06. CRY

1.8K 78 1
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Saat asik mengobrol ria dengan Nathan, Alana mendapatkan telpon dari Dewa. Namun dia enggan untuk mengangkat, pasti Dewa hanya ingin meminta maaf karena masalah disekolah tadi.

TRININGGG...TRINGG..TRINING....

"Siapa sih Al, telpon-telpon mulu!" Adel yang merasa terganggu, Alana mengisyaratkan bahwa yang menelpon nya adalah Dewa. Adel pun mengerti.

Tak lama Handphone Alana berhenti berbunyi, lalu Tidak lama lagi handphoe Alana kembali berbunyi.

"Angkat aja Al!" ujar Nathan, Alana ragu-ragu untuk mengangkat telpon dari Dewa. Dari pada mengganggu dia pun mengangkat.

"Halo, sayang!"

"Apa!" jawab ketus Alana, teman-teman Alana memperhatikan gadis yang tengah berdiri dekat jendela tengah telponan dengan kekasih nya, Dewa.

"Gue minta maaf soal-"

"Wa, please gue nggak mau bahas itu dulu. Gue capek-"

"Kasian Alana!" ucap Adel dengan nada sedih.

"Si Dewa keterlaluan banget, jadi cowok cemburan banget sihhh!" tambah Iky. Berita Dewa dan Nathan sudah menyebar luas, sampai adik kelas sudah tahu.

Adel menatap Adit dengan sinis, "Kamu kalo sampe kek Dewa, Overprotektif. Awas Aja!"

"Iya iya!" sahut Adit dengan pasrah.

"Hayo loh Dit!" timpal Kenzo, sesekali dia menatap Kania yang sedang memainkan Handphone.

"Dewa emang gitu ya?" tanya Nathan.

"Enggak, pas awal-awal pacaran nggak kek gitu. Saat hampir mereka dua tahun, Dewa berubah. Kalo lomba terus nggak ada kabar nya sejam dua jam Alana maklumin lah. Tapi ini sampe 2 hari nggak ada kabar. Terus overprotektif, Alana nggak boleh dekat sama cowok. Lah dia deket banget sama Dini kelas 12 Bahasa Indonesia!" jelas Kania, Nathan hanya mengangguk.

Alana pun datang dengan mata yang sedikit sembab dan bekas air mata yang ada dipipi nya.

"Gue pulang duluan ya!" Alana mengambil tas nya.

"Al, lo kenap-" Belum selesai Adel menyelesaikan ucapan nya, Alana menggeleng cepat.

"Nggak papa, bye!" Alana menyeka air mata nya lalu, pergi dari hadapan mereka.

Nathan hanya bisa melihat punggung gadis itu yang keluar dari Cafe. Adel dan Kania segera keluar, berlari menyusul Alana. Namun sayang Alana sudah masuk kedalam mobil.

Nathan ikut keluar, melihat Alana mengendarai mobil sangat kencang.

"Biar gue yang nyusul!" Adel dan Kania hanya mengangguk.

Dengan kecepetan diatas rata-rata, Nathan menyusul mobil Alana. Gadis itu mengendarai mobil seperti orang kesetanan, sangat kencang. Sampai-sampai orang-orang yang berkendara merasa terganggu.

Nathan menancap gas, lalu menyalip mobil Alana. Sehingga gadis itu mengerem mobil secara mendadak.

BRUKKK..

"All, Alanaaa!" Nathan mengetok-ngetok kaca mobil Alana. Gadis itu enggan membuka.

"Alana buka Al!" Alana yang merasa muak dengan suara Nathan, ia pun keluar.

"Apa!" jawab nya dengan nada serak.

"Lo nggak bisa kek gini!"

"Ini cara lo ngehindarin masalah!"

"Lo udah gede, Alana. Lo seharunya tau gimana ngehadapin masalah yang bener, bukan kek gini"

Alana hanya tertuntuk menangis, mendengarkan ucapan Nathan.

"Cuma gara-gara cowok lo, lo ngebahayaain diri lo. Bukan diri lo yang bahaya. Orang-orang yang disekitar juga bahaya!"

"Nath.." ucap nya lirih.

"Lo nggak tau betapa banyak nya masalah dihidup gue!"

"Masalah yang nggak kunjung pergi, masalah satu belum selesai. Masalah lain dateng, gue cape Nath.."

Nathan hanya menatap gadis itu, tangan nya ingin menghapus jejak air mata yang menyedihkan itu.

"Sodara gue meninggal karena kecelakaan, dia meninggal. Rasanya gue ngga bisa hidup, rasanya.."

"Rasanya raga gue nggak ada, dan lo tau! Nyokap gue depresi. Dia selalu nangis!"

"Dan-"

"Dan lo tau, nggak lo aja yang selalu ditimpa masalah. Gue, gue contoh nya. Bokap gue meninggal karena ribut sama kaka gue. Dia bunuh bokap gue!"

"Nyokap gue syok, dia pingsan dan dia stroke!"

Alana terdiam, cerita singat dari Nathan sangat bisa membuat terdiam. Sesekali menghapus air mata nya.

Nathan tersenyum, "Semua manusia pasti punya masalah, contoh nya. Lo dan gue!"

Entah kenapa tangan Nathan sangat berani menghapus air mata Alana, dia mengusap dengan lembut.

"Mulai hari ini, bersikap lebih dewasa. jangan pernah lari dari masalah!"

Alana tersenyum mengangguk.

“Nathan!” Panggil Alana dengan suara serak. “Lo kenapa peduli sama gue!”

Nathan tersenyum kecil mendengar pertanyaan dari Alana. “Ya karena gue gak mau lo kenapa-kenapa, sesama manusia seharusnya saling menolong ’kan?”

Setelah mengobrol baik-baik, Alana mau dibujuk untuk pulang. Alana tidak ingin kembali ke restoran, Nathan mengantarkan Alana kerumah nya. Takut cewek itu berbuat yang aneh lagi.

---

Tbc..
Maaf gajeee!

Kisah Alana (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang