---
Duka sudah mulai perlahan menghilang, kesedihan mulai tidak terlihat. Hanya tinggal menyempurnakan nya saja, namun semua nya kembali membuka pintu kekecewaan, dimana. Alana harus dihadapkan dengan Ayah nya mempunyai istri baru.
Untuk mengelak dari ini semua pun mustahil, percuma. Semua sudah terjadi, hanya menunggu waktu yang memberi tahu Laras. Dengan keadaan yang sebenarnya.
Alana berjalan dengan malas untuk turun, namun kaki nya terhenti pada pintu kamar yang bersebelahan dengan kamar nya. Pintu kamar berwarna coklat yang tertulis 'Aluna'.
CKLKK..
Alana memejamkan mata nya, menghirup aroma parfum kesukaan Aluna. Barang-barang masih tersusun rapi, tidak ada sedikit Alana maupun mama nya ingin melelang. Pakaian atau barang-barang Aluna.
Perlahan Alana menduduki kasur Aluna, sambil memegangi foto nya bersama. Nyaris tidak ada beda nya Aluna, hanya kepribadian yang berbeda. Aluna yang cenderung menyukai kesendirian, kutu buku dan tidak suka keberisikan. Dan Alana, gadis itu sangat aktif, ceria, kepintaran Alana dan Aluna sama namun Alana akan berubah menjadi dingin ketika ada orang membuat nya sakit hati atau kecewa.
Kembali ke topik, tiba-tiba mata Alana mengeluarkan air berwarna bening yang membasahi foto nya bersama Aluna. Jika mengingat kejadian kecelakaan 2 bulan yang lalu, Alana sangat syok. Dia hanya bisa menangis, menangis dan menangis.
"Kenapa lo harus pergi sih, Lun?"
"Saat gue denger kalo lo nggak bisa selamat, rasa nya paru-paru gue berhenti memompa oksigen, kaki gue lemes. Jiwa gue serasa ikut sama lo, sampai sekarang,"
"Mama, mama sampai-"
Tangis Alana semakin menjadi, perasaan nya kembali seperti 2 bulan yang lalu. Saat mendengar Aluna pergi, dan memasuki kamar Aluna seakan memasuki dimensi masa lalu. Semua nya terurai disana.
"Mama sampai depresi, dan lo tau?"
"Papa, papa punya istri baru. Tanpa sepengetahuan mama, Lun. Gue nggak tau gimana nanti kalo mama tau,"
"Rasanya, gue nggak sanggup ngehadapin ini. Seandainya lo ada disini, Lun. Pasti kita ngehadapin ini bareng-bareng!"
Alana mulai menghapus air matanya, dan berjalan kearah meja belajar Luna. Dan duduk disana, Alana membuka album yang disana banyak foto-foto Alana dan Aluna. Lalu Alana beralih ke kekamera kesayangan Alana, disana banyak sekali foto dan video yang mereka buat. Lalu Alana menemukan foto Aluna dengan laki-laki yang wajah nya tertutupi dengan jaket abu-abu. Siapa dia? Pacar Aluna?
Alana tidak memperdulikan itu dan kembali melihat yang ada diatas meja Alana, entah kenapa Alana membuka laci yang dibawah. Alana melihat ada kotak berwarna biru, Alana mengambil nya dan membuka. Didalam nya ada sebuah 'Diary' dan selembaran-selembaran puisi yang Aluna buat.
Alana membuka Dairy dan membaca nya, padahal tidak baik membaca Dairy orang lain. Namun rasa tidak ingin tau terkalahkan dengan rasa penasaran.
Dari ku untuk nyaSeseorang yang sangat pandai membuat ku tersenyum bahkan tertawa. Senyum nya selalu membuat ku candu, dan selalu berharap tidak ada obat untuk menghapus kecanduan.
Candu bukan bukan kecanduan biasa, candu ku karena senyum mu.
Siapa yang dimaksud Aluna, apakah itu kekasih nya. Lalu Alana membalik halaman diary tersebut.
Dear Raja
Dia Raja, cowok yang selalu membuat ku nyaman sampai ini. Disaat semua orang menjauhi ku, hanya karena aku tidak seperti cewek-cewek yang lain. Aku pendiam, tidak suka berbaur dengan yang lain. Aku adalah aku.
Dan Raja, cowok terdingin yang pernah aku temui. Untuk mengatakan iya saja susah sekali, Tapi Raja berbeda dengan cowok yang lain. Raja baik, dan Luna sayang Raja.
Raja?? Batin Alana.
"Siapa sih?"
Alana sangat penasaran lalu, membongkar isi kotak berharap menemukan foto, Raja. Namun Alana tidak menemukan apa-apa selain foto Aluna yang memakai baju SMA dan laki-laki disebelah nya sama memakai baju SMA.
"Ehh, den. Razkel!"
Alana sontak menoleh kebelakang, suara Bi Yuni yang keras dengan mengucapkan. Razkel--kakanya Alana.
"Den, Razkel udah balik dari Australia"
Benar itu suara kakak nya, Alana segera menaruh diary ke tempat asal nya. Dan segera turun kebawah.
"Ka, Azkel!!" Alana langsung berlari dan memeluk sang kakak, yang sudah melebarkan tangan nya menyambut tubuh kecil adik nya itu.
"Gue kangen banget sama lo, Na,"
"Gue juga!"
Razkel melepaskan pelukan nya, "Mama mana?"
"Nggak tau, mungkin lagi dikamar"
"Yaudah gue mau kekamar mama dulu deh,"
"Ikut"
Sesampai dikamar Laras, Alana dan Razkel mendapati mama nya yang sedang duduk didepan jendela. Sambil memegangi foto keluarga, lengkap disana. Ada, Adam, Laras, Razkel, Aluna dan Alana.
"Mah, lihat. Siapa yang dateng!" ucap Alana berjalan kearah mama nya, Laras menengok.
Laras berjalan kearah, Razkel. Seakan tidak percaya bahwa itu adalah Razkel, anak nya, "Razkel, anak mama," Laras memeluk Razkel dengan erat.
"Azkel, kangen banget sama mama!"
"Mama baik kan?"
"Mama, baik!"
"Boong!" tambah Alana, dia berjalan kearah ibu dan anak nya yang sedang berpelukan. Mereka menghentikan suasana berpelukan, lalu menatap Alana.
"Lo tau nggak, mama nangis mulu,"
Alana memeluk bahu Laras, "Mama selalu nangis, dan lo tau mama sedih karena apa?"
"Aluna?" tanya Razkel, mengangguk.
"Mahh, Azkel minta izin sama opa buat cuti dulu. Dan Azkel mau nemenin mama disini, Azkel nggak mau. Mama mikirin Luna terus, Luna udah tenang disana," Alana melihat Laras yang menahan air mata nya.
Laras mengangguk, "Yaudah kita duduk didepan aja yukk, masa berdiri aja"
Mereka pun berjalan kearah ruang tamu, dan duduk disana. Sambil meminum teh, yang di buat kan oleh bi Yuni. Razkel bercerita tentang bagaimana dia di Australia.
Alana bisa bernapas lega, saat kaka tertua nya ada disisi nya sekarang. Alana berharap Razkel tidak pergi, Alana takut tidak bisa menghadapi masalah sendirian.
🤍🤍🤍
Happy Reading!!
Maaf banyak part yang menampilkan tentang masalah keluarga Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Alana (SELESAI)
Teen Fiction"Kisah yang diawali dengan bahagia harus diakhiri dengan dukacita." Bertemu dengan Nathan adalah awal kebahagiaan Alana, satu-satunya cowok yang menemani nya dimasa-masa terpuruk. Cowok yang bisa menjadi hangat dan dingin dalam satu waktu ini mamp...