21.

1.7K 173 3
                                    

(Namakamu) berlari kecil kearah pintu utama untuk membukanya karena seseorang telah mengetuk pintu rumahnya yang alhasil harus ia buka. Ia berharap Iqbaal akan datang dengan senyuman manisnya itu, tapi ternyata harapannya diluar ekspektasi, (Namakamu) juga sudah risih jika Vano terus datang entah untuk tujuan apa dan untuk siapa.

"Ada nyokap?" Vano tersenyum dengan salah satu tas kresek yang ia pegang.

"Ada, kenapa?"

"Boleh masuk?"

"Enggak boleh, gue nggak suruh lo buat masuk. Lo ngapain disini?" (Namakamu) sedikit jengkel.

"Gue bertamu-lah, ada yang mau gue sampein ke nyokap lo. Jadi gue mau ketemu"

(Namakamu) menyilangkan kedua tangannya di dada sembari menatap sinis, ia tahu kedatangan Vano. Mencari perhatian!

"Bilang aja, nanti gue sampein ke nyokap gue" (Namakamu).

"Nggakpapa, gue mau ketemu nyokap lo aja"

"Gue tahu. Bilang aja, apa bedanya gue sama nyokap gue?"

Vano menghela napas pelan sebenarnya ia ingin berbicara dengan ibu gadis ini untuk membicarakan pertemuan keluarganya dengan keluarga (Namakamu) itupun karena perintah dari sang ibu.

"Nyokap gue ngundang keluarga lo buat makan malam hari ini. Jadi, nyokap berharap kalian datang"

"Ooh, makasih. Nanti gue sampein sama nyokap" (Namakamu) tersenyum paksa lalu menutup pintu.

***
Iqbaal berhenti melangkah ketika mendengar suara yang memanggilnya, ia berbalik dan menemukan Zara disana. Gadis berambut pendek itu tengah tersenyum kepadanya dan tidak jauh dari tempat dimana Iqbaal berdiri.

Zara menghampiri Iqbaal pelan demi pelan hingga mereka sudah saling berhadapan, dibenak Iqbaal untuk apa Zara muncul lagi dihadapannya? Ah itu terlalu kasar.

"Lama nggak ketemu" Ujar Zara tersenyum tipis pada Iqbaal.

"Mana pacar lo?" Iqbaal.

"Gue udah putus dengan dia, itu udah lama. Sekarang gue sendiri, gue mikir kenapa gue ambil pilihan yang nggak tepat"

"Maksud lo? Lo nyesel karena tinggalin gue gitu aja?"

"Baal, gue nyesel" Zara menatap.

Apa ia tidak salah dengar? Zara berucap seakan tidak terjadi apa-apa, ia berucap seakan dirinya sebagai sang korban. Iqbaal tertawa didalam hatinya, gadis itu sangat pintar dalam hal akting dan sekarang ia melakukanya.

"Lo bener, kita udah lama pacaran saat itu. Saat dimana kita putus, gue ambil keputusan yang cepet banget spontan buat lo kaget juga. Apa ini karma?" Lanjut Zara menatap binar.

Sebenarnya Iqbaal juga merasa kasihan dengan Zara, ia juga kurang enak karena waktu di Australia mereka berdua putus dengan cara yang tidak baik. Iqbaal meninggalkan kesan yang kasar terhadap Zara dan ia merasa kurang enak dengan gadis itu.

"Apa gue masih punya harapan buat balik lagi ke pelukan lo?" Zara begitu berharap.

"Zara, gue udah punya pacar. Setelah lo tinggalin gue, jujur disitu gue kecewa sama lo. Tapi disaat pelangi hilang akhirnya gue bisa melihat bintang saat malam" Iqbaal berusaha untuk berbicara lembut.

Zara menautkan alisnya dengan ungkapan Iqbaal, apa yang ia maksud antara pelangi dengan bintang?

"Lo pelangi-nya dan pacar gue bintang-nya. Disaat lo pergi dan disaat itulah pacar gue datang, gadis yang sudah temenin gue selama ini. Disaat hujan datang, pelangi juga ikut datang setelah hujan berhenti dan itu lo" Lanjut Iqbaal mengutarakan.

LUCKY FANS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang