Hari minggu menjadi hari yang menyenangkan bagi (Namakamu) karena hari ini ia sedang jalan-jalan bersama Iqbaal tentunya. Pergi ke beberapa tempat menyenangkan, Iqbaal juga sempat merekam aktivitas (Namakamu).
"Sayang lihat sini!" Sahut Iqbaal melirik.
(Namakamu) mengarahkan pandangannya ke kamera lalu tersenyum manis diakhiri tawa, bahkan (Namakamu) mendekati kamera tersebut dan memberi ciuman pada lensa kamera.
"Cium aja kameranya, yang ngerekam nggak dicium" Ujar Iqbaal merajuk.
"Aku gemes sama kameranya" Balas (Namakamu) tersenyum lebar, ia kemudian menarik tangan Iqbaal dan menggenggamnya erat.
Iqbaal membeli bando lucu dan memakaikannya pada gadis itu.
(Namakamu) tersenyum merekah kemudian berjalan didepan Iqbaal sesekali melompat senang, entahlah baru kali ini ia merasa begitu bahagia.
Tak lama (Namakamu) berhenti melangkah, karena panggilan dari nomor yang ia tak kenali."Kenapa?" Iqbaal menatap (Namakamu) namun kini beralih pada nomor yang memanggil diponsel (Namakamu).
"Jawab aja siapa tahu penting" Sahut Iqbaal lagi tanpa ragu melirik (Namakamu).
(Namakamu) kemudian menjawab panggilan itu sesuai titah Iqbaal. Ia tidak bersuara lebih dulu untuk mengetahui siapa yang menelfonnya ini.
"Hallo"
(Namakamu) tahu suara ini. Untuk apa ia menelfon? Dan darimana dia menemukan nomor telfonnya?
"Siapa ?" Jawab (Namakamu) pura-pura.
"Ah, lo nggak simpan nomor gue yah? Gue Vano"
"Darimana lo tahu nomor gue?"
Iqbaal yang mendengarnya menatap bingung dan juga penasaran dengan obrolan mereka ditelfon.
"Hm... Itu rahasia"
"Gue tanya serius, nggak lucu"
"Gue ada di Melbourne nih, gue mau ketemu lo boleh nggak? Kalau lo nggak sibuk"
"Gue sibuk!" (Namakamu) kemudian menonaktifkan ponselnya segera agar Vano tidak menelfonnya dan menganggu waktunya lagi.
(Namakamu) langsung menyimpan ponselnya di tas yang Iqbaal dukung itu kemudian melanjutkan langkahnya.
"Sayang kenapa ? Siapa yang telfon?" Iqbaal berjalan beriringan dengan pacarnya ini.
"Vano"
"Ngapain dia telfon !?"
(Namakamu) melirik dan tertawa kecil. Iqbaal cemburu ternyata.
"Ya nggak tahu, aku langsung matiin habis itu simpan di tas. Biarin aja" Balas (Namakamu) tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKY FANS [COMPLETED]
FanfictionAku hanya orang biasa Bagaimanapun aku tetap orang biasa pada umumnya, aku tidak pantas menjadi seorang yang special dihidupmu. Seakan aku hanya salah satu bintang yang beruntung diantara jutaan bintang dilangit. Tahukah kamu, kalau kamu punya banya...