Megan datang untuk bertemu dengan Darren, entahlah ia hanya ingin menjenguk pria itu. Walaupun masih ada rasa benci padanya tapi tetap saja Darren masih jadi temannya.
Tak lama menunggu Darren kini sudah duduk berhadapan dengan Megan, pria itu menatap Megan seolah berani berbeda dengan saat ia bertemu (Namakamu)."Gimana keadaan lo?" Tanya Megan memulai obrolan.
"Baik, selagi gue nggak macem-macem gue tetap baik-baik aja." Jawab Darren.
"(Namakamu), gimana kabarnya?" Lanjut Darren.
"Gue nggak bisa bilang dia baik-baik aja atau bilang dia nggak baik, sampai sekarang dia nggak kabarin gue. Gue tanya dia di chat tapi nggak dibaca sama skali" Jawab Megan kini merasa khawatir.
Darren menghela napas panjang. Jika seandainya hal ini tidak terjadi, mungkin sekarang (Namakamu) sedang bermain bersama Difa dan Iqbaal.
"Gue cuma nggak habis pikir kenapa lo bisa jadi kaki tangan Angga, tapi disini gue nggak mau bahas itu. Ini masalah Iqbaal, dia nggak percaya sama sekali dengan omongan (Namakamu), dia perlu bukti. Sekarang Iqbaal jadi benci sama (Namakamu)" Ujar Megan lagi.
Tak lama Darren langsung mengenggam tangan Megan menatap Megan penuh. Sedangkan Megan hanya menatap penuh tanya.
"Ke rumah gue" Ucap Darren.
"Maksud lo?" Megan bertaut alis.
"Jauh sebelum Angga lakuin rencana terakhirnya, gue sempat taruh kamera kecil itu bisa jadi bukti supaya Iqbaal percaya. Memang dari awal gue nggak mau di perintah Angga, tapi karna dia ngancem gue, akhirnya gue cuma ikutin tapi disisi lain gue juga nyiapin sesuatu yang pasti dibutuhkan dan itu bukti" Balas Darren.
"Lo mau gue ke rumah lo dan ngambil kamera itu?" Megan.
"Ya, lo harus ambil dan tunjukin rekaman itu." Darren menatap (Namakamu) dengan mantap.
***
Beberapa hari dirumah sakit akhirnya Iqbaal bisa menghirup udara segar. Ia tersenyum senang terlebih lukanya yang juga sudah tidak terlalu parah.Iqbaal menatap Megan dari jauh yang kini berjalan kearahnya, hingga sampai dihadapannya Megan terus menatapnya. Tanpa kata, Megan memberikan flashdisk pada Iqbaal membuat Iqbaal bertaut alis penuh tanya.
"Ini bisa buat lo percaya kalau istri nggak pernah lakuin hal sekejam itu sama suaminya sendiri bahkan dia berusaha selamatin lo" Tutur Megan menatap penuh.
Iqbaal sempat menghela napas berat, ia juga sempat merenungkan diri, ia merasa egois dan salah. Dipikirannya (Namakamu) memang tidak akan melakukan hal itu padanya. Tapi jika (Namakamu) tidak melakukan itu lalu siapa perempuan itu?
Iqbaal menerimanya ia dibuat penasaran isi flashdisk ini, apa itu sebuah rekaman ? Tentu saja, tebak Iqbaal."Gue mohon sama lo, jangan sakitin (Namakamu) lagi. Pikir semua yang terjadi, lo renungkan baik-baik. Apalagi sekarang kalian udah punya Difa, gue mati-matian cari bukti supaya lo percaya dan untungnya Darren bantu gue. Dia memang salah tapi dia juga punya bukti kalau (Namakamu) nggak salah, kalian udah sama-sama dewasa jangan kayak anak kecil" Lanjut Megan lagi kemudian pergi.
Iqbaal menatap flashdisk berwarna hitam ini, sepertinya ia harus cepat pulang ke rumah dan melihat isi flashdisk ini. Ah jangan, jangan dirumahnya ia yakin ada (Namakamu) disana tapi kata hatinya selalu ingin kerumahnya dan bertemu Difa.
Tak lama, Iqbaal sampai dirumah dengan ditemani dua orang teman Zidny dan Tarra.
"Sepi banget" Tutur Tarra menatap sekeliling.
"(Namakamu) mana Baal?" Lanjut Tarra kini menoleh Iqbaal.
Iqbaal membalas tatapan Tarra dengan gelengan kepala. Ia bahkan sudah tak pernah melihat (Namakamu).
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCKY FANS [COMPLETED]
FanfictionAku hanya orang biasa Bagaimanapun aku tetap orang biasa pada umumnya, aku tidak pantas menjadi seorang yang special dihidupmu. Seakan aku hanya salah satu bintang yang beruntung diantara jutaan bintang dilangit. Tahukah kamu, kalau kamu punya banya...