JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN, KALO NGGAK! AKU GAK BAKALAN UP!?!
*maap ngegas----
Cittt...Sebuah mobil berhenti tepat didepan gerbang sekolah yang terkenal dijakarta selatan. Seorang gadis dengan baju sekolah rambut terurai keluar dari mobil tersebut.
Pasang mata tidak lepas dari gadis tersebut, bisikan-bisikan ketika langkah kakinya melangkah.
Dia, Alana Prescilla Megantara. Gadis tercantik diangakatan kelas 11, Alana juga terkenal dengan keaktifan nya sebagai anggota OSIS. Hampir seluruh sekolah mengenal siapa Alana, anak dari pembisnis terkenal di Asia.
Alana tidak pernah sombong dengan gelar tersebut, tidak ada yang bisa dia banggakan dari semua itu.
"ALANAAA!?" Teriak seseorang dari lorong sebelah kanan Alana. Gadis dengan bandana pink berlari kearah Alana yang tengah tersenyum.
Gadis itu memeluk Alana dengan erat, Alana hampir terjungkal akibat hantaman keras dari pelukan sahabat karib nya itu sapa saja, Adel.
Tidak lama kemudian juga gadis berambut diatas bahu dengan jaket kulit hitam, melempar senyuman pada Alana. Itu Kania, gadis tomboy pecinta motor.
Adel melepaskan pelukan nya pada Alana, matanya berkaca-kaca melihat wajah sahabat nya. "Gue kangen banget sama Lo.."
Alana menatap Adel haru. "Gue juga kangen,"
"Kapan datang nya, Al?" Tanya Kania dengan santai. Mereka bertiga berjalan beriringan.
"Lusa!" Jawab Alana. Kania mengangguk mengiyakan.
"Lo tau gak?!" Seru Adel, Kania dan Alana menatap Adel dengan tanda tanya. "Apa?" Tanya Alana dengan penasaran.
"Dua minggu-"
Kania menghela napas kecil. "Itu lagi!" Ucap Kania.
Adel melirik Kania sinis, "Lo udah tau, Alana belum tau. Jadi Lo diem aja,"
Adel kembali menoleh kearah Alana, karena dia berada ditengah-tengah. "Dua Minggu yang lalu, anak kakel ganteng pindahan dari solo!"
"Demi apa ganteng banget, Al!" Pekik Adel dengan lebay. Alana tersenyum kecil. "Inget Radit, Del."
Wajah bahagia yang mulai berjalan kedua halu berubah menjadi wajah malas. "Gak seru lu, Al. Bawa-bawa Radit!"
Alana dan Kania tertawa.
Sesampai dikelas mereka bertiga masih mengobrol hal yang lama mereka ingin ceritakan. Apalagi soal Alana yang berada di Belanda waktu itu.
"Selama lo ga ada, Al. Wajah Bu Rifa setiap harinya bahagia banget, kek kaga ada beban!" ucap Adel. Alana tertawa mendengar itu.
"Iyaa, setelah ini liat aja muka nya Bu Rifa gimana ntar." Tambah Kania, tawa mereka sampai menggelegar seisi kelas. S
Bu Rifa adalah kepala sekolah di SMA Wikrama Abadi, dulu Bu Rifa adalah guru BK. Lalu sekarang menjabat sebagai kepala sekolah, dulu Bu Rifa mengurusi anak-anak yang bandel sampai sekarang juga. Termasuk Alana, Alana bukan termasuk anak yang nakal namun Alana jarang mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh guru-guru lain. Alana termasuk anak yang berprestasi disekolah, setiap tahun Alana selalu rangking.
"Gini ya, gue bukan nya ga mau ngerjain pr atau apa. Tapi gimana ya, otak gue selalu dukung gue biar ngerjain tugas tapi hati sama tangan gue gak bisa diajak kerja sama," ucap Alana sambil tertawa.
"Antara mau sama engga," tambah Adel.
Kania hanya menyimak percakapan mereka berdua. Sesekali dia melirik luka jahitan pada bagian paha Alana, karena rok nya sedikit terangkat.
"Gimana luka-luka lo, udah baikan?" Tanya Kania secara tiba-tiba. Alana menatap Kania lalu mengangguk.
"Baik. Kata dokter sering-sering dikasih salep aja," sahut Alana.
"Tante Laras gimana kabar nya?" Setelah Kania bertanya kini Adel bertanya. Alana terdiam menatap kedua sahabatnya bergantian, lalu menggeleng.
"Mama masih sama, dia masih syok dengan keadaan. Masih sering ngigau nama Luna!" Ucap Alana lirih.
Adel merasakan apa yang Alana rasakan sekarang, apalagi kehilangan orang yang kita sayang. Rasanya sakit sekali.
Luna, atau Aluna. Dia adalah kembaran Alana, tiga bulan yang lalu sebuah tragedi yang tidak akan pernah Alana lupakan. Sebuah kecelakaan hebat terjadi, ketika Alana dan Aluna satu mobil ingin menghindari seorang anak kecil menyeberang.
Salahnya Aluna membanting stir dengan cepat, sehingga mobil mereka berputar. Tanpa mereka sadari, dibelakang mereka ada sebuah truk besar yang juga melaju. Mobil yang Aluna dan Alana duduki, dihantam keras oleh mobil truk itu.
Kejadian itu membuat Alana luka parah, tubuh bersimbah darah sama dengan Aluna. Sayangnya nasib baik datang pada Alana, jika Aluna koma selama 2 bulan lamanya. Alana hanya koma 2 Minggu.
Walau begitu, apapun yang dirasakan Aluna selalu Alana rasakan. Contohnya, dimana hari ketika harusnya menjadi hari ulang tahun yang ke-17 tahun untuk Alana dan Aluna. Hari itu menjadi hari tersedih dalam hidupnya, Aluna meninggalkan Alana berserta kehidupannya disini.
Ketika Aluna mengenggam erat lengan nya, perlahan Aluna memejamkan matanya. Alat yang dekat dirinya berbunyi, saat itu Alana merasakan sakit luar biasa pada dadanya. Seperti ditusuk beribu pisau tajam. Saat itu juga Aluna pergi, dengan tangan masih menggenggam tangan Alana.
"Gue yakin, lama-lama Tante Laras bakal terima semuanya!" Tambah Kania, Alana mengangguk.
Adel menepuk pundak Alana. "Sabar ya, Al. Gue tau ini berat, setidaknya Lo berusaha tegar didepan Tante Laras biar dia tahu lo itu kuat!"
Alana menunduk seraya menghapus air matanya. "Iyaa!"
"Beruntung banget bisa punya sahabat kaya kalian," lirih Alana, Adel dan Kania segera memeluk Alana. Mengusap punggungnya dengan lembut, meramalkan kata-kata untuk memotivasi untuk Alana.
Kalian tahu setelah hari itu, Alana terus memimpikan mimpi yang aneh. Bukan horor, melainkan sebuah teka-teki. Tentang lorong, sekolah, wanita dengan baju SMA dan dua laki-laki berpakaian SMA. Apa itu?
---
BUKAN REVISI.
Hanya perbaikan sedikit. Cerita nya masih sama hanya memperbaiki kesalahan-kesalahan kata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Alana (SELESAI)
Teen Fiction"Kisah yang diawali dengan bahagia harus diakhiri dengan dukacita." Bertemu dengan Nathan adalah awal kebahagiaan Alana, satu-satunya cowok yang menemani nya dimasa-masa terpuruk. Cowok yang bisa menjadi hangat dan dingin dalam satu waktu ini mamp...