(41)

91K 3K 165
                                    

part 41

Perlahan Amel membuka pintu kamar nya hati-hati, ia tak mau lagi bertemu Andre atau sekedar tak sengaja bertemu, ia sungguh marah pada Andre.

Amel menerawang rumah nya, seperti nya memang tidak ada bau bau Andre dirumah ini. Amel pun melangkahkan kaki ke dapur dan mulai membuat sarapan untuk diri nya sendiri.

Amel hanya memanggang roti lalu diolesi selai kacang kesukaannya, dan membuat satu gelas susu vanilla. Lalu ia membawa nya ke meja makan.

Amel pun sarapan dengan santai, sesekali ia mengingat apa yang telah Andre lakukan pada nya, tapi yasudahlah semua sudah terjadi, percuma saja dipikirkan terus.

ketika Amel melahap suapan roti terakhirnya, pintu utama rumah itu terbuka lebar. Dan munculah Andre dengan keadaan berantakan.

Amel yang melihat sosok Andre yang berjalan mendekati nya, langsung berjalan dengan cepat menuju kamar nya, namun baru beberapa langkah, Andre menghadangnya dengan merentangkan kedua tangannya lebar- lebar.

Amel berdecak kesal karena Andre menghalangi jalannya, ia terdiam dan melihat kearah bawah, enggan menatap Andre.

Andre juga terdiam, memandangi Amel sambil tersenyum.

"Maaf," setelah cukup lama diam, itulah yang Andre katakan.

Amel menoleh, menatap wajah Andre sejenak, lalu kembali menatap lantai.

"Mel, maaf," ucap Andre tulus sambil memegang kedua bahu Amel, Amel tak meresponnya dan tetap diam, tsk berkutik sama sekali.

"Sorry Mel, gue..." Andre tak tahu mau mengucapkan apa, ia terdiam sejenak, tangan kanan nya merapikan rambut Amel yang menghalangi wajah nya.

"Mel, gue tau--"

Amel menghela nafas. "Jadi ini yang kamu maksud? Lakuin segala cara biar ga pisah?" ucap Amel kesal.

Andre terdiam. Memang benar yang dikatakan Amel, ia tak bisa menyanggahnya.

"Bener kan? Kamu ternyata sama aja. ngga berubah, aku pikir kamu bener- bener tulus minta maaf, ternyata? Bullshit," ucap Amel dengan senyum paksa nya.

Amel melanjutkan langkahnya dan mendorong bahu Andre, Andre masih bengong dengan pikirannya sendiri.

"Gimana pun keadaanya, aku tetep mau cerai," ucap Amel terakhir kali nya sebelum benar-benar meninggalkan Andre. Ia melanjutkan langkahnya lagi.

"Kalo lo Hamil?" tanya Andre spontan membuat Amel menghentikan langkahnya, dan raut wajah Amel terkejut.

Bener juga.

Amel tak merespon ucapan Andre, dia tetap diam di anak tangga ke-2, terhanyut dalam pikirannya.

"Kalo lo hamil, dengan senang hati gue akan merawat anak itu dengan kasih sayang," ujar Andre sambil menatap punggung Amel.

"Lebih baik aku ngurus anak itu sendiri." Dengan cepat Amel langsung berlari menuju kamar nya, tak mau lagi berdebat dengan Andre.

"Ngga bisa gitu, pokoknya gue bertanggungjawab dan berdua sama lo yang ngerawatnya!" teriak Andre yang masih jelas di dengar Amel. Namun Amel tak menghiraukannya dan terus berlari menuju kamarnya.

"Gue berharap lo hamil anak gue!" teriak Andre, menghalu.

Kalo pun aku hamil, aku tetap akan mengurusnya sendiri, aku tetap akan cerai sama kamu, Ndre.

"Aghhhh!" teriak Andre frustasi. Ia menjambak rambutnya sendiri kesal. Ia mendudukan diri nya di sofa dan mengusap wajah nya gusar.

"Gue ngga tau harus gimana lagi, Mel. gue bingung asal lo tau! gue beneran sayang sama lo. Lo punya hati tulus, lo udah baik sama gue, dan bodohnya gue baru sadar sekarang. Sorry," ucap Andre entah pada siapa.

MENYESAL  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang