakamu) diakhiri kecupan dipucuk kepalanya.
"Tidur aja sana, kamu pasti capek. Udah makan belom?" Iqbaal.
"Udah makan tadi" Jawab (Namakamu) lesu.
"Yaudah, kamu pasti ngantuk skarang tidur gih dikamar. Bentar lagi aku ke unit kamu buat cek keadaan disana"
Mendengar perintah Iqbaal, (Namakamu) langsung pergi ke kamar laki-laki itu untuk istirahat. Sedangkan Iqbaal masih diruang tengah untuk menunggu jam yang mungkin saja orang yang mengancam (Namakamu) akan datang saat tengah malam.
Iqbaal melihat (Namakamu) yang tampaknya sudah tertidur, ini sudah jam setengah sebelas malam saatnya Iqbaal untuk pergi melihat ke unit pacarnya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKY FANS [COMPLETED]
FanfictionAku hanya orang biasa Bagaimanapun aku tetap orang biasa pada umumnya, aku tidak pantas menjadi seorang yang special dihidupmu. Seakan aku hanya salah satu bintang yang beruntung diantara jutaan bintang dilangit. Tahukah kamu, kalau kamu punya banya...