26.

1.4K 164 10
                                    

Semua pakaian ataupun benda yang lain sudah tersimpan rapi didalam koper milik (Namakamu), kini dirinya sudah berada diatas kasur yang begitu empuk dengan selimut tebal yang membungkus dirinya dan tatapan matanya menuju langit-langit kamarnya.
Ia menghela napas pelan, sibuk memikirkan sesuatu. (Namakamu) mulai merasa muak dengan ucapan Iqbaal itu lagi dan lagi, ia sudah berusaha untuk melupakan semua itu tapi tetap saja akan kembali ia ingat lagi.

(Namakamu) mengubah posisinya menjadi menyamping, ia melow sekarang bahkan Iqbaal tidak memberinya kabar lagi semenjak tadi sore. Sesekali juga (Namakamu) mengambil ponselnya untuk memastikan jika ada notifikasi atau tidak, tapi semua itu nihil. Tidak ada sama sekali chat ataupun telfon dari Iqbaal.

Daripada menunggu (Namakamu) langsung mematikan lampu kamarnya lalu tidur hingga sampai ia akan terbangun untuk bersiap pergi kebandara.

***
Iqbaal terbangun dari tidurnya, ia baru ingat (Namakamu) akan kembali ke Melbourne hari ini tepatnya subuh ini. Ia bergegas untuk mencuci mukanya kemudian merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, setelah bersiap-siap kini saatnya untuk mengantar (Namakamu) dan semoga saja ia tidak terlambat.

"Iqbaal kamu mau kemana ?"

Langkah Iqbaal langsung terhenti mendengar suara Ayahnya yang kini sudah berdiri tak jauh dimana Iqbaal berdiri.

"Mau anter (Namakamu) Yah" Jawab Iqbaal.

"Kemana?"

"(Namakamu) mau pulang ke Melbourne jadi aku mau anterin dia ke bandara"

"Kamu lihat ini udah jam berapa? Paling udah berangkat dianya"

Iqbaal melihat jam dinding yang tertera disana, ah ia terlambat. Iqbaal jengkel pada dirinya sendiri karena lupa akan sesuatu, pasti (Namakamu) mengharapkan kedatangannya dibandara.

"Kamu kesiangan, memangnya kamu semalam ngapain aja hm? Begadang kamu?" Lanjut Ayahnya.

"Aku cuma--"

"Teteh denger lagi nelfon semalam, sama siapa?" Potong Kakaknya yang muncul dari kamar.

"Lebih baik kamu telfon (Namakamu) aja nanti kalau dia udah sampai" Ucap Ayahnya lalu pergi.

***
Beberapa saat yang lalu sebelum keberangkatan.

(Namakamu) sesekali menoleh kebelakang untuk melihat Iqbaal, namun daritadi ia tidak melihat laki-laki itu. (Namakamu) juga sempat menelfon Iqbaal namun tidak ada jawaban, maka dari itu ia memutuskan untuk mengirimi pesan untuk Iqbaal.

"Nggak ada yang ketinggalan kan?" Ujar Ibunya menatap.

"Nggak ada mah" Balas (Namakamu) tersenyum manis.

Ibunya memeluk (Namakamu) mengusap rambut anak gadisnya ini, setelah itu ia memberikan (Namakamu) sebuah gelang memakaikannya dipergelangan tangan (Namakamu).

"Hadiah buat kamu, ulangtahun kamu dua hari lagi. Karena kamu bakal pulang ke Melbourne, gelang ini jadi hadiah mama buat kamu"

"Aah mama" (Namakamu) terharu dan memeluk ibunya lagi.

"Hati-hati sayang. Jaga kesehatan kamu disana, kalau kamu kangen mama tinggal telfon mama atau biar perlu mama nyusul kamu"

"Iya mah"

(Namakamu) melambaikan tangan sebagai perpisahannya dengan ibunya, setelah itu perlahan ia melangkah sesekali juga melirik kebelakang apa yang ia harapkan tidak ada lagi.

"Mungkin dia kesiangan" Gumam (Namakamu).
***
"Kamu telfonan sama siapa tadi malam? Teteh sempat denger kamu ngobrol ditelfon, nggak tahu udah jam berapa tadi malam"

LUCKY FANS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang