54. Akhir

267 14 0
                                    

“Mengenal kamu adalah hal terbaik dalam hidup ku, dan meninggalkan kamu adalah hal tersakit untukku!” — Aluna Putrianna

---

Sudah hari Senin lagi, 7 hari menuju ulangan kenaikan kelas dan kelulusan. Setiap kelas dibimbing oleh guru untuk mengikuti les, mereka dituntut untuk nilai tinggi dan mempunyai rangking yang memuaskan.

Pasalnya, SMA Wikrama Abadi itu terkenal dikalangan sekolah lainnya karena guru-gurunya selalu memprotek anak didiknya untuk belajar lebih giat, mereka rela membayar guru dari luar sekolah untuk mengajari anak didik mereka. Selain itu, SMA Wikrama Abadi juga dikenal dengan meluluskan setiap angkatan dengan nilai diatas rata-rata, membuat mereka mudah masuk universitas. Tidak heran banyak orang tua yang berbondong-bondong ingin memasukan kesekolah ini.

“Alana!”

Cewek yang baru saja keluar dari perpustakaan itu menoleh kearah belakang, tepat dia melihat Nathan yang berjalan mendekat.

Saat kembali dari solo, Alana memilih untuk menghindar dari Nathan. Setiap Nathan menhampiri nya dia selalu pergi, setiap diajak bicara Alana hanya diam. Dia selalu berpikiran jika, ketika dia bilang tentang sebenarnya Nathan akan pergi dan lebih parahnya dia akan menutup hatinya sepenuhnya.

Alana memasang wajah datar dan kembali kearah awal. Nathan berjalan dengan cepat sambil menghalangi jalan, Alana.

“Misi kak gue mau--”

“Kasih gue alasan kenapa lo jadi menjauh?”

Nathan melihat Alana yang menunduk, dia menghindari kontak mata dari Nathan.

“Jawab, Al. Apa alasannya?”

Alana mendongakkan kepalanya, “Seadainya gue kasih tau, apa lo bakalan ninggalin gue?”

“Enggak!” jawabnya cepat. Nathan meraih tangan Alana, “Kenapa gue harus ninggalin orang yang mau berjuang buat gue?”

Alana mengangguk beberapa kali, “Oke, gue bakalan cerita semua.”

Nathan mengangguk, dia membawa Alana untuk duduk didepan lorong yang berhubungan dengan UKS dan perpustakaan. Mereka duduk dikursi panjang.

Alana menarik napasnya dan memejamkan matanya sambil mengingat ucapan Tasya waktu itu dikebun teh.

“Mending kehilangan dibanding menahan, rasa sakit dan harapan itu berbeda. Rasa sakit akan hilang pada saatnya nanti, kalo harapan? Nggak akan hilang, dia akan terus berharap sampai orang yang memberikan harapan itu datang/kembali untuk memastikan!”

Alana membuka matanya melihat Nathan yang menatapnya dengan khawatir.

“Cerita, Al!”

Alana mengambil sesuatu dari kantong bajunya, dia menyodorkan beberapa foto yang dia bawa dari rumah. Foto dimana sisa ada Nathan, Luna, dan Langit pada Nathan.

Nathan melihat foto itu dan sangat kaget, dia melihat foto itu dengan wajah kebingungan.

“I-ini, P-putri kan. Tapi?” Dia melihat Alana.

Kisah Alana (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang