"Kisah yang diawali dengan bahagia harus diakhiri dengan dukacita."
Bertemu dengan Nathan adalah awal kebahagiaan Alana, satu-satunya cowok yang menemani nya dimasa-masa terpuruk.
Cowok yang bisa menjadi hangat dan dingin dalam satu waktu ini mamp...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
---
B
el pulang tiba, Alana dan teman-teman nya sudah berada diparkiran mobil. "Yakin rencana lo bakalan berhasil,"
Alana mengangguk yakin. "Lo pada juga bantuin gue!" Kania dan Adel dengan tangan jempol nya.
Tidak lama Tasya datang. "Ayo!" ucap Alana, Tasya mengangguk.
"Oh iya, teman-teman gue juga ikut nebeng," Tasya mengangguk acuh.
Mereka ber-4 mulai memasuki mobil, Alana sengaja menyuruh Adel dan Kania untuk duduk dibelakang. Dan Tasya duduk didepan bersama nya.
"Jan lupa pake seat belt nya" Kania dan Adel segera memasang, namun Kania dia hanya menghadap kaca luar tanpa menuruti ucapan Alana.
Setelah jauh dari lingkungan sekolah, Alana mulai dari mengode Kania dan Adel dengan kaca depan. Kania dan Adel mengangguk.
"Aduhh.. Sepi amat yakk, nyalain musik dong!" usul Adel.
"Okee," Tasya masih diam tanpa bicara. Alana mulai menyalakan musik.
"Gedein napa volome nya," ucap Kania.
"Okeee!" Alana menutar tombol volume sangat kencang. membuat Tasya menoleh kearah nya, ditambah dengan Kania, Adel dan Alana ikut bernyayi.
"Ehh bisa diem nggak sih," ucap Tasya kesal.
"Serah gue dong, syukur-syukur gue udah mau anterin lo" jawab Alana. Tasya hanya menatap Alana kesal seraya tangan nya menutup ke telinga.
"Siap-siap!" seru Alana, Adel dan Kania sudah siap berpengangan dengan tali seat belt.
"Okee!"
Tasya melihat Alana heran. "Siap-siap apa?"
Alana tidak menggubris ucapan Tasya, dia menacap gas membuat Kania dan Adel berteriak kesenangan.
"Woooo!!" teriak Kania dan Adel.
"Lebih cepet Al!" tambah Kania.
"Alana lo nggak mau mati kan?" ucap Tasya panik.
Belum sampai 15 menit Alana menyetir, Alana sudah melihat Tasya yang memegangi kepala nya.
"Udah.. Udahh, gue turun disini aja. Bisa mati gue lama-lama disini!" ucap Tasya.
"Oke."
Alana tersenyum miring, lalu mengerem mobil secara mendadak.
"Anjingg!" umpat Tasya.
"Mending gue naik ojol dari pada naik mobil kesetanan ini," ucap Tasya dengan nada meremahkan.
"Oh silahkan!" Alana tersenyum kemenangan.
Brakk..brukk..
Setelah Tasya keluar, Adel duduk didepan bersama Alana.
"Gila lo Al, ngerjain tu cewek kebangetan!" ucap Kania seraya tertawa. Alana melanjutkan menjalankan mobil nya.
"Tapi asik 'kan?" tanya Alana.
"Banget, njirrr" seru Adel. Tidak terbayangkan dengan mimik wajah Tasya tadi, begitu panik. Apa lagi Alana mengendarai mobil Dengan cepat dan ugal-ugalan.
---
Saat Alana sudah sampai dirumah, dia merebahkan badan nya di kasur. Tawa nya tidak henti-henti, wajah Tasya yang takut dan panik membuat Alana tidak bisa menyimpan rasa ingin ketawa nya.
Alana tidak jahat, Alana hanya ingin bersenang-senang. Mereka yang jahat. Mereka mengambil seseorang yang Alana sayangi, Alana hanya ingin membuat mereka sadar, dan pergi jauh-jauh dari kehidupan Alana.
Alana bisa menerima jika Adam mempunyai istri baru, tapi apakah Laras bisa? Jawaban nya sama sekali tidak. Alana tidak pandai membaca raut wajah orang. Raut wajah Laras berbeda, mulut nya berkata 'Tidak apa-apa' namun hati nya? Beribu-ribu luka yang dia simpan. Tanpa membuat orang-orang disekitar hawatir.
Alana bangun dari kasur nya, dengan baju sekolah. Tujuan pertama nya turun adalah meja makan, cacing-cacing diperut Alana meronta-ronta untuk dikasih makan.
Saat sampai dimeja makan, dia melihat Laras yang sedang duduk mengupas apel.
"Mama." sapa Alana, Laras tersenyum.
"Mama udah makan." lanjut nya.
"Udah,"
Alana mengangguk sambil membuka tudung saji, Alana mendapati makanan kesukaan nya. Dengan sigap dia langsung duduk dan mengambil piring yang sudah disediakan disana.
Laras melihat Alana yang grasak-grusk. "Pelan-pelan aja, ayam panggang nya nggak bakalan kabur lagi"
Alana yang sedang menyendokan nasi terhenti menatap mama nya dengan senyuman kuda. "Hehe, iyalah mah orang udah mati ayam nya,"
Alana langsung mengambil paha ayam panggang yang mengoda dirinya. Alana langsung melahap, ughh.. Rasanya benar-benar enak, jika buatan Laras sangat enak. Dengan bumbu-bumbu dapur yang asli bahan-bahan alami.